Liputan6.com, Jakarta Sejumlah pedagang Pasar Tanah Abang Blok A mengaku pendapatannya anjlok beberapa waktu terakhir. Salah satu sebabnya, karena tak mampu bersaing dengan produk yang dijual di TikTok Shop dan platform sejenis.
Anton (36) yang sudah berjualan di Pasar Tanah Abang sejak 2007 itu mengakui ada penurunan drastis dari pengalamannya berjualan. Bahkan dia heran mengapa banyak produk di platform digital dijual dengan harga murah.
Â
Advertisement
"Kalau kita pikir, kita beli bahan, kita bikin sendiri aja gak masuk harganya. Kenapa di online itu bisa Rp 39 ribu. Gak masuk diakal, beli bahan disini, gak masuk diakal," kata dia kepada wartawan di Pasar Tanah Abang Blok A, Jakarta, Selasa (19/9/2023).
Ketika disinggung mengeenai pendapatan, Anton mengaku pernah meraup omzet hingga Rp 20 juta dalam satu hari berjualan. Namun, beberapa waktu belakangan ini diakui cukup berat untuk menjual barang untuk mendapat omzet Rp 2 juta.
Diketahui, dia menjajakan pakaian gamis dengan harga bervariasi. Salah satu yang dijajakan di lapaknya adalah gamis wanita yang sibanderol Rp 100 ribu.
"Jauh, biasa di gamis ini produksi kita sehari bisa (raih pendapatan) Rp 20 juta lah sehari, sekarang jauh, Rp 2 juta aja nyari susah sehari, bingung otak saya kan," ungkapnya.
Kata Pedagang Pasar Tanah Abang Lainnya
Hal senada diungkap Anggi (31). Dia yang mengelola sekitsr 8 toko itu mengaku kesulitan jika bersaing dengan penjaja di TikTok Shop Cs. Anggi mengaku, sebelum pandemi Covid-19, dia bisa mencatat pendapatan hingga Rp 40 juta dalam satu hari.
"Para pedagang itu keluhkan omzet berkurang sampai 80-90 persen. Biasanya saya Rp 40-50 juta, sekarang Rp 1 juta aja sulit. Lari satu potong aja susah sekali, buat makan aja itu gimana gitu," urainya.
Dia dan pedagang lainnya bahkan sudah mencoba dengan meberikan diskon atau mengobral barang yang dijajakan. Namun, hasilnya masih belum mengerek pendapatan secara signifikan.
"Jadi pedagang disini ngerasa, gimana ini kita udah banting harga sampai di obral-obralin ini tuh masih gak laris," kata dia disambut riuh pedagang Pasar Tanah Abang lainnya.
Â
Minta TikTok Shop Cs Ditutup
Aspirasi pedagang di Pasar Tanah Abang Blok A ini diwujudkan dalam poster-poster sederhana. Dengan bahan kardus, para pedagang menulis permintaannya untuk menutup platform digital seperti TikTok Shop yang dinilai merebut pasar mereka.
Mulanya, ungkapan ekspresi itu ditujukan bagi Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki yang melakukan kunjungan ke Pasar Tanah Abang. Sayangnya, Teten tak melalui toko Anton maupun toko milik Anggi.
Baik Anton maupun Anggi mengamini kalau para pedagang kalah bersaing. Keduanya meminta ada pengaturan yang jelas memihak para pedagang di Tanah Abang.
"Ya minta tolong sama pak Menterinya, ya online shop, tiktok, yang pengaruh banget buat pedagang kita disini bisa gimana lah solusinya," sahut Anton.
Â
Advertisement
Menteri Teten Sidak Pasar Tanah Abang
Diberitakan sebelumnya, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki melakukan inspeksi mendadak ke Pasar Tanah Abang Blok A. Dia mengantongi sejumlah keluhan dari pedagang pakaian di kawasan tersebut.
Sidak ini menindaklanjuti kabar Pasar Tanah Abang sepi. Ternyata, Teten pun mengamini kalau banyak pedagang yang omzetnya anjlok hingga 50 persen dari pendapatan biasanya.
"Tadi saya sudah keliling saya juga sudah tanya ke pedagang, penurunannya rata-rata di atas 50 persen," ujarnya di Pasar Tanah Abang, Jakarta, Selasa (19/9/2023).
Setelah mengumpulkan keluhan pedagang, Teten langsung menggelar diskusi dengan pihak pengelola yakni PD Pasar Jaya. Dia melihat berbagai kemungkinan sepinya pasar Tanah Abang ini.
Â
Tak Bisa Bersaing
Awalnya, diduga karena peralihan pedagang dari konvensionel secara fisik dan beralih ke jualan online. Namun, meski pedagang sudah mencoba jualan online, pendapatannya pun masih belum bisa setara dengan biasanya.
"Tadi kita diskusi, apakah karena mereka tidak bertransformasi dari jualan di pasar ke online. Tapi ternyata mereka jualan di online pun tetap gak bisa bersaing," ungkapnya.
Teten mengambil kesimpulan, minimnya pengunjung ke Pasar Tanah Abang karena produk yang dijual kalah bersaing dengan produk impor di ecommerce. Soal harga, produk impor kerap dijual jauh lebih rendah ketimbang produk lokal di pasaran.
"Jadi ini kekalahan pasar offline seperti di Tanah Abang ini bukan masalahnya offline kalah dengan penjualan online, karena mereka juga sudah coba menjual di online. Tapi saya berkesimpulan produk yang dijual oleh mereka tak bisa bersaing karena ada produk impor yang dijual yang harganya sangat murah sekali," bebernya.
Advertisement