Sukses

Menteri Teten: ASEAN Harus Punya Platform Bersama Perkuat Ekosistem UMKM

Menteri Teten menyebut masih ada tantangan yang dihadapi oleh negara-negara ASEAN, yakni bagaimana menyiapkan ekosistem usaha yang menumbuhkan dan memudahkan pelaku usaha mikro dan kecil di sektor pertanian dan perikanan untuk tumbuh dan naik kelas dengan berkoperasi dan kemitraan rantai pasok.

Liputan6.com, Jakarta - ASEAN adalah potensi pasar yang besar bagi banyak negara. Hal ini bisa terjadi karena jumlah populasi penduduk di Asia Tenggara mencapai 679 juta jiwa. Jumlah tersebut 8 persen dari seluruh penduduk dunia.

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menjelaskan, dengan pasar yang sangat besar ini, pertumbuhan ekonomi regional ASEAN di 2022 mencapai 5,6 persen. Angka ini di atas rata-rata nilai pertumbuhan ekonomi dunia yang tercatat 3,1 persen.

"Dan salah satu juaranya, termasuk Indonesia dalam 7 triwulan, Indonesia terus tumbuh di atas 5 persen dan ini luar biasa, jadi kalau di G20 dan ASEAN, Indonesia itu bersama India, China bisa tumbuh di atas 5,2 persen," kata Teten dalam acara pembukaan ASEAN Weekend Market, Jakarta, Jumat (1/9/2023).

ASEAN bukan hanya kaya akan produk-produk berbasis kreativitas, seperti fashion, kuliner, dan craft, namun ASEAN juga unggul untuk produk pangan dunia, meliputi pertanian dan perikanan.

Pada tahun 2019, produk di sektor perikanan ASEAN menyumbang 21,9 persen dari total produksi perikanan dunia, dan diprediksikan meningkat lebih dari 5 persen pada tahun 2025.

"Nilai ekspor udang negara-negara ASEAN sekitar 16,5 persen dari total ekspor dunia yang sebagian besar berasal dari Indonesia, Vietnam, Thailand. Kondisi serupa juga untuk produk rumput laut yang tersebar sepanjang garis pantai Indonesia dan Filipina," terang Teten.

Tidak hanya perikanan, Teten bilang, ASEAN juga sentra produksi buah-buah tropis dari pertanian. Misalnya produksi Nanas sekitar 27 persen.

"Produksi nanas dunia bersumber dari negara-negara ASEAN. Filipina 2,7 juta ton, Indonesia 2,4 juta ton dan Thailand 1,5 juta ton dan ini semua melibatkan para pelaku UMK," imbuh Menteri Koperasi dan UKM itu.

Kendati begitu, menurut Teten masih ada tantangan yang dihadapi oleh negara-negara ASEAN, yakni bagaimana menyiapkan ekosistem usaha yang menumbuhkan dan memudahkan pelaku usaha mikro dan kecil di sektor pertanian dan perikanan untuk tumbuh dan naik kelas dengan berkoperasi dan kemitraan rantai pasok.

"Disinilah peran ASEAN menjadi strategis sebagai platform bersama untuk memperkuat ekosistem inter dan antar UMKM koperasi di ASEAN. Belum kita bicara soal kopi, Indonesia pemain nomor 3 di dunia, kalau kita gabung dengan Vietnam kita bisa jadi nomor 2 dunia," Teten mengakhiri.

2 dari 3 halaman

10 Negara Sepakati Garap Bisnis Inklusif Peduli UMKM

Sebelumnya, Konvensi peduli UMKM dari negara-negara ASEAN akhirnya rampung. 10 negara peserta konvensi ini telah menyepakati sejumlah poin di sektor bisnis inklusif untuk membantu pengembangan UMKM.

Hal itu tertuang dalam pertemuan Inclusive Business Summit 2023 yang digelar di Nusa Dua, Bali. Kesepuluh negara peserta menyepakati rencana aksi bisnis inklusi, mulai dari arah kebijakan, pengembangan bisnis inklusif, akses pembiayaan, hingga pembangunan IB Hub.

"dari 10 negara peserta ASEAN IB Summit 2023, seluruhnya menyatakan dukungannya dan sepakat mengenai adanya Plan of Action yang terdiri dari Policy Action Advisory, IB Development, access to finance, dan pembangunan IB Hub," kata Deputi Bidang Kewirausahaan Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) Siti Azizah dalam keterangannya, Sabtu (26/8/2023).,

Banyak Dukungan

Dia menyebut, seluruh negara peserta cukup antusias dalam mendorong pengembangan bisnis inklusif ini. Atas adanya dukungan ini, dia percaya sudah saatnya pembicaraan bisnis inklusif dibawa ke panggung global.

“Semua supportif dengan Inklusif Bisnis Development dan memang kita saatnya sudah harus mempromosikannya ke level global, bahwa ASEAN yang memiliki jumlah penduduk yang banyak, bukan hanya sebagai market tapi juga produsen bagi kebutuhan dunia,” kata dia.

Menurut Siti Azizah, tantangan ke depan adalah untuk menyamakan visi terkait beberapa hal. Seperti akses ke sumber pembiayaan yang masih menjadi tantangan yang dialami oleh UMKM di hampir seluruh negara ASEAN.

“Untuk itu, usulan dari kita adalah dengan membentuk ASEAN Micro and Small Enterprise Financing Institution (AMSEF). Sebagai tindak lanjut dan jalan keluar mengenai pembukaan akses pembiayaan ke UMKM,” ujarnya.

 

3 dari 3 halaman

Jadi Acuan

Ia berharap, apa yang menjadi kesepakatan hari ini dalam pertemuan ASEAN IB Summit di Indonesia akan diteruskan ke pertemuan IB Summit selanjutnya di Laos.

“Sejak awal sejak kita mendisain summit ini disampaikan ke semua kolaborator, bahwa acara jangan hanya sebagai seremonial semata tapi juga menjadi komitmen dari semua negara untuk memajukan IB,” ucapnya.

Menurut Siti Azizah, perwakilan negara-negara ASEAN melihat bahwa Indonesia ditunggu kiprahnya sebagai leader atau ketua dalam pertemuan ASEAN.

“Kami memulai arahnya dengan menunjukkan Plan of Action yang harus dijalankan dan sudah disepakati bersama. Semua negara pasti sudah memiliki IB tapi belum tentu mereka menjalankannya dengan sistematis,” ujar Siti Azizah.

Siti Azizah juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkolaborasi seperti, UNESCAP, OECD, World Benchmarking Alliance, hingga pemerintah daerah yang sangat membantu dan mendukung penyelenggaraan acara tersebut.

Video Terkini