Sukses

USD Loyo Hari Ini, Rupiah Bakal Menguat ke Rp 15.400 Jumat Besok

USD melemah setelah rilis data inflasi AS yang menunjukkan harga konsumen paling tinggi dalam 14 bulan.

Liputan6.com, Jakarta Indeks dolar Amerika Serikat (USD) melemah pada Kamis, 14 September 2023. Dengan pelemahan dolar AS ini, maka rupiah diperkirakan akan mengalami penguatan pada perdagangan Jumat besok.

"Dolar melemah setelah rilis data inflasi AS terbaru pada hari Rabu, yang menunjukkan harga konsumen AS meningkat paling tinggi dalam 14 bulan pada bulan Agustus seiring kenaikan harga bensin, namun kenaikan inflasi dasar tahunan adalah yang terkecil dalam hampir semua tahun. dua tahun," ungkap Ibrahim Assuaibi, Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka dalam paparan tertulis Kamis (14/9/2023).

Ibrahim mengatakan, angka-angka ini gagal mengubah pandangan mengenai penghentian sementara Federal Reserve pekan depan, dan perhatian kini beralih ke pertemuan bulan November sebagai pertemuan penting dalam menentukan sentimen pasar.

Sementara itu, tingkatvinflasi inti AS menunjukkan tanda-tanda stabil pada tingkat yang lebih rendah, namun kenaikan harga minyak mentah dikhawatirkan berpotensi mendorong inflasi umum lebih tinggi.

"Masih banyak data inflasi AS yang harus dicerna pada Kamis malam, dalam bentuk harga produsen bulan Agustus, sementara penjualan ritel diperkirakan menunjukkan perlambatan tingkat pertumbuhan karena konsumen membatasi pengeluaran," jelas Ibrahim.

Bank Sentral Eropa

Sementara itu, di Eropa, Bank Sentral Eropa (ECB) akan bertemu pada hari Kamis dan para pedagang telah mulai menilai kembali posisi mereka setelah laporan Reuters mengindikasikan bahwa pembuat kebijakan ECB memperkirakan inflasi di 20 negara zona euro akan tetap di atas 3 persen tahun depan.

Hal ini memperkuat kemungkinan kenaikan suku bunga kesepuluh berturut-turut. Adapun Bank of England yang diperkirakan masih akan menambah 14 kenaikan suku bunga sejak akhir tahun 2021 ketika para pengambil kebijakan bertemu pekan depan.

BoE diperkirakan akan mengerek suku bunga menjadi 5,5 persen dari 5,25 persen.

"Perekonomian belum memasuki resesi seperti yang dikhawatirkan, pertumbuhan upah menunjukkan sedikit tanda-tanda perlambatan, dan para ahli statistik resmi telah meningkatkan data secara tajam untuk menunjukkan bahwa Inggris pulih lebih awal dari COVID-19 dibandingkan perkiraan sebelumnya," kata Ibrahim.

Dikatakan, ECB masih bisa menaikkan suku bunga pada hari Kamis.

Penutupan Rupiah

Menyusul pelemahan USD, Ruliah ditutup menguat 15 point dalam penutupan pasar sore ini, walaupun sebelumnya sempat menguat 25 point dilevel Rp. 15.355 dari penutupan sebelumnya di level Rp. 15.370.

Sedangkan untuk perdagangan besok, Rupiah diramal akan fluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp. 15.330- Rp. 15.400.

2 dari 3 halaman

Kondisi di Indonesia

Sementara di dalam negeri, para pelaku pasar terus memantau kebijakan Bank Indonesia (BI) mengenai perkembangan pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global, yang masih tumbuh kuat ditopang oleh konsumsi Masyarakat yang kuat serta dididorong oleh permintaan domestik.

Ibrahim mengatakan bahwa hal ini perlu dijaga dengan memperluas sumber-sumber perekonomian domestik, termasuk dukungan dari sektor keuangan khususnya kredit perbankan.

"Pasalnya, dari sisi ekspor, Indonesia sudah mengalami penurunan dikarenakan perekonomian Tiongkok yang melemah. Di mana mayoritas ekspor RI ditujukan ke Tiongkok," jelasnya.

"Tantangannya ke depan, bagaimana agar momentum pertumbuhan ekonomi pasca Covid dapat terus terpelihara di tengah melambatnya ekonomi Tiongkok yang berdampak terhadap melemahnya ekspor. Ini terlihat dari turunnya harga-harga komoditas," Ibrahim menambahkan.

Dalam hal ini, BI memperkuat stimulus kebijakan makroprudensial untuk mendorong pertumbuhan kredit atau pembiayaan perbankan melalui implementasi Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) bagi perbankan.

3 dari 3 halaman

Kredit Perbankan

Seperti diketahui, kredit perbankan pada Juli 2023 tercatat sebesar 8,54 persen, lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 7,7 persen.

Namun, penyaluran kredit masih perlu didorong agar sesuai dengan upaya dalam menjaga momentum pertumbuhan ekonomi.

BI sendiri melakukan penguatan stimulus bagi perbankan dengan menerbitkan kebijakan insentif makroprudensial.

Langkah itu memungkinkan penambahan insentif likuiditas bagi perbankan sebesar Rp. 158 triliun yang sebelumnya sebesar Rp. 108 triliun.