Liputan6.com, Jakarta - Google Indonesia menetapkan target untuk mencapai target bebas emisi, atau net zero emission di 2030. Guna mencapai target ambisius tersebut, perusahaan menekankan kolaborasi dengan para pelaku dan pemangku kepentingan lokal.
Direktur Hubungan Pemerintah dan Kebijakan Publik Google Indonesia Putri Alam menyatakan, untuk menggapai target itu, pihaknya bakal beradaptasi dengan situasi di Tanah Air. Sehingga pihaknya membuka diri untuk menjalin kemitraan dengan pihak lokal.
Baca Juga
"Jadi kolaborasi adalah kunci. Bukan hanya dalam forum, tapi juga secara keseluruhan KTT ASEAN menekankan kolaborasi, kolaborasi, kolaborasi," ujar Putri dalam sesi pleno Indonesia Sustainability Forum (ISF) 2023 bertajuk Technology and Human Capital Enablers to Pave the Path to Sustainable Growth di Park Hyatt Jakarta, Jumat (8/9/2023).
Advertisement
"Itu lah kenapa Google menetapkan target ambisius kamu mencapai net zero di 2030. Tidak ada cara satu perusahaan bisa melakukannya sendirian," tegas Putri.
Putri mengatakan, Google Indonesia telah memulai inisiasi itu sejak lama pada 2007, ketika perusahaan mencapai netral karbon. "Pada 2017 kami sebenarnya telah mengimbangi seluruh jejak karbon kami. Sehingga kami menetapkan tujuan yang sangat ambisius, bebas karbon di 2030," jelasnya.
Mitra LSM
Terkait kolaborasi, Google Indonesia juga telah bermitra dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) lokal, yakni dengan Program Pangan Dunia di Indonesia. Dalam kerjasama ini, Google memasok data untuk memberikan informasi bagaimana perubahan iklim dapat berdampak terhadap keberlanjutan lingkungan.
Menurut dia, sistem tersebut juga telah diadopsi oleh sejumlah agen pemerintahan di Indonesia.
"Kita juga bekerjasama dengan LSM lokal, Do Farmers untuk melakukan penelitian yang didorong oleh data, bagaimana mengaktifkan teknologi seperti AI untuk bantu petani memperoleh hasil panen lebih baik, terlepas dari perubahan iklim," tuturnya.
Berbicara soal peningkatan, Google Indonesia juga turut menggandeng Kementerian Pendidikan, Riset dan Teknologi (Kemenristek) beserta dua start up unicorn dari Tanah Air.
"Kita bekerja dengan Gojek dan Traveloka untuk menciptakan program, bersama dengan Kementerian Pendidikan, Riset dan Teknologi," kata Putri Alam.
Amazon Sebut AI Bisa Bantu Pangkas Emisi di Infrastruktur hingga Transportasi
Sektor infrastruktur hingga transportasi disebut bisa lebih optimal menekan emisi yang dihasilkan dari proses kerjanya. Salah satunya, dengan menerapkan Artificial Intelligent (AI) di beberapa lingkup kerjanya.
Regional Head of Energy and Environmental Policy in APAC, Amazon Web Services Ken Haig menyampaikan, awalnya sektor infrastruktur hingga transportasi dinilai tak bisa menerapkan sistem AI. Tapi, pada sektor itu terdapat peluang untuk penerapannya.
"Penerapan pada transportasi, energi, layanan kesehatan, infrastruktur, dan segala sesuatu yang mungkin tidak anda anggap tak bisa menerapkan AI, nyatanya bisa menerapkan itu," kata Ken dalam Technology and Human Capital Enablers to Pave the Path to Sustainable Growth, di Indonesia Sustainability Forum 2023, di Park Hyatt, Jakarta, Jumat (8/9/2023).
Salah satu dampak dari penerapannya adalah membantu sektor-sektor tadi menekan emisi dari lingkup kerjanya.
"Ada banyak peluang bagi kita untuk mengurangi emisi karbon dengan menggunakan AI untuk mendorong dampak yang terukur di seluruh industri, dan kami mulai melihat pelanggan AWS menggunakan cara yang sangat mengesankan ini," paparnya.
Dia meyakini, melalui pemanfaatan komputasi cloud, kegiatan yang dilakukan perusahaan atau organisasi di berbagai sektor bisa turut berkontribusi untuk menekan emisi karbon.
Â
Advertisement
Komputasi Awan 5 Kali Lebih Ramah Lingkungan
Diberitakan sebelumnya, sistem komputasi awan atau cloud menjadi pilihan dalam kerja-kerja perusahaan. Amazon Web Services mencatat, kegiatan perusahaan menjadi 5 kali lipat lebih ramah lingkungan ketika menggunakan cloud.
Regional Head of Energy and Environmental Policy in APAC, Amazon Web Services Ken Haig mengatakan, penerapan Artificial Intelligent (AI) dalam sistem komputasi cloud membuat perusahaan makin efisien. Ini mendorong efisiensi dari penggunaan daya dari operasional perusahaan.
"Kami perlu memastikan bahwa kami menempatkan sebanyak mungkin beban kerja tersebut di lingkungan yang paling efisien. Dan itulah yang dimaksud dengan awan. Jadi komputasi awan, pusat data, dan pusat data AWS, khususnya, terbukti lima kali lebih efisien dibandingkan rata-rata pusat data lokal organisasi perusahaan di Indonesia," paparnya dalam panel Technology and Human Capital Enablers to Pave the Path to Sustainable Growth, di Indonesia Sustainable Forum 2023, di Park Hyatt, Jakarta, Jumat (8/9/2023).
Efisiensi Bisnis
Dia menyebut ini menjadi efisiensi bisnis yang cukup besar. Menurut Ken, rata-rata perusagaan atau organisasi berharap bisa mengurangi 80 persen beban kerja ketika menggunakan cloud.
"Mereka akan mengharapkan pengurangan hampir 80 persen dalam penggunaan energi dan emisi terkait dari menjalankan beban kerja tersebut hanya dengan melakukan migrasi tersebut. Jadi itu dampaknya besar," paparnya.
Ken Haig menyampaikan, pihaknya terus juga mendorong penggunaan energi lainnya bersumber dari energi bersih. Tujuannya, tidak lain untuk memastikan operasional perusahaan berjalan sekaligus ramah terhadap lingkungan.
"Selain itu, untuk sisa penggunaan energi yang kami miliki, kami berjanji untuk menggunakan 100 persen energi terbarukan," tegasnya.
Advertisement