Sukses

Diputuskan Bersalah Soal PHK Ilegal, Qantas Ternyata Justru Kantongi Untung

Pengadilan Australia menyatakan bahwa Qantas memberhentikan staf di 10 bandara secara tidak sah pada tahun 2020.

Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan maskapai asal Australia, Qantas tengah menghadapi tuntutan hukum terkait Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pada karyawan selama pandemi.

Pengadilan tinggi Australia menolak permohonan Qantas untuk membatalkan keputusan yang menyatakan perusahaan melakukan outsourcing secara ilegal terhadap 1.700 pekerjanya selama pandemi.

Melansir BBC, Rabu (13/9/2023) Pengadilan Australia dengan suara bulat menyatakan bahwa maskapai tersebut telah memberhentikan staf di 10 bandara secara tidak sah pada 2020.

Keputusan tersebut menyatakan Qantas melanggar Undang-Undang Fair Work Australia, yang melindungi hak-hak karyawan.

Serikat Pekerja Transportasi – salah satu badan utama yang mewakili pekerja yang mengajukan kasus ini – mengatakan bahwa temuan tersebut adalah bukti bahwa “seluruh dewan Qantas harus diganti oleh direktur baru termasuk perwakilan pekerja”.

Sementara itu, Qantas dalam penjelasannya mengatakan bahwa outsourcing merupakan tindakan finansial yang diperlukan.

Dilaporkan, maskapai ini menghadapi kemarahan publik dalam beberapa pekan terakhir, setelah meraup rekor keuntungan meskipun ada serangkaian kejadian terkait tindakannya selama pandemi.

Qantas juga dituduh mendukung blokade pemerintah terhadap perluasan penerbangan Qatar Airways ke dan dari Australia – sebuah langkah yang menurut para kritikus akan membuat pasar lebih kompetitif dan menurunkan harga tiket pesawat.

Pekan lalu, bos Qantas yakni Alan Joyce, mengumumkan akhir dari tugasnya dari maskapai tersebut dua bulan lebih awal dari yang dijadwalkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

General Motors PHK 940 Karyawan di Arizona AS

Perusahaan otomotif asal Amerika Serikat General Motors mengumumkan akan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap 940 karyawannya di negara bagian Arizona.

Mengutip US News, Kamis (24/8/2023) GM juga mengungkapkan akan menghentikan operasi ITnya di Arizona karena perusahaan tersebut berupaya untuk menyederhanakan fungsi dan mengurangi biaya.

Sementara itu, sekitar 80 hingga 90 karyawan yang bekerja dalam tim kendaraan yang ditentukan perangkat lunak akan tetap berada di Arizona karena perusahaan tersebut mengkonsolidasikan operasi di fasilitas IT di Michigan, Georgia, dan Texas.

GM mengatakan, karyawan ITnya yang terkena dampak PHK dapat melamar posisi terbuka di negara bagian lain.

3 dari 3 halaman

Dipindahkan

Secara terpisah, GM mengonfirmasi adanya pengurangan 200 posisi teknik namun mengatakan sebagian besar pekerja yang terkena PHK akan dipindahkan ke posisi teknik baru.

GM, yang memangkas beberapa ratus pekerjaan sejak Februari 2023, mengatakan pada bulan April bahwa sekitar 5.000 pekerjanya telah melakukan pembelian untuk meninggalkan produsen mobil tersebut.

Keputusan itu datang setelah GM mengumumkan rencana untuk memangkas biaya sebesar USD 2 miliar pada akhir tahun 2024.

Pada bulan Juli, perusahaan mengatakan akan memangkas biaya lagi.

CEO GM Mary Barra mengatakan bulan lalu bahwa pengeluaran perusahaan akan turun USD 2 miliar secara bersih saat memasuki tahun 2024, termasuk sekitar USD 1 miliar dari program pemisahan sukarela, dan USD 800 juta lainnya dalam pengurangan biaya penjualan dan pemasaran.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini