Sukses

Nasib Pedagang Pasar Tanah Abang Kini, Tunggak Iuran hingga Gulung Tikar

Di tengah sepinya Pasar Tanah Abang saat ini, banyak penjual yang tidak mampu mempertahankan kiosnya dan berakhir gulung tikar.

Liputan6.com, Jakarta - Pasar Tanah Abang tampaknya tak seramai dulu. Pusat jualan tekstil terbesar di Indonesia mulai sepi ditinggalkan pembeli. Kondisi ini juga dikabarkan membuat banyak pedagang terpaksa harus menutup usahanya.

Ini terlihat dari pantauan Liputan6.com saat memantau langsung kondisi ke Pasar Tanah Abang pada Senin, 18 September 2023.

Kondisi ini khususnya terlihat di Blok G Pasar Tanah Abang. Dari luar sudah terlihat pasar yang sepi pengunjung. Masuk ke dalam tampak puluhan kios menutup gerainya, bahkan ada beberapa yang dilabeli dengan stiker “Ditutup sementara”.

Mirisnya di toko yang tutup tersebut tertempel pula surat peringatan dari Pasar Jaya selaku pengelola lantaran pedagang menunggak bayar iuran.

"Sebagai tindak lanjut atas surat kami nomor ..... tanggal 04 Juli 2023 hal Peringatan ke-1, dan nomor ...... tanggal 21 Juli 2023 hal peringatan ke-2 sampai dengan saat ini Saudara belum membayar/melunasi tunggakan kewajiban Biaya Pengelolaan Pasar (BPP)/atau service charge," tulis salah satu surat peringatan ke-3 yang tertempel di salah satu toko," mengutip bunyi surat tagihan yang tertempel tersebut.

Dalam surat pun ditulis berapa biaya tunggakan yang belum dibayarkan oleh penjual Pasar Tanah Abang serta cara melunasinya. Selain itu, ditekankan juga apabila tidak kunjung dibayar, maka toko terancam ditutup oleh pihak pengelola.

 

2 dari 2 halaman

Pengakuan Pedagang

Meskipun begitu, masih ada beberapa toko yang bertahan untuk tetap berjualan setiap harinya. Pedagang sepatu di Blok G Pasaraya Tanah Abang, Masrul (42 tahun) mengatakan bahwa penjualannya tidak berjalan lancar sehingga mengalami penurunan omset sebesar 60%.

Masrul mengaku sudah berjualan selama 15 tahun di Pasaraya tersebut. “(keadaan saat ini) makin parah, apalagi semenjak ada aplikasi online,” kata Masrul kepada Liputan6.com.

Ia juga mengakui, bahwa tidak ada pilihan untuk berjualan di tempat lain. Harga sewa yang mahal serta persaingan yang cukup ketat menjadi alasannya untuk tetap berjualan di Pasaraya Tanah Abang. Hal tersebut juga menjadi alasan mengapa Masrul tidak membuka toko online.

“Kita bukan produksi sendiri, kita bisa kalah (bersaing) kalau ikut jualan di online, apalagi kita kan jual sepatu,” lanjutnya.

Pasar Tanah Abang memang dikenal sebagai pusat grosir yang besar di Jakarta Pusat, bahkan digadang-gadang sebagai pasar grosir terbesar di Asia Tenggara.

Namun, Pasar Tanah Abang Blok G memang menjadi sorotan lantaran keadaannya yang tidak terurus dan terlihat memprihatinkan.