Liputan6.com, Jakarta Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengungkap masih ada masalah dalam proyek BUMN. Ini mengacu pada data yang diterimanya dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Pria yang karib disapa Tiko ini mengatakan, masalah yang disoroti BPK ada pada proses Engineering, Procurement, dan Construction (EPC). Masalah di tahap awal ini akhirnya mempengaruhi dalam proses pengerjaan atau pengembangan proyeknya.
Baca Juga
"Saya baru penyerahan laporan Kementerian (BUMN dari) BPK, yang diingatkan oleh BPK salah satunya adalah banyaknya case terkait EPC BUMN, di Pelindo, di Pertamina, Inalum, PLN. Banyak sekali Project kita yang di design stage-nya tidak rapi dan akhirnya menurunkan permasalahan di development stage-nya," ujar dia di Menara BRILian, Jakarta, ditulis Minggu (3/9/2023).
Mengaca hal itu, dia meminta setiap pengerjaan proyek selanjutnya bisa memperhatikan aspek EPC di tahap awal tadi. Termasuk, proyek Jakarta Integrated Green Terminal (JIGT) atas kerja sama Pertamina International Shipping (PIS) dan Pelindo.
Advertisement
"Tolong nanti benar-benar siapapun yang ditunjuk sebagai kontraktor, sebagai EPC, proses perencanaan dan proses contracting yang baik jangan sampai seperti kasus-kasus di masa lalu yang banyak sekali yang bermasalah ya EPC kita," bebernya.
Proses Kontrak
Dia meminta proses kontrak diperhatikan betul. Termasuk pada sisi penghitungan kebutuhan dana sampai spesifikasi teknis. Harapannya, hal itu bisa memperbaiki sisi EPC dan tidak menimbulkan masalah dikemudian hari.
"Bahwa karena perencanaan dan contracting yang tidak tepat akhirnya project-nya tertunda dan akhirnya menimbulkan permasalahan hukum," kata dia.
"Ini tolong nanti dalam contracting di Project management-nya baik secara legal, finansial dan pelaksanaan project-nya dilaksanakan sebaik-baiknya," tegas Wamen BUMN.
Mencontoh Smelter Freeport di Gresik
Lebih lanjut, Tiko meminta setiap BUMN yang menggarap proyek bisa mengaca pada proses pembangunan smelter tembaga milik Freeport Indonesia di Gresik, Jawa Timur. Menurutnya, proses EPC dalam pembangunan smelter disana menjalankan tata kelola yang baik.
"Ini salah satu base practices yang sedang kita kerjakan adalah smelter Freeport yang sedang dikerjakan di Gresik, itu termasuk yang bagus itu bisa jadi contoh di situ ada Wika dengan partner Chiyoda (Chiyoda International Indonesia) yang memang benar-benar menjalankan proses perencanaan dan implementasi project management dengan sangat rapi," paparnya.
Tiko memandang, proyek smelter yang ditarget rampung Mei 2024 itu bisa jadi acuan dalam mengembangkan satu produk secara besar. Termasuk memperhatikan secara detail di sisi perencanaan, commercial agreement, legal agreement dan eksekusi di lapangan yang baik dan rapi.
"Tolong itu dirapikan benar," tegas Kartika Wirjoatmodjo.
Advertisement
Minta Pertamina dan Pelindo Ngebut
Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo meminta Pertamina dan Pelindo bisa bergerak cepat merealisasikan kerja sama membangun Jakarta Integrated Green Terminal (JIGT). Mengingat, pembangunan ini akan mengambil lokasi di tengah laut di lahan reklamasi Pelindo.
Hal ini disampaikan Kartika alias Tiko dihadapan Direktur Strategi, Portofolio, dan Pengembangan Usaha Pertamina Salyadi Saputra, Direktur Utama Pelindo Arif Suhartono, dan Direktur Utama Pertamina International Shipping Yoki Firnandi.
"Jadi ini saya rasa satu kerjasama yang luar biasa dan di titipan saya tentu pak Arif, pak Salyadi, pak Yoki ini kesempatan nanti ya jangan sampai setelah Head of Agreement, speednya melambat," kata dia dalam sambutannya di Menara BRIlian, Jakarta, Jumat (1/9/2023).
Salah satu yang paling utama menurutnya adalah mengenai kepastian investasi. Itu tertuang dalam Final Investment Desicion (FID) sebagai gambaran kebutuhan dana.
"Kita tahu bahwa nanti yang paling utama adalah bagaimana FID untuk kebutuhan spek teknis daripada pelabuhan ini bisa segera diselesaikan sehingga Pak Arif dan pak Pras (Direktur Strategi Pelindo, Prasetyo) bisa segera kerja untuk melakukan infrastrukturnya," ungkapnya.
Diketahui, terminal BBM ramah lingkungan JIGT ini akan dibangun di lahan reklamasi milik Pelindo yang sudah dijalankan sejak 2019-2020 lalu. Dia berharap, pengkerasan lahan reklamasi itu bisa dilakukan lebih cepat.
"Tapi kita untuk infrastruktur menunggu DED (Detail Engineering Design) atau FID, user yang akan menentukan spek daripada instrukturnya tentu kita kebut, tadi Pak Arif menyampaikan tadinya dipikir 2025, kalau bisa 2024 awal pun sudah bisa selesai pengerasannya sehingga bisa langsung di overlay dengan perkembangan berikutnya," bebernya.
Ditarget Mulai Bangun 2024
Sementara itu, Direktur Utama Pelindo Arif Suhartono menargetkan lahan reklamasi sebagai lokasi JIGT bisa mulai dibangun pada pertengahan 2024 mendatang.
"Dan saat ini Pelindo sudah mulai reklamasi, diharapkan di tahun depan mungkin, maksimal mungkin mid (pertengahan) 2024 lahan tersebut sudah siap," kata dia.
Dengan pembangunan yang dilakukan ditengah laut, Arif meyakini jarak aman atau buffer zone dari terminal BBM itu bisa lebih aman. "Bahwa lokasinya itu di (lahan milik) Pelindo, yang tadi terkait buffer zone, ini lokasi di tengah laut, artinya mungkin dari teman-teman Pertamina jauh lebih paham, jauh lebih safe dibanding tempat-tempat yang lain, karena lokasinya di tengah laut, ada jalan khusus sampai ke situ," urai dia.
Advertisement