Liputan6.com, Jakarta - Kerusakan akibat gempa mematikan yang melanda Maroko pada Jumat, 8 September 2023 berdampak terhadap produk domestik bruto (PDB) yang mencapai 8 persen. Hal itu berdasarkan perkiraan terbaru dari the United States Geological Survey atau Survei Geologi Amerika Serikat.
Dikutip dari The National, ditulis Senin (11/9/2023), nilai kerusakan akibat gempa Maroko itu setara sekitar USD 10,7 miliar atau sekitar Rp 164,36 triliun (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.360). Hal itu berdasarkan perkiraan PDB Afrika Utara pada 2022 sebesar USD 134,18 miliar, menurut data dari Bank Dunia.
USGS, yang merilis prediksi melalui sistem Prompt Assessment of Global Earthquakes for Response (Pager) menetapkan peringatan merah untuk potensi kerugian ekonomi yang dihadapi Maroko.
Advertisement
“Kerusakan besar mungkin terjadi dan bencana kemungkinan besar akan meluas. Perkiraan kerugian ekonomi adalah 0-2 persen PDB. Peristiwa masa lalu dengan tingkat kewaspadaan seperti ini memerlukan respons tingkat nasional dan internasional,” tulis badan yang berbasis di Virginia tersebut.
Pager merupakan sistem otomatis yang menilai dampak gempa bumi dengan membandingkan populasi yang terpapar pada setiap tingkat intensitas guncangan dengan model kerugian ekonomi dan korban jiwa berdasarkan gempa bumi di setiap wilayah dan negara, menurut situs webnya.
Timbulkan Biaya Rekonstruksi
Gempa bumi yang kuat menimbulkan masalah besar bagi ekonomi karena akan melumpuhkan aktivitas dan menimbulkan biaya rekonstruksi.
Berdasarkan laporan Bank Dunia, gempa bumi yang melanda Turki dan Suriah pada Februari menyebabkan kerusakan fisik langsung senilai USD 5,1 miliar di Suriah saja.
Di Turki, kerugian ekonomi diperkirakan melebihi USD 25 miliar dan jalan menuju pemulihan diprediksi menghabiskan waktu beberapa tahun. Demikian di sampaikan Moody’s RMS.
Perkiraan biaya rekonstruksi setelah gempa berkekuatan 7,8 skala magnitude pada 6 Februari 2023, yang menewaskan lebih dari 50.000 orang adalah lebih dari USD 100 miliar.
Dampak Gempa Maroko
Gempa bumi Turki-Suriah merupakan gempa terbesar kelima dalam hal dampak ekonomi, berada di bawah gempa yang terjadi di California sebesar USD 44 miliar pada 1994, Sichuan di China sebesar USD 85 miliar pada 2008.
Selanjutnya Hyogo di Jepang sebesar USD 100 miliar pada 1995 dan Tohoku di Jepang sebesar USD 210 miliar pada 2011, demikian menurut data Statista.
Menurut USGS, episentrum gempa berkekuatan 6,8 magnitudo di Maroko berada pada kedalaman 18,5 km dan terjadi di Pegunungan Atlas, sekitar 72 km barat daya Marrakesh tepat setelah pukul 23.00 waktu setempat.
Gempa Maroko telah akibatkan lebih dari 2.000 orang meninggal dunia, menurut Kementerian Dalam Negeri Maroko.
Selain itu, korban tewas terjadi di Marrakesh dan wilayah Selatan. Gempa besar terakhir di Maroko terjadi pada 2004, menewaskan 628 orang dan hancurkan 12.000 rumah.
Risiko gempa bumi memengaruhi dua wilayah di Maroko antara lain bagian utara yang merupakan pusat kegiatan ekonomi dan wilayah Agadir, salah satu pusat pariwisata utama Maroko, menurut the Organisation for Economic Co-operation and Development.
Advertisement
IMF hingga Bank Dunia Bakal Dukung Maroko
Dalam pernyataan bersama pada Minggu, 10 September 2023, Dana Moneter Internasional atau the International Monetary Fund (IMF), Bank Dunia, Komisi Eropa, Prancis, India dan Uni Afrika menuturkan akan mendukung Maroko dengan cara terbaik.
“Kami telah dan terus menjadi mitra Maroko yang berkomitmen mendukung pihak berwenang dalam membangun ekonomi yang inklusif dan tangguh dengan institusi kuat,”
“Kekuatan ini akan bermanfaat bagi masyarakat Maroko saat mereka pulih dari kehancuran akibat gempa,”
Kelompok itu mengatakan akan memberikan semua dukungan yang diperlukan untuk kebutuhan keuangan jangka pendek yang mendesak dan upaya rekonstruksi di Maroko.
“Untuk tujuan ini, kami akan memobilisasi peralatan dan bantuan teknis, dan keuangan kami secara terkoordinasi untuk membantu rakyat Maroko mengatasi tragedi mengerikan ini,”
Sebelum Gempa, Ekonomi Maroko Sudah Alami Kontraksi
Bank Dunia mencatat ekonomi Maroko telah alami kontraksi karena guncangan domestik dan internasional termasuk kekeringan dan harga komoditas yang tinggi.
Pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) riil Maroko anjlok menjadi sekitar 1,2 persen antara 2021-2022. Selain itu, inflasi inti naik dari 7,9 persen menjadi 8,5 persen pada Februari 2023. “Dan secara tidak proporsional berdampak pada rumah tangga miskin,” tulis Bank Dunia pada Mei 2023.
Pihak berwenang telah memulai langkah baru termasuk subsidi yang tidak tepat sasaran, harga yang diatur dan pengetatan moneter yang moderat untuk mengendalikan inflasi. Namun, hal ini telah memberikan tekanan yang signifikan pada keuangan public.
Maroko juga merupakan tempat wisata utama dan Marrakesh menjadi rumah bagi banyak situs warisan dunia Unesco. Sejauh ini, belum diketahui dampak gempa terhadap pariwisata.
Adapun pariwisata mewakili 7 persen aktivitas ekonomi Maroko dan mempekerjakan lebih dari setengah juta orang, menurut Mordor Intelligence.
Advertisement