Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan Fintech hadir dengan tujuan untuk mempermudah masyarakat dalam melakukan transaksi keuangan serta meningkatkan pemahaman tentang literasi dalam bidang keuangan.
Fintech juga turut hadir dalam melakukan digitalisasi UMKM dengan harapan akan memajukan UMKM di Indonesia.
Baca Juga
Pada klub Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) yang digelar pada Kamis (7/9), Sekjen Asosiasi UMKM Indonesia Eddy Misero, mengatakan bahwa UMKM pada saat ini membutuhkan unsur digital.
Advertisement
“Suka tidak suka harus masuk (ke era digital), kalau tidak UMKM akan colapse,” kata Eddy, ditulis Jumat (8/9/2023).
Ia menambahkan, pelaku UMKM saat ini harus melek digital untuk meraih masa depan Indonesia menjadi negara yang kuat.
Produk lokal Indonesia akan terus didorong agar lebih kuat di masa depan. Perusahaan Fintech turut membantu para pelaku UMKM yang membutuhkan permodalan.
Butuh Kecepatan Akses Modal
Direktur Eksekutif Fokus UMKM, Ari Prabowo menggaris bawahi bahwa pelaku usaha sangat membutuhkan kecepatan memperoleh pinjaman modal, khususnya pada UMKM kuliner.
Untuk mempercepat proses permodalan tersebut, Sekjen AFPI, Sunu Widyatmoko turut menanggapi bahwa digitalisasi UMKM akan memiliki peran penting dalam mempercepat proses tersebut.
Sunu menambahkan, Jika UMKM mengadopsi pembayaran digital, maka akan terekam data UMKM untuk dilakukan scoring, monitoring, serta memfilter UMKM oleh Fintech.
“Meningkatkan literasi UMKM untuk adopsi keuangan digital, itu datanya akan jadi penilaian bagi UMKM untuk memberi pinjaman kepada UMKM sesuai kebutuhannya,” kata Sunu. “Misal, sebuah UMKM membutuhkan 1 miliar perbulan, maka pendanaan yang diberikan tidak kan melebihi 1 miliar dan akan ada penggambaran pendanaan UMKM tersebut melalui payment digital.” tambahnya.
Maka, keberadaan ekosistem digital yang merangkul UMKM dinilai penting sehingga kegiatannya terekam melalui pembayaran digital, pendapatan, keuntungan, dan informasi lainnya sehingga memudahkan proses penilaian dan validasi.
Tantangan dalam digitalisasi UMKM
Tentunya, melakukan perubahan pasti ada tantangan tersendiri. Menurut Eddy, pelaku UMKM rata-rata memiliki latar pendidikan middle to low sehingga literasi digital perlu berproses.
“Kesulitannya adalah merubah mindset pelaku UMKM yang hanya menerima nasib. Mestinya pelaku UMKM itu growth mindset. Adanya kesulitan bukan menjadi hambatan tetapi sebagai tantangan untuk kedepannya,” kata Eddy.
Eddy menambahkan, kesulitan dalam melakukan digitalisasi UMKM juga kenyataan bahwa masih ada 12.000 desa yang belum terjangkau internet sehingga tidak mungkin disamakan dengan pelaku UMKM di Jakarta. Bantuan Fintech pun tidak bisa diberikan meskipun desa-desa tersebut membutuhkannya.
Di lain sisi, Ari mengatakan bahwa yang perlu menjadi fokus dalam peningkatan literasi Fintech secara masif adalah mengenalkan bagaimana yang benar dan legal.
Advertisement
Dari mana Peroleh Dana?
Sunu mengatakan, AFPI memiliki strategi khusus dalam mendorong UMKM digital. Tentu semuanya tidak ada yang instan, tetap berproses meskipun Sunu mengaku sangat ingin untuk langsung melayani.
UMKM saat ini memang bagian dari satu ekosistem. Namun, data pembanding yang ada di pemerintah juga dibutuhkan seperti BPJS, data pajak, dan lainnya. Menurut Sunu, jika data tersebut bisa langsung diakses untuk melakukan validasi maka bisa mempercepat proses.
Pada prinsipnya, dunia digital memang sudah seharusnya dimasuki oleh pelaku UMKM Indonesia. Menurut Ari, dengan adanya perusahaan Fintech dapat mempermudah permodalan secara cepat dan ringan. Ia berharap, di tahun 2023 Fintech bisa menerapkan anggota UMKM yang resmi menjadi bagian dari komunitas Fintech akan mendapat kekuatan dari komunitas sehingga lebih mudah bagi Fintech untuk menerima tanpa perlu proses yang panjang.
“Harapannya, berperan serta lah dalam mempersiapkan 100 tahun Indonesia emas. Kepada Fintech, all out dengan UMKM karena berharap UMKM akan maju dan ekonomi Indonesia juga akan kuat,” kata Eddy.