Liputan6.com, Jakarta Harga minyak dunia kembali naik ke level tertinggi, setelah Arab Saudi dan Rusia memperpanjang pengurangan pasokan hingga akhir tahun. Akibatnya, harga minyak dunia kini tembus di atas USD 90 per barel.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tak memungkiri, kenaikan harga minyak dunia itu bakal turut memberatkan APBN dalam menopang harga BBM.
Baca Juga
Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengatakan, alokasi APBN untuk subsidi BBM memang sangat memberatkan jika harga minyak dunia tembus di kisaran USD 90 per barel.
Advertisement
"Sebetulnya kita itu tidak terlalu nyaman dengan harga minyak tinggi di atas USD 100, USD 90 ke atas. Itu betul, memang bisa tinggi sekali (sokongan APBN untuk BBM)," kata Tutuka saat ditemui di Park Hyatt Jakarta, Kamis (7/9/2023).
Pasalnya, pemerintah banyak mengalokasikan dana untuk melakukan impor minyak mentah (crude oil) dan juga BBM. Untuk impor BBM saja, kebutuhannya bisa mencapai 35 persen.
Peran FAME
"Produksi dari kilang kita yang dihasilkan dari crude oil gabungan dari dalam negeri dan impor hanya 52 persen. Nambah 35 persen dari impor fuel, FAME kurang lebih 13 persen kontribusinya. Jadi FAME membantu mengurangi bahan bakar impor," paparnya.
"Kalau harga minyak naik kan sangat mempengaruhi impor crude dan impor BBM. Kami memahami itu berat juga kalau terlalu tinggi," kata Tutuka.
Menindaki hal ini, Kementerian ESDM disebutnya akan terus pasang mata terhadap fluktuasi harga minyak dunia. Namun, ia meyakini harga minyak dunia tidak akan selamanya tinggi.
"Kita amati terus sih. Tiap kali ada kenaikan kita hitung lagi. Tapi keekonomian harga minyak kan tidak bisa kita prediksi naik terus. Nanti bisa turun karena apa," pungkas Tutuka.
Harga Minyak Dunia Makin Mahal, Arab Saudi Lanjutkan Kurangi Pasokan
Harga minyak naik satu dolar per barel pada hari Selasa ke level tertinggi sejak November, setelah Arab Saudi dan Rusia memperpanjang pengurangan pasokan sukarela hingga akhir tahun. Ini mengkhawatirkan investor tentang potensi kekurangan minyak selama puncak permintaan musim dingin.
Dikutip dari CNBC, Rabu (6/9/2023), harga minyak mentah berjangka Brent naik USD 1,04, atau 1,2%, menjadi USD 90,04 per barel, ditutup di atas USD 90 untuk pertama kalinya sejak 16 November 2022.Minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate Oktober naik USD 1,14, atau 1,3%, menjadi USD 86,69 per barel, juga merupakan level tertinggi dalam 10 bulan.
Investor memperkirakan Arab Saudi dan Rusia akan memperpanjang pemotongan sukarela hingga bulan Oktober, namun perpanjangan tiga bulan tersebut tidak terduga.
“Ini merupakan indikasi jelas bahwa harga minyak mengalahkan volume (untuk Arab Saudi),” kata Jorge Leon, wakil presiden senior di Rystad Energy.
“Pergerakan bullish ini secara signifikan memperketat pasar minyak global dan hanya dapat menghasilkan satu hal: harga minyak yang lebih tinggi di seluruh dunia,” tambah Leon.
Advertisement
Komitmen Arab Saudi dan Rusia
Baik Arab Saudi dan Rusia mengatakan mereka akan meninjau pengurangan pasokan setiap bulannya, dan dapat memodifikasinya tergantung pada kondisi pasar.
“Dengan perpanjangan pengurangan produksi, kami mengantisipasi defisit pasar lebih dari 1,5 juta barel per hari pada kuartal keempat 2023,” tulis analis UBS Giovanni Staunovo dalam catatannya kepada klien. UBS sekarang memperkirakan minyak mentah Brent akan naik menjadi $95 per barel pada akhir tahun.