Liputan6.com, Jakarta Kabar baik bagi para Generasi Z kelahiran 1997 hingga 2002. Generasi yang akrab disapa Gen Z tersebut kini dapat memiliki rumah sendiri baik sebagai hunian maupun investasi, lewat produk Kredit Pemilikan Rumah (KPR) milik PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. yang bisa diakses mulai usia 21 tahun.
Corporate Secretary Bank BTN Ramon Armando mengatakan saat ini Gen Z mulai memasuki angkatan kerja di Indonesia. Minat generasi yang inovatif dan kritis tersebut, juga cukup tinggi untuk berinvestasi demi masa depan.
Baca Juga
“Kami berupaya memfasilitasi kebutuhan Gen Z akan produk investasi salah satunya dengan memiliki properti atau hunian sendiri melalui produk KPR BTN Gaess. Kami menawarkan tingkat bunga kompetitif, fleksibilitas dalam pembayaran, dan proses aplikasi yang cepat, kami berupaya membuat kepemilikan rumah menjadi lebih mudah diakses oleh Gen Z,” ujar Ramon di Jakarta, Kamis (21/9/2023).
Tanpa DP
Adapun, produk KPR BTN Gaess tersebut menawarkan berbagai pilihan tenor, tingkat bunga yang kompetitif, dan tanpa uang muka. Produk tersebut memungkinkan Gen Z untuk memilih rencana pembayaran yang sesuai dengan kemampuan keuangan mereka.
Advertisement
“KPR BTN Gaess ditujukan untuk Gen Z dan Milenial dengan rentang usia mulai dari 21 tahun sampai dengan 40 tahun. KPR BTN Gaess ini adalah program KPR tanpa uang muka dengan suku bunga yang ditawarkan mulai dari 1,99% untuk developer tertentu. Jangka waktu yang ditawarkan pun bisa sampai 30 tahun,” tambah Ramon.
Dia melanjutkan, untuk memenuhi suplai rumah bagi seluruh masyarakat, Bank BTN telah bekerja sama dengan lebih dari 7.000 mitra developer. Dengan kemitraan tersebut, ada berbagai jenis hunian yang dapat dipilih oleh Gen Z baik sebagai tempat tinggal maupun untuk investasi.
Ajukan Permohonan Online
Dalam proses aplikasi KPR, Ramon menuturkan, Gen Z dapat mengajukan permohonan secara online dengan cepat dan mudah, tanpa perlu menghabiskan banyak waktu di kantor bank. Pengajuan dapat dilakukan melalui aplikasi BTN Properti yang terdapat di SuperApp BTN Mobile.
“BTN Mobile sudah terintegrasi dengan ekosistem perumahan Bank BTN sehingga Gen Z yang ingin serba praktis dapat mengakses kebutuhan KPR hanya dengan satu aplikasi,” katanya.
Hingga Agustus 2023 aplikasi BTN Properti telah dikunjungi sekitar 30 juta pengunjung, dengan jumlah pengajuan aplikasi kredit lebih dari 17.000 pengajuan KPR. Adapun dari jumlah pengajuan tersebut, total kredit yang disalurkan melalui BTN Properti sekitar Rp1,3 triliun.
Advertisement
SLIK OJK Merah, BTN Tolak 30 Persen Pengajuan KPR Sepanjang 2023
Belum lama ini ramai terkait anak muda yang terkena jeratan utang paylater yang berdampak pada daftar Sistem Layanan Informasi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (SLIK OJK). Akibat ini, banyak anak muda yang kesulitan mendapat pendanaan atau utang lainnya seperti Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
Mengomentari ini, Direktur Utama Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, Nixon LP Napitupulu mengatakan hal ini juga terjadi di BTN. Ia menuturkan, ada 30 persen pengajuan KPR ditolak sepanjang 2023 karena SLIK OJK merah.
“Saya tidak tahu apa semuanya anak muda yang ditolak, tapi kalau ditanya apa ada yang umur 40 tahun, ya ada saja saya rasa, saya enggak lihat datanya,” kata Nixon kepada wartawan dalam acara penandatangan kerja sama BTN dengan IFG Life, di Jakarta, Rabu (6/9/2023).
Nixon mengatakan, SLIK OJK menjadi syarat penting dan wajib karena itu merupakan cara Bank mengukur karakter nasabah. Ia juga mengungkapkan tidak mengetahui apakah perusahaan pinjol mensosialisasikan terkait SLIK OJK kepada para nasabahnya.
"Bisa jadi banyak nasabah pinjol yang tidak tahu. Menurut saya, mekanisme pelunasannya juga tidak clear Jadi ini kalau ada orang mau ngambil KPR katakanlah 200 juta. Terus gara-gara dia punya pinjol 2 juta merah enggak bisa jadi," kata Nixon.
Selain itu, Nixon menuturkan seringkali operasional dari pinjol tidak jelas sehingga nasabah yang meminjam kebingungan melunasinya karena ketika menarik dana dari pinjol secara online.
Opersaional Pinjol
"Saya tidak tahu, tapi kebingungan itu banyak terjadi. Jadi hal-hal seperti ini yang dulu terlalu cepat sosialisasi dan operational kurang. Sehingga ini jadi kebingungan," tutur Nixon.
Di sisi lain, Nixon membandingkan operasionalnya jika terjadi antar bank. Contoh kasusnya nasabah dari Bank BTN ingin diambil oleh Bank lain, prosesnya pihak Bank bisa mengirimkan Real Time Gross Statement (RTGS) lalu dilunasi.
"Itu best practices interbank. Tapi ini kita dengan mereka (Pinjol) kan juga komunikasinya tidak jelas nih. Kantornya dimana, segala macam. Officer yang harus dihubungi yang mana. Bank juga bingung. Nah itu contoh. Jadi problemnya itu di sisi operationnya," pungkasnya.
Advertisement