Liputan6.com, Jakarta - Indonesia telah menyatakan siap melakukan lompatan besar menuju net zero emission. Salah satunya dengan mengembangkan ekosistem kendaraan listrik. Meskipun masih relatif baru di Indonesia, perkembangan mobil listrik di Indonesia semakin baik.
Berdasarkan laporan dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil listrik di Indonesia sebanyak 15.437 unit sepanjang 2022. Jumlahnya melesat 383,5% dibandingkan setahun sebelumnya yang sebesar 3.193 unit.
Baca Juga
CEO Grant Thornton Indonesia Johanna Gani menjelaskan, pemerintah melihat potensi besar dalam pengembangan mobil listrik karena Indonesia sendiri memiliki cadangan sumber daya nikel untuk pembuatan baterai. Tahun ini Pemerintah meluncurkan berbagai program percepatan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB).
Advertisement
Contohnya adalah insentif fiskal tax holiday hingga 20 tahun untuk memperkuat ekosistem KBLBB, PPN dibebaskan atas impor dan perolehan barang modal berupa mesin dan peralatan pabrik untuk industri kendaraan bermotor hingga insentif perpajakan dengan PPnBM 0%.
Selain itu, PLN juga berencana memberikan diskon tarif listrik bagi para pemilik mobil listrik.
“Berbagai negara di dunia sudah mencanangkan target mencapai net zero emission pada 2050, sesuai dengan perjanjian Paris yang membatasi kenaikan suhu udara global maksimal 1,5°C, agar dunia terhindar dari dampak pemanasan global. Salah satunya adalah dengan membangun ekosistem kendaraan listrik.” jelas dia dalam keterangan tertulis, Rabu (13/9/2023).
Johanna melanjutkan, kebijakan peralihan penggunaan bahan bakar minyak menjadi kendaraan motor listrik, tentunya membawa dampak positif bagi Indonesia yang memiliki cadangan bahan baku nikel terbesar di dunia, yang diharapkan nantinya dapat menguasai pasar bahan baku baterai secara global.
"Tidak hanya itu, hal ini juga selaras dengan akselerasi Indonesia menuju transportasi rendah emisi, mengurangi impor minyak bumi, menyehatkan APBN, dan juga mendukung kebijakan pembangunan berkelanjutan pemerintah lainnya”, tambah Johanna.
Hambatan dan Tantangan
Dampak positif lain yang dapat diperoleh dari pemanfaatan KBLBB antara lain penurunan biaya kesehatan akibat peningkatan kualitas udara, keuntungan (benefit) dari penurunan emisi gasrumah kaca, maupun potensi keuntungan pengendara yang berasal dari penghematan biaya bahan bakar dan perawatan kendaraan selain tentunya potensi penciptaan lapangan kerja dari industri KBLBB maupun komponen KBLBB.
Johanna mengatakan, walaupun begitu, masih banyak hambatan dan tantangan untuk mengembangkan industri kendaraan listrik di Indonesia. Salah satunya adalah proses pengolahan teknologi baterai yang memerlukan teknologi canggih dan biaya yang cukup besar, serta terbatasnya infrastruktur baterai untuk kendaraan listrik.
Maka dari itu, perlu adanya dukungan dari semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat Indonesia dalam rangka percepatan kendaraan berbasis listrik (EV) yang tidak hanya berbentuk infrastruktur, tetapi juga regulasi serta produksi.
Masyarakat juga harus terus diberikan edukasi mengenai dampak positif kebijakan transisi energi dalam rangka pengurangan emisi, salah satunya dengan beralih menggunakan kendaraan listrik.
"Pemerintah juga sebaiknya meningkatkan dukungan, melalui regulasi dan insentif pendukung lainnya, yang dapat menarik minat investor untuk berinvestasi dan juga subsidi harga yang dapat menarik minat masyarakat untuk beralih ke kendaraan listrik," tutup Johanna.
Advertisement
Menjanjikan, Nilai Industri Motor Listrik di Indonesia Bisa Tembus USD 19,2 Miliar
Sebelumnya, era kendaraan listrik menjadi sebuah keniscayaan. Peralihan mobil atau motor listrik pasti terjadi di Indonesia, baik itu berjalan secara lambat atau cepat, tergantung kondisi pendukungnya di Tanah Air.
Berdasarkan riset electric vehicle white paper bertajuk “An Electric Revolution: The Rise of Indonesia’s E-Motorcycle”, yang dikeluarkan oleh Deloitte Indonesia, yang berkolaborasi dengan Foundry, seiring dengan adopsi motor listrik di Indonesia yang mengalami lonjakan signifikan selama 2 tahun terakhir, bertumbuh sebesar 15 kali lipat dari tahun 2020 hingga 2022.
Sebagai negara dengan populasi sepeda motor terbesar ke-3 di dunia, industri sepeda motor listrik di Indonesia menunjukkan peluang besar sebesar $19,2 miliar, baik dari sudut pandang produsen maupun distribusi energi.
Riset ini juga mengupas peta industri pemain motor listrik, serta analisis lebih dalam mengenai opsi dan dilema adopsi motor listrik seperti: charging atau swapping, perbandingan biaya dan infrastruktur untuk berbagai model yang ada, serta pandangan dari sisi regulasi.
Sejak 2019, pemerintah Indonesia terus memberlakukan peraturan untuk memberikan insentif kepada konsumen, mengurangi biaya produksi, dan mempercepat infrastruktur kendaraan roda dua listrik untuk mencapai targetnya pada 2030 dengan target 31.000 stasiun pengisian daya, 67.000 stasiun pertukaran, 30 persen penjualan sepeda motor terdiri dari listrik, dan 13,5 juta sepeda motor elektronik di jalan.
"Sebagai ekosistem platform, kami melihat sinergi yang solid sangat dibutuhkan untuk bersama-sama memecahkan masalah, memberikan solusi, dan memajukan perkembangan industri motor listrik di Indonesia," jelas Erwin Arifin, Director of Research, Foundry dalam diskusi panel, yang diselenggarakan di Enery Building, SCBD, Jakarta Pusat, Selasa (12/9/2023).
Target
Sementara itu, Nindito Reksohadiprodjo, Partner, Deloitte Indonesia, menyampaikan, target sepeda motor listrik 13,5 juta yang ambisius mengalami peningkatan 15,4x dalam 2 tahun terakhir.
Beberapa pemain di industri ini telah menjadi pusat perhatian dalam industri sepeda motor listrik di Indonesia, dan masing-masing perusahaan berkontribusi terhadap transformasi cepat lanskap transportasi nasional.
"Kami berharap riset ini dapat membantu para pemain untuk menavigasi pertumbuhan industri, karena peralihan ke mobilitas listrik tidak hanya mengatasi tantangan mobilitas perkotaan tetapi juga berkontribusi terhadap kelestarian lingkungan," pungkasnya.
Advertisement