Liputan6.com, Jakarta - Populasi individu dengan kekayaan bersih yang sangat tinggi di Asia menurun sekitar 10,9 persen pada tahun lalu. Ini merupakan penurunan regional terbesar di dunia. Hal itu diungkapkan dalam laporan perusahaan data, Altrata.
“Populasi orang ultra-kaya di Asia turun sebesar 11 persen pada 2022, yang merupakan jumlah terbesar dibandingkan wilayah mana pun, menjadi 108.370 orang,” ungkap Altrata dalam laporannya, dikutip dari CNBC International, Sabtu (9/9/2023).
Baca Juga
Perusahaan data global itu menjelaskan bahwa penurunan jumlah orang super kaya ini disebabkan oleh kebijakan lockdown yang ketat di China, perang di Ukraina, serta terganggunya rantai pasokan regional.
Advertisement
Pasar yang menggeluti industri teknologi, salah satunya Korea Selatan dan Taiwan menanggung beban terberat akibat melemahnya ekspor dan konsumsi akibat perang.
Menurut penelitian Altrata, individu dengan kekayaan bersih tinggi (UHNW) adalah mereka yang memiliki kekayaan bersih lebih dari USD 30 juta.
Total kekayaan bersih penduduk super kaya di Asia kini mencapai USD 12,13 triliun, lebih rendah dibandingkan dengan kekayaan miliarder di Eropa sebesar USD 11,73 triliun, menurut laporan tersebut.
Eropa mencatat kinerja regional terburuk kedua, dengan penurunan sebesar 7,1 persen menjadi 100.850 individu dengan kekayaan bersih tinggi.
“Dampak langsung dari invasi Rusia ke Ukraina sangat besar, ungkap Altrata, terkait penurunan kekayaan individu kaya di Eropa.
India
Laporan Ultrata menyoroti, India termasuk salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia pada tahun 2022, yang mendukung peningkatan kekayaan sebesar 3 persen dalam populasi warga terkayanya.
Perekonomian India tumbuh sebesar 7,8 persen pada kuartal kedua 2023, menandai laju pertumbuhan tercepat dalam satu tahun.
Adapun wilayah Amerika Utara, pasar kekayaan ultra terbesar di dunia dengan kekayaan bersih gabungan sebesar USD 16,47 triliun, yang juga mencatat penurunan kekayaan miliarder sebesar 4 persen menjadi 142.990 individu, menurut laporan tersebut.
Sementara itu, Timur Tengah, Amerika Latin dan Karibia mengalami peningkatan besar dalam jumlah individu super kaya. Timur Tengah mencatat peningkatan populasi ultra-kaya sebesar 15,7 persen – sebagian besar disebabkan oleh lonjakan harga komoditas, sementara Amerika Latin dan Karibia mengalami peningkatan sebesar 17,5 persen.
“Dengan pasar kekayaan terbesar yang seluruhnya merupakan eksportir komoditas utama, portofolio aset regional didukung oleh peningkatan nilai tukar perdagangan akibat harga yang lebih tinggi,” ungkap Altrata.
Advertisement