Liputan6.com, Jakarta Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengatakan, harga barang kebutuhan pokok (bapok) di Mimika Papua Tengah stabil dan terjangkau karena pasokannya melimpah.
Selain itu, di pasar tersedia beras medium program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dengan harga sesuai ketentuan pemerintah untuk regional Papua, yaitu Rp11.800/kg.
Baca Juga
Hal ini disampaikan Mendag Zulkifli Hasan usai meninjau Pasar Sentral Timika Baru di Mimika, Papua Tengah pada Selasa (19/9/2023). Turut hadir pada kegiatan ini Bupati Mimika Eltinus Omaleng dan Bupati Puncak Willem Wandik. Hadir mendampingi Mendag Zulkifli Hasan yaitu Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Isy Karim.
Advertisement
"Saya bersama Bupati Mimika dan Bupati Puncak melihat harga bapok di Pasar Sentral Timika Baru bagus sekali, stabil, stoknya banyak. Karena pasokannya banyak, harga bapok di pasar ini termasuk yang murah. Untuk beras harganya sama," kata Mendag Zulkifli Hasan dalam keterangan yang diterima.
Harga Cabai Mahal
Ketua Partai Amanat Nasional (PAN) itu menyebut, beberapa harga komoditas memang agak lebih tinggi dari daerah lain, misalnya cabai yang berkisar Rp60—70 ribu/kg.
"Cabai memang lebih mahal, mungkin mengambil pasokan dari daerah jauh. Untuk harga komoditas bapok lainnya terjangkau sesuai ketentuan pemerintah. Disparitas harga cabai dengan daerah lain merupakan permasalahan tersendiri. Oleh karena itu, pemerintah berusaha membangun infrastruktur agar seluruh Papua harganya standar," pungkasnya.
Berdasarkan pantauan, harga beras medium tercatat sebesar Rp14.000/kg, beras premium Rp15.000/kg, gula pasir Rp18.000/kg, minyak goreng kemasan premium Rp22.000/liter, tepung terigu Rp18.000/kg, daging sapi Rp120.000/kg, daging ayam ras Rp42.000/kg, telur ayam ras Rp34.000/kg, cabai merah keriting Rp70.000/kg, cabai merah besar Rp65.000/kg, cabai rawit merah Rp70.000/kg, bawang merah Rp40.000/kg, serta bawang putih Rp45.000/kg.
Mendag: Waspada Harga Pangan Naik Gara-Gara El Nino
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Mendag Zulhas) mengingatkan masyarakat untuk bersiap menghadapi musim El Nino. Menurutnya, musim El Nino ini akan mempengaruhi produksi pangan dan harga pasar.
Menurut dia, mulainya musim El Nino di Indonesia bisa memengaruhi pangan dan menaikkan harga di pasar tradisional.
"Jadi gini, ini sudah masuk El nino. Jadi kalau saudara-saudara lihat di berita itu panasnya luar biasa. Sebagai contoh ASEAN seperti di negara Malaysia dan lainnya itu panasnya sangat luar biasa. Jadi El Nino ini sangat berpengaruh pada produksi pangan. Karena, ada beberapa komoditi yang sudah naik harganya," ucap Mendag di acara Grand opening Okabe Gallery, Tangerang, Jumat (19/5/2023)
Zulhas kemudian menambahkan, berbeda dengan negara-negara lain seperti Eropa dan Amerika Latin, produksi pangan di negara-negara tersebut berangsur-angsur membaik.
"Berbeda dengan negara barat seperti di Amerika latin itu produksinya bagus, seperti gandum bagus dan lainnya juga," katanya.
"Kalau di Asia seperti India, Tiongkok dan lainnya itu cuacanya sedang panas sekali. Kita khawatirkan hal ini akan berpengaruh kepada kondisi pangan," tambahnya.
Advertisement
Pernyataan Kementan
Di samping itu, Kementrian Pertanian sebelumnya menyatakan dalam situs resminya bahwa El Nino merupakan fenomena alam yang terjadi ketika suhu permukaan air di Pasifik tengah dan timur menjadi lebih hangat dari biasanya.
Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan fenomena cuaca global yang dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap iklim di berbagai wilayah tidak hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia.
Singkat kata, El Nino umumnya memicu kekeringan di wilayah Indonesia.