Sukses

Rupiah Menguat di Tengah Koreksi Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan Kamis pekan ini. Penguatan rupiah ini terjadi di tengah koreksi yang terjadi pada dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan Kamis pekan ini. Penguatan rupiah ini terjadi di tengah koreksi yang terjadi pada dolar AS. 

Pada Kamis (14/9/2023), nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta menguat 0,03 persen atau 5 poin menjadi Rp 15.365 per dolar AS dari sebelumnya Rp 15.370 per dolar AS.

Analis pasar mata uang Lukman Leong memperkirakan rupiah menguat di tengah koreksi dolar Amerika Serikat (AS).

"Walau data inflasi AS semalam menunjukkan hasil yang sedikit di atas ekspektasi, namun investor bersiap menantikan data penjualan ritel AS yang diperkirakan akan lebih lemah dari bulan lalu," ujar dia dikutip dari Antara. 

Data inflasi AS menunjukkan pertumbuhan menjadi 3,7 persen pada Agustus 2023 atau meningkat dibandingkan pada Juli 2023 yang berada di kisaran 3,2 persen.

Menurut dia, ekspektasi kenaikan pada inflasi serta tingkat suku bunga The Fed sudah priced in. Karena itu, kendati ada kenaikan data inflasi AS, rupiah tetap dapat menguat.

"Investor sekarang beralih ke data ritel AS yang diperkirakan menurun ke posisi 0,2 persen pada Agustus 2023 dibandingkan 0,7 persen pada bulan lalu," ucap Lukman.

Pada Rabu (13/9/2023), Senior Economist PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rully Arya Wisnubroto menyampaikan bahwa pasar juga masih menunggu rilis data neraca perdagangan Indonesia yang diharapkan meningkat menjadi 1,5 juta dolar AS pada Agustus 2023 dari 1,3 juta dolar AS pada Juli 2023.

"Saya rasa dengan perkembangan saat ini, rupiah masih didominasi oleh sentimen global. Namun, kalau nanti pada hari Jumat (15/9/2023), rilisnya neraca perdagangan Indonesia lebih tinggi surplus trade balance-nya, maka hal ini akan mendorong rupiah," katanya.

2 dari 3 halaman

Jaga Rupiah, BI Terbitkan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia 15 September 2023

Sebelumnya, Kepala Departemen Pendalaman Pasar Keuangan Bank Indonesia (BI) Dony Hutabarat, menjelaskan bahwa Bank Indonesia akan menerbitkan instrumen moneter baru yaitu Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Ia berharap dengan penerbitan SRBI ini bisa menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

SRBI akan mulai diimplementasikan pada 15 September 2023 sebagai instrumen operasi moneter rupiah kontraksi.

Dony mengungkapkan, terdapat fitur menarik dalam SRBI, yaitu sebagai instrumen rupiah yang kredibel yang bisa diperdagangkan tidak hanya kepada pelaku domestik melainkan juga bisa diperdagangkan kepada investor asing.

"Jadi, ini juga sekaligus mendorong inflow (uang) yang masuk ke Indonesia, sehingga harapan kita bisa menjaga stabilitas nilai tukar," kata Dony dalam Konferensi Pers Taklimat media SRBI di kantor Bank Indonesia, Senin (28/8/2023).

Adapun SRBI adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek dengan menggunakan underlying asset berupa Surat Berharga Negara (SBN) milik Bank Indonesia.

Pada tahap awal, SRBI akan diterbitkan pada tenor 6, 9 dan 12 bulan (setelmen T+0) dengan jadwal dan hasil lelang yang akan diumumkan di website Bank Indonesia.

 

3 dari 3 halaman

Operasi Pasar Terbuka

Penerbitan SRBI dilakukan melalui lelang dengan bank umum yang menjadi peserta operasi pasar terbuka (OPT) konvensional dan SRBI dapat dipindahtangankan atau ditransaksikan di pasar sekunder.

Pada pasar perdana, SRBI hanya dapat dibeli oleh bank umum yang menjadi peserta OPT konvensional baik secara langsung atau melalui lembaga perantara. Selanjutnya di pasar sekunder, SRBI dapat dipindahtangankan dan dimiliki oleh non-bank (penduduk atau bukan penduduk).

Lebih lanjut, Dony menyebut tujuan diterbitkan SRBI ini dalah satunya untuk mendorong pendalaman pasar uang. Lantaran, saat ini beberapa instrumen pasar uang mengalami penurunan.

"Kenapa perlu didorong pendalaman pasar uang? kita melihat pasar uang kita saat ini ada beberapa instrumen yang menurun terus yang sifatnya kredibel. Nah, oleh karena itu Bank Indonesia meminta bahwa kita harus membuat sebuah instrumen yang bisa diperdagangkan di pasar yang bisa menjadi solusi," pungkasnya.