Liputan6.com, Jakarta Dana Moneter Internasional (IMF) mengakui keterbatasannya dalam bertindak terhadap isu perubahan iklim, dan mengatakan bahwa lembaga-lembaga lain dapat memimpin dalam pendanaan iklim.
Mengutip BBC, Selasa (19/9/2023) Direktur Pelaksana IMF, Kristalina Georgieva mengungkapkan bahwa pemberi pinjaman multilateral itu "hanya akan melakukan apa yang kami bisa lakukan dengan baik".
Namun dia mempertahankan fokusnya sejauh ini pada perubahan iklim setelah seorang pejabat tinggi Amerika Serikat mengatakan IMF "tidak boleh menjadi ahli dalam isu-isu iklim".
Advertisement
Georgieva mengatakan bahwa lembaga lain, seperti Bank Dunia, dapat memimpin "masalah sektoral" termasuk pendanaan iklim.
"Kami melakukan apa yang kami bisa lakukan dengan baik: kebijakan yang baik untuk kemakmuran, pertumbuhan dan lapangan kerja," jelasnya.
Namun ia menambahkan bahwa guncangan iklim tidak dapat diabaikan dalam pengambilan kebijakan, dan pembicaraan mengenai kebijakan untuk meningkatkan stabilitas keuangan harus terus mencakup isu-isu perubahan iklim.
Desakan IMF
Sebelumnya, dalam pidatonya awal bulan ini, wakil menteri luar negeri Departemen Keuangan AS, Jay Shambaugh, mendesak IMF untuk tetap fokus pada masalah keuangan, sambil menjanjikan peningkatan dukungan keuangan untuk lembaga tersebut.
"IMF penuh dengan orang-orang yang sangat berbakat yang dapat memberikan kontribusi positif terhadap berbagai tantangan yang dihadapi perekonomian global, namun kita tidak bisa membiarkan godaan untuk menjauhkan IMF dari misi intinya yaitu pengawasan dan bimbingan makroekonomi dan nilai tukar," ujar Shambaugh dalam pidatonya awal bulan ini.
"Misi itu terlalu penting untuk dilewatkan," sambungnya.
Adapun Mark Plant, peneliti kebijakan senior di Pusat Pembangunan Global, mengatakan Gedung Putih ingin IMF memiliki fokus yang tepat karena risiko ekonomi akibat perubahan iklim menjadi lebih mendesak.
"Jelas IMF, Bank Dunia, dan semua lembaga keuangan internasional besar harus mengambil tindakan. Pertanyaannya adalah peran apa yang dimainkan masing-masing lembaga tersebut," katanya, seraya menambahkan bahwa ia memperkirakan hal ini akan melewati waktu lama.
"Dana tersebut (IMF), seperti semua lembaga lainnya, masih terus mencari jalannya," tambahnya.
IMF: Kerugian Akibat Perubahan Iklim di ASEAN Capai USD 100 Miliar per Tahun
Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva mencatat, kerugian yang ditimbulkan akibat dampak perubahan iklim di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) mencapai USD 100 miliar per tahun. Bahkan, nilai kerugian tersebut diprediksi akan meningkat tajam dalam beberapa tahun ke depan.
"Kami memperkirakan kerugian ekonomi akibat bencana di ASEAN rata-rata sekitar USD 100 miliar per tahun, dan lebih signifikan lagi jika kita melihat ke masa depan," ujarnya dalam acara Indonesia Sustainability Forum (ISF) 2023 di Park Hyatt, Jakarta, Kamis (7/9/2023).
Kristalina mengatakan, sejumlah negara-negara di kawasan ASEAN merupakan rawan terkena bencana alam akibat perubahan iklim. Mengingat, letaknya yang dekat dengan wilayah lautan.
Dalam catatan IMF, terdapat tiga negara di kawasan ASEAN yang rentan terkena dampak dari bencana perubahan iklim. Umumnya bencana yang ditimbulkan ialah kenaikan permukaan air laut yang mengancam masyarakat di pesisir.
"Myanmar, Filipina, Vietnam, termasuk dalam 10 besar indeks risiko iklim global, dan Indonesia. Tidak jauh dari itu Indonesia akan terkena dampak parah dari bencana alam kenaikan permukaan air laut," bebernya.
Advertisement
Puji Jokowi
Oleh karena itu, Dia memuji kemampuan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam mengatasi dampak perubahan iklim melalui rehabilitasi hutan mangrove. Menurutnya, hal yang dilakukan Presiden Jokowi tersebut merupakan cara yang indah.
"Apa yang dilakukan Indonesia untuk memulihkan hutan bakau. Mangrove adalah hal yang indah," ucap Kristalina
Dia menjelaskan, bahwa mangrove memiliki peran penting dalam melindungi wilayah pesisir dari abrasi. Selain itu, hutan mangrove juga mempunyai kemampuan untuk menyerap karbon lebih tinggi dibandingkan hutan tropis.
"Mereka (mangrove) adalah perlindungan terhadap badai. Kawasan ini menciptakan lebih banyak potensi perikanan dan merupakan sumber karbon," pungkasnya.