Sukses

Kisah Sukses Pemilik Marugame Udon, Sempat Putus Sekolah Kini Jadi Miliarder

Didirikan oleh Awata sejak 1990 silam, Toridoll telah berkembang menjadi salah satu operator toko mie terkemuka di Jepang dengan jaringan, seperti Marugame Seimen atau dikenal Marugame Udon.

Liputan6.com, Jakarta Salah satu pendiri sekaligus CEO Toridoll Holdings yang terdaftar di Tokyo yaitu Takaya Awata terkenal dengan restoran mie udonnya yang populer. Kini dia telah resmi bergabung dengan jajaran miliarder.

Saham Toridoll, yang mengoperasikan hampir 1.900 restoran di seluruh dunia, melonjak lebih dari sepertiga selama setahun terakhir.

Hal itu berkat orang-orang, yang terkendala selama pandemi, kembali kembali makan di luar. Kepemilikan 48 persen saham Awata di Toridoll kini bernilai USD 1,1 miliar, berdasarkan harga penutupan hari Jumat sebesar USD 26,8.

Sekelumit perjalanan bisnisnya.

Melansir Forbes, Jumat(31/8/2023), Didirikan oleh Awata sejak 1990 silam, Toridoll telah berkembang menjadi salah satu operator toko mie terkemuka di Jepang dengan jaringan, seperti Marugame Seimen atau dikenal Marugame Udon.

Toridoll juga memiliki restoran yang menyajikan bihun pedas Cina, pancake, ramen, dan tempura yang baru digoreng. Sejak 2010, Awata telah berfokus pada perluasan jejak Toridoll di seluruh dunia.

Selain Jepang, yang memiliki lebih dari 1.000 restoran, perusahaan ini juga hadir di AS, Inggris, Kamboja, Hong Kong, Indonesia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam.

Sukses Melalui Akuisisi

Sebagian dari ekspansi global tersebut dicapai melalui akuisisi. Pada 2015, Awata mengakuisisi jaringan makanan cepat saji Asia Wok to Walk yang sudah hadir di Eropa.

Pada 2018, Toridoll membayar USD 242 juta untuk Tam Jai International, operator jaringan mie populer di Hong Kong, TamJai dan SamGor, dan membawanya ke publik dalam IPO senilai USD 180 juta tiga tahun kemudian.

Sementara itu, pada Juni lalu, Toridoll membeli Fulham Shore, operator restoran pizza dan makanan Yunani di Inggris, dengan harga sekitar USD 118 juta.

Keinginan Awata untuk berekspansi masih jauh dari puas. Toridoll kini telah mengalokasikan lebih dari USD 650 juta untuk merger dan akuisisi di Eropa, Asia, dan Tiongkok Raya, dengan tujuan meningkatkan jumlah restorannya tiga kali lipat menjadi lebih dari 5.500 dan menggandakan pendapatan menjadi USD 2 miliar dalam lima tahun ke depan.

Pada kuartal yang berakhir bulan Juni, Toridoll melaporkan rekor pendapatan sebesar USD 360 juta, naik 20 persen dari periode yang sama tahun lalu. Selain menarik lebih banyak pengunjung ke restorannya, perusahaan menambahkan opsi bawa pulang, yang berkontribusi pada peningkatan pendapatan.

Meskipun pertumbuhannya cepat, laba bersih turun 20 persen pada kuartal terakhir menjadi USD 50 juta, sebagian besar disebabkan oleh inflasi, yang antara lain berdampak pada biaya bahan-bahannya.

 

 

2 dari 2 halaman

Perjalanan Karier Awata

Awata yang kini berusia 61 tahun terjun ke dunia restoran setelah keluar dari Universitas Studi Asing Kota Kobe. Pada usia 23 tahun, ia membuka restoran ayam panggang gaya Jepang pertamanya pada 1985.

Namun, seperti yang pernah ia ungkapkan dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi Jepang NHK, “Kami hampir tidak mendapatkan bisnis apa pun.”

Kunjungan ke kampung halaman mendiang ayahnya di prefektur Kagawa, Jepang, yang terkenal dengan kedai mie udonnya, memberinya ide baru.

Melihat antrean panjang di luar restoran udon, yang memasak mie kenyal dan terbuat dari tepung terigu tepat di depan para pelanggannya - sebuah adegan yang digambarkan Awata dalam postingan blognya sebagai "pengalaman emosional dalam menikmati makanan" - menginspirasinya untuk membuat toko mie sendiri.

Daripada mie yang diproduksi pabrik, Awata lebih percaya pada makanan yang baru dimasak yang juga menawarkan pengalaman indrawi yang menarik pelanggan.

Di restoran swalayan Toridoll yang terjangkau, mie disiapkan di depan pengunjung di dapur terbuka dan biasanya disajikan dalam kuah kaldu berbahan dasar kecap dengan pilihan topping berbeda.

Ketika rantai bisnisnya berkembang, Awata menjadikan perusahaan tersebut publik di Bursa Efek Tokyo pada 2006, mendaftarkannya pada awalnya di bursa Mothers untuk perusahaan rintisan dan pindah ke bagian Pertama TSE dua tahun kemudian.

Saat berlibur ke Hawaii, Awata rupanya pertama kali mendapat ide untuk berekspansi ke luar negeri. Pada 2011, Toridoll membuka restoran pertamanya di Hawaii, diikuti oleh restoran di Tiongkok, Indonesia, dan negara-negara lain yang lebih dekat dengan negara asal mereka.

Pada 2021, restoran Marugame Seimen pertama dibuka di London. Alih-alih menggunakan pendekatan satu selera untuk semua selera, Awata melayani preferensi lokal.

Restoran-restoran menawarkan, misalnya, kaldu berbahan dasar tomat di Tiongkok, yang pertama kali dibuka pada 2012, dan topping cabai di Indonesia, yang diperkenalkan setahun kemudian.

Selama pandemi, Awata menyediakan mie udon gratis kepada anak-anak kurang mampu melalui truk makanan yang berkeliling Jepang dan juga menyediakan makanan di rumah sakit kepada petugas kesehatan.

“Hal-hal yang membangkitkan gairah terhadap makanan tersembunyi di tempat yang tidak terduga,” tulis Awata di situs Toridoll. “Kami menemukan hal-hal tersembunyi tersebut dan menawarkannya sebagai nilai baru untuk membangkitkan kegembiraan pelanggan kami. Ini adalah kekuatan pendorong terbesar bagi pertumbuhan dan misi kami.”

 

Video Terkini