Sukses

Inilah Proyek Jumbo di Pulau Rempang yang Diprotes Warga dan Picu Konflik

Pulang Rempang menjadi perhatian usai konflik yang terjadi antara aparat dan warga yang tolak pembangunan Rempang Eco City. Berikut profil Rempang Eco City.

Liputan6.com, Jakarta - Pulau Rempang kini menjadi sorotan. Hal ini seiring konflik yang timbul antara aparat keamanan dan warga Rempang, Kepulauan Riau terkait pengosongan lahan.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menilai, konflik antara aparat keamanan dan warga Rempang seharusnya tidak terjadi. Ia menilai, konflik itu dipicu karena komunikasi kurang baik. Jokowi menuturkan, warga sudah ada kesempatan akan diberi lahan 500 meter ditambah bangunan tipe 45.

“Tetapi ini tidak dikomunikasikan dengan baik. Akhirnya menjadi masalah,” tutur dia saat kunjungan di Pasar Kranggot, Cilegon, Banten, Selasa, 12 September 2023, dikutip dari Antara.

Adapun warga menolak Proyek Rempang Eco City. Pembangunan proyek itu diprotes oleh warga Rempang dengan hadang aparat gabungan yang akan mematok dan mengukur lahan pada Kamis, 7 September 2023. Proyek tersebut akan membuat sekitar 7.500 warga direlokasi. Selain itu, proyek juga mengancam eksistensi 16 kampung adat Melayu yang ada di Pulau Rempang sejak 1834.

Bicara mengenai Proyek Rempang Eco City, dikutip dari laman BP Batam, Rempang Eco City menjadi salah satu proyek yang terdaftar dalam Program Strategis Nasional 2023. Pembangunannya diatur dalam Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 7 Tahun 2023 yang disahkan pada 28 Agustus 2023.

Proyek Rempang Eco City ini menjadi kawasan industri, perdagangan, hingga wisata terintegrasi yang ditujukan untuk mendorong daya saing dengan Singapura dan Malaysia.

Proyek itu dikerjakan oleh PT Makmur Elok Graha (MEG) dengan target investasi mencapai Rp 381 triliun pada 2080. PT MEG menjadi rekan BP Batam dan Pemkot Batam. Perusahaan itu akan membantu pemerintah menarik investor asing dan lokal dalam pengembangan ekonomi di Pulau Rempang.

 

2 dari 3 halaman

Pengembangan Rempang Eco City

PT MEG diberi lahan sekitar 17.000 hektare (ha) yang mencakup seluruh Pulau Rempang dan Pulau Subang Mas untuk menggarap Rempang Eco City.

Pemerintah juga menargetkan, pengembangan Rempang Eco City akan menyerap sekitar 306.000 tenaga kerja hingga 2080.

Dikutip dari BBC, tujuh zona yang akan dikembangkan antara lain zona industri, zona agro-wisata, zona pemukiman dan komersil, zona pariwisata, zona hutan dan pembangkit listrik tenaga surya, zona margasatwa, dan alam serta zona cagar budaya.

BP Batam menyebutkan, pengembangan Pulau Rempang diawali dengan investasi produsen kaca dari China sejak akhir Juli. Perusahaan berkomitmen investasi sekitar Rp 175 triliun akan membangun fasilitasi hilirisasi pasar kuarsa dan pasir silika serta ekosistem rantai pasok industri kaca dan kaca panel surya. Penandatangan kerja sama pengembangan Pulau Rempang itu dengan Xinyi Group.

Mengutip laman Setkab, penandatanganan kerja sama dalam membangun ekosistem hilirisasi industri kaca dan panel surya di Indonesia itu disaksikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).

“Kita hari ini melakukan penandatanganan MoU sekaligus perjanjian kerja sama dalam rangka membangun ekosistem hilirisasi di Rempang, kawasan Batam,” ujar Menteri Investasi, Bahlil Lahadalila, 28 Juli 2023.

3 dari 3 halaman

Investasi Grup Xinyi

Bahlil menuturkan, perjanjian kerja sama dengan Xinyi Glass yang merupakan perusahaan bidang kaca terbesar di dunia tersebut memiliki nilai investasi sebesar USD 11,6 miliar.

"Dan Indonesia akan dibangun investasi kaca Xinyi yang menjadi paling besar di luar RRT,” kata Bahlil.

Bahlil mengungkapkan, dari investasi dan pembangunan kawasan industri tersebut nantinya dapat menyerap banyak tenaga kerja di Indonesia

"Dan investasi ini betul-betul akan memakai tenaga kerja kurang lebih sekitar 35 ribu orang karena ini adalah hilirisasi pasir kuarsa dan silika yang salah satu akan kita lakukan di Rempang ini,” kata dia.

Dikutip dari Antara, grup Xinyi merupakan perusahaan dari Xinyi Glass dan Xinyi Solar yang merupakan perusahaan multinasional yang berbasis di Hong Kong dan memiliki operasi di seluruh dunia. Perusahaan ini adalah salah satu produsen kaca terbesar dengan berbagai produk kaca yang digunakan dalam sektor otomotif, konstruksi dan energi.

Grup Xinyi juga pemimpin dalam pembuatan solar panel, memanfaatkan teknologi canggih dan berkelanjutan untuk mendukung transisi global ke energi terbarukan.