Sukses

Bos IBC Ambisi Jadikan Indonesia Raja Nikel Sulfat Dunia

Indonesia bisa unggul di sektor ekosistem kendaraan listrik. Salah satunya dengan bermodalkan cadangan nikel yang tersebar di dunia

Liputan6.com, Jakarta Direktur Utama Indonesia Battery Coorporation (IBC) Toto Nugroho berambisi membawa Indonesia bisa unggul di sektor ekosistem kendaraan listrik. Salah satunya dengan bermodalkan cadangan nikel yang tersebar di dunia.

Toto menyebut, cadangan nikel Indonesia bisa diolah menjadi nikel sulfat yang dibutuhkan untuk industri baterai kendaraan listrik (EV). Dengan outlook kapasitan produksi dalam negeri, dia optimistis dalam 4-5 tahun kedepan Indonesia bisa merajai industri ini.

"Jadi, salah satu keunggulan yang kami miliki, karena kami memiliki nikel, salah satu bahan baku baterai yang paling banyak mengandung garam adalah nikel sulfat dan Indonesia saat ini memproduksi sekitar 40 persen dari seluruh nikel sulfat di dunia, dalam 4 atau 5 tahun ke depan, menurut saya, akan mencapai lebih dari 70 persen," bebernya dalam Indonesia Sustainability Forum 2023, di Hotel Park Hyatt, Jakarta, Kamis (7/9/2023).

Dia mengibaratkan, dengan potensi ini Indonesia bisa meniru kesuksesan Arab Saudi di tahun 1970-an yang bisa berjaya karena pemanfaatan cadangan minyak yang dimilikinya.

"Jadi, saya selalu bilang bahwa di sini rata-rata punya potensi, seperti Arab Saudi, di tahun 70an, dengan minyaknya. Jadi kita mempunyai keuntungan global karena memiliki sumber daya nikel," ungkapnya.

Mampu Pasok Setengah Kebutuhan Dunia

Toto mencatat, produksi nikel Indonesia bisa memenuhi setengah dari keperluan baterai kendaraan listrik dunia. Tapi, terbatasnya permintaan di dalam negeri menjadikan perlu adanya pengalihan sejumlah produksinya ke dalam rantai pasok global.

Tujuannya, guna memaksimalkan penyerapan dari nikel sulfat yang dihasilkan di Tanah Air. Pada konteks ini, artinya ada penyerapan dari hilirisasi bijih nikel.

"Kita perlu memastikan bahwa sumber daya nikel ada dalam rantai pasokan global sambil menjaga permintaan baterai di dalam negeri. Jadi kita perlu mengambil jalan kedua-duanya," ujarnya.

"Kita perlu meningkatkan permintaan mobil dalam negeri, fokus dan inovasi kita. Namun di sisi lain kita juga perlu memenuhi permintaan bahan baterai dunia," imbuh Toto Nugroho.

 

2 dari 4 halaman

Modal Tekan Emisi Karbon

Ketua Umum Kadin Indonesia Arsjad Rasjid mengungkap modal Indonesia dalam mendukung penurunan emisi karbon dan ekonomi berkelanjutan. Mulai dari sumber daya alam, hingga sumber daya manusia yang bisa dilatih.

Arsjad menyebut, Indonesia kaya akan mineral yang mendukung ekosistem baterai kendaraan listrik. Pada saat yang sama, Indonesia kaya akan potensi bauran energi baru terbarukan (EBT).

"Kita punya potensi menghasilkan 440 GW tenaga surya, angin, dan air. Kita juga merupakan produsen nikel, timah, dan tembaga terkemuka di dunia yang merupakan mineral penting untuk produksi baterai dan teknologi energi ramah lingkungan lainnya," paparnya dalam ISF 2023, di Park Hyatt, Jakarta, Kamis (7/9/2023).

 

3 dari 4 halaman

Potensi

Selain sumber daya alam, Arsjad menyebut, Indonesia juga memiliki populasi muda dan terus bertambah. Artinya, ada peluang tenaga kerja yang dapat dilatih mengenai ekonomi ramah lingkungan.

"ini bukan hanya tentang kepemilikan sumber daya, kita berbicara tentang potensi kepemimpinan global dalam industri ramah lingkungan," kata dia.

Guna menangkap potensi ini, kata Arsjad, perlu kolaborasi dari setiap lapisan masyarakat. Baik pemerintah, pengusaha, hingga masyarakat sipil.

"Satu hal yang pasti kita tidak bisa bekerja sendiri untuk menyelesaikan tantangan yang kompleks ini. hal ini membutuhkan upaya kolaboratif dari semua sektor masyarakat, pemerintah, dunia usaha, LSM, dan masyarakat sipil," bebernya.

 

4 dari 4 halaman

Tantangan

Ketua Umum Kadin Indonesia Arsjad Rasjid mengungkap dampak dari perubahan iklim yang terjadi saat ini. Misalnya, tingkat polusi yang ada di DKI Jakarta.

Arsjad menyebut, kondisi ini jadi satu tantangan yang dihadapi saat ini. Mulanya, perubahan iklim adi pembicaraan di berbagai ajang, tapi kini ada di depan mata.

"Tantangan-tantangan yang kita hadapi sejauh ini dan yang mendesak, perubahan iklim yang tadinya merupakan kekhawatiran lama, kini kita hadapi setiap hari," kata dia dalam Indonesia Sustainability Forum (ISF) 2023, di Park Hyatt, Jakarta, Kamis (7/9/2023).

"Kabar baru-baru ini bahwa Jakarta dinobatkan sebagai kota dengan polusi tertinggi di dunia merupakan suatu hal yang patut diwaspadai," sambungnya.