Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) menyoroti kontribusi UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) di Indonesia pada pertumbuhan ekonomi yang besar. Namun dibalik itu, masih menghadapi beberapa tantangan.
"UMKM di Indonesia masih menghadapi tantangan antara lain terbatasnya akses terhadap pembiayaan, kesiapan digital, dan akses pemasaran," ungkap eksekutif direktur untuk perkembangan UMKM dan inklusi keuangan BI, Yunita Resmi Sari dalam webinar diskusi yang digelar Asian Development Bank (ADB), Selasa (29/8/2023).
Baca Juga
BI mencatat, UMKM berkontribusi terhadap pertumbuhan PDB Indonesia hingga 51,14 persen atau senilai Rp7.034.14 Triliun.
Advertisement
Selain itu, kontribusi UMKM terhadap jumlah unit usaha bahkan mencapai 99,9 persen atau senilai Rp 64,5 triliun UKM.
"Kami menemukan bahwa hanya 26 persen UMKM di Indonesia yang terlibat di pasar , namun yang menjadi permasalahan adalah bagaimana mempertahankan mereka karena mengetahui bahwa tren transaksi digital UKM menurun dalam dua tahun terakhir setelah pandemi," papar Yunita.
Sederet Tantangan
Yunita pun membeberkan beberapa tantangan yang dihadapi UMKM di Indonesia, mulai dari masalah produksi, manajemen, dan akses pasar.
Dari segi produksi, Bank Indonesia mencatat, masih ada UMKM di Indonesia yang belum mendapat pemenuhan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas. Selain itu, juga belum adanya pertimbangan persyaratan sertifikasi produk yang ditargetkan untuk diekspor.
Keterbatasan
Pada sisi manajemen, beberapa penggiat UMKM masih memiliki keterbatasan dalam kemahiran bahasa asing.
"Keterbatasan sumber daya manusia dalam mengelola administrasi ekspor," kata Yunita dalam paparannya.
Terkait akses pasar, beberapa UMKM di Indonesia juga memiliki pemahaman UKM yang terbatas terhadap intelijen pasar.
Hal ini mengakibatkan ketidaksesuaian antara citra merek dan tren konsumen di pasar ekspor.
Advertisement
Bikin UMKM Naik Kelas, Pemerintah Dorong Alternatif Pembiayaan
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) menekankan pentingnya solusi pembiayaan alternatif untuk mendorong UMKM naik kelas.
Hal tersebut disampaikan oleh Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM (SesmenKopUKM) Arif Rahman Hakim dalam APEC SME Working Group (SMEWG) Meeting ke-56 di Seattle, Amerika Serikat (AS).
SeskemenKopUKM Arif menjelaskan, sebagaimana di sebagian besar negara lain, UMKM mendominasi sistem usaha di Indonesia bahkan menjadi tulang punggung perekonomian bangsa.
“UMKM berkontribusi besar terhadap perekonomian bangsa Indonesia dengan sumbangsih mencapai 60,5 persen terhadap PDB nasional, 99,9 persen dari unit usaha, hingga berkontribusi sebesar 15,6 persen terhadap ekspor non migas,” kata SesmenKopUKM Arif Rahan Hakim dalam keterangan resminya, di Jakarta, Kamis (24/8/2023).
Kendati demikian, dengan kontribusinya yang besar terhadap perekonomian, UMKM Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan. Dari sisi pembiayaan dan investasi, Arif mengatakan rasio kredit UMKM tergolong masih rendah dan baru ditargetkan mencapai 30 persen pada tahun 2024.
“Hingga tahun 2022, rasio kredit UMKM terhadap total kredit perbankan masih stagnan di rasio 21,41 persen dengan nilai kredit sebesar Rp1,424 triliun dari total nilai kredit perbankan sebesar Rp6,497 triliun,” jelas Arif.