Liputan6.com, Jakarta - Komisi IV DPR RI dan Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) kompak menegaskan produksi dan ketersediaan beras di tahun 2023 ini aman yakni mampu mencukupi kebutuhan nasional. Berdasarkan data KSA BPS, panen padi pada Juni mencapai 828 ribu hektare, Agustus 815 ribu hektare, September 832 ribu hektare dan Oktober 753 hektare dan ketersediaan beras periode Januari-Oktober 2023 ini mencapai 27,88 juta ton.
"Saya yakin dengan data yang dikeluarkan BPS dan Kementerian Pertanian (Kementan) mengenai produksi dan ketersediaan beras periode Januari Oktober yang mencapai 27,88 juta ton. Angka sebesar itu sudah dilakukan validasi baik melalui kerangka sampel area KSA maupun pengecekan lokasi yang dilakukan jajaran Kementan," ujar Sulaiman (14/9/2023).
Baca Juga
"Jadi saya sangat yakin dengan angka produksi ini bahkan kita tidak perlu impor. Kenapa? Karena angka konsumsi beras kita hanya 25,45 juta ton yang artinya kita masih punya surplus 2,43 juta ton," sambungnya.
Advertisement
Sulaiman menjelaskan saat ini para petani di sejumlah sentra juga terus melakukan panen raya sehingga produksi gabah dalam negeri terus bertambah. Adapun masalah harga yang kini mulai naik merupakan imbas dari produksi yang ada.
Diketahui, pada bulan Juli terdapat panen di lahan seluas 828 ribu hektare, kemudian pada bulan Agustus 815 ribu hektare, bulan September 832 ribu hektare dan bulan Oktober 753 ribu hektare.
"Kalau kita lihat datanya, produksi kita sudah sangat bagus mengingat kebutuhan dalam negeri terpenuhi," katanya.
Senada, Anggota Komisi IV lainya, Daniel Johan juga mengaku yakin jika ketersedian dan cadangan stok strategis beras di tahun 2024 masih sangat cukup. Daniel mengatakan hal itu lantaran sudah memastikan kepada Kementerian Pertanian (Kementan) soal ketersedian cadangan beras di Indonesia.
Bagi Daniel, ketersediaan menjadi penting mengingat tahun 2024 menjadi tahun sensitif bagi pangan dan juga politik. Pasalnya, produksi beras diperkirakan terbatas akibat dampak El Nino dan pada 2024 akan ada pemilu, puasa, dan Idul Fitri, yang akan meningkatkan konsumsi beras.
"Saat ini sangat cukup karena data yang digunakan perlu disesuaikan dengan data yang ada," jelasnya.
Sementara itu, Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Nasional, Yadi Sofyan Noor menegaskan produksi beras dalam tiga tahun terakhir ini mengalami peningkatan dan terkonfirmasi tidak ada impor beras umum. Kemudian pada Januari hingga Oktober 2023, BPS memperkirakan produksi padi mencapai 27,88 juta ton, jika konsumsi berat pada tahun yang sama mencapai 25,45 juta ton, artinya ada surplus 2,43 juta ton.
"Kini 2023 kejadian aneh, ada anomali harga sementara produksi beras lebih dari cukup dan aman-aman saja. Justru anomali pasar ini yang perlu ditelusuri karena faktor pembentuk harga itu ya terkait juga sistem logistik, sistem distribusi, transportasi, juga struktur pasar dan perilaku pasar, terjadinya dinamika harga juga efek psikologi pasar dari pengaruh bias informasi krisis ekonomi global, iklim ekstrim, pasca covid dan lainnya," tutur Yadi.