Sukses

Harga Beras Naik, Pedagang Besar Paling Diuntungkan

Institute for Development of Economics and Finance (Indef) mencatat tren kenaikan harga beras sejak awal tahun 2023 ini. Didapat data kalau pedagang beras skala besar yang mencatatkan untung paling besar.

Liputan6.com, Jakarta Institute for Development of Economics and Finance (Indef) mencatat tren kenaikan harga beras sejak awal tahun 2023 ini. Didapat data kalau pedagang  beras skala besar yang mencatatkan untung paling besar.

Peneliti Center of Food, Energy, and Sustainable Finance INDEF, Rusli Abdullah mengatakan kenaikan harga beras paling sering terjadi di tingkat pedagang besar dan pasar tradisional. Keduanya mencatatkan peningkatan harga yang lebih tinggi ketimbang di tingkat petani atau pun di pasar moderen.

Selain tren harga beras naik, Rusli juga menyoroti besaran margin atau keuntungan yang diambil di setiap lini. Ternyata, keuntungan paling besar dinikmati oleh pedagang besar.

"Siapa yang menikmati margin paling besar? itu pedagang besar, jadi ini saya hitung margin antara harga dari produsen, pedagang besar, pasar tradisional dan pasar moderen," ungkapnya dalam Diskusi Publik INDEF: Waspada Bola Panas Harga Beras, Kamis (21/9/2023).

Pedagang Makin Untung

Hasil penelitian yang dilakukan Rusli menghasilkan data margin dari produsen ke pedagang besar sebesar Rp 1.200 per kilogram (kg) di pada Januari 2023. Lalu, meningkat jadi Rp 1.900/kg di 20 September 2023. Sementara itu, margin dari pedagang besar ke pasar tradisional hanya Rp 900/kg di Januari 2023, dan Rp 1.000/kg di 20 September 2023.

Margin harga bahkan terlihat lebih kecil pada tingkat pasar tradisional ke pasar moderen. Datanya menunjukkan margin hanya sekitar Rp 950/kg di 2 Januari 2023 dan malah menurun ke Rp 550/kg di 20 September 2023.

"Jadi disini ada margin sekitar Rp 1.200 di awal tahun ini dan per kemarin ada Rp 1.900 marginnya. Sedangkan untuk pedagang besar dan tradisional dari pedagang besar ke pasar (tradisional) itu Rp 900. Disini bisa disebut bahwa penikmat itu pedagang besar jadi margin mereka besar," bebernya.

 

2 dari 3 halaman

Petani Buntung

Institute for Development of Economic and Finance (Indef) mencatat terjadi tren kenaikan harga beras di seluruh lini termasuk di kelas pedagang besar dan pasar tradisional dan moderen. Namun, kenaikan harga ini disebut tak dinikmati oleh petani sebagai produsen.

Peneliti Center of Food, Energy, and Sustainable Finance INDEF, Rusli Abdullah mengungkapkan data hasil penelitiannya. Mengaca pada 4 kategori, yakni petani, pedagang besar, pasar tradisional, dan pasar moderen, petani terlihat tak mengalami kenaikan harga yang cukup sering.

Namun, pada sisi pedagang besar dan pasar tradisional terlihat kenaikan yang cenderung konsisten secara periodik jangka pendek. Sementara di pasar moderen, kenaikannya tidak lebih besar dari kedua sebelumnya.

"Jadi disini petani itu tidak menikmati kenaikan harga kalau dilhiat dari produsen, produsen disini bisa ptani atau penggilingan tidak menikmati kenaikan harga beras. Kemudian harga di tingkat pedagang besar memicu kenaikan di pasar tradisional," ujar Rusli dalam Diskusi Publik INDEF: Waspada Bola Panas Harga Beras, Kamis (21/9/2023).

Persentase Kenaikan Harga

Mengaca tren kenaikan harga, kategori petani atau produsen paling tidak mengalami kenaikan harga setiap seminggu sekali atau lebih lama. Namun, kenaikan di tingkat pedagang besar dan pasar tradisional bisa per satu hari.

Sementara itu, jika dilihat dari persentase kenaikan harga, Rusli mencatat, sejak 2 Januari 2023 hingga 20 September 2023, kenaikan di tingkat pedagang besar lebih tinggi ketimbang kategori lainnya.

"Jadi di pasar tradisional itu 12,65 persen kenaikan harganya kemudian di pasar moderen hanya 8,82 persen, di pedagang besar 12,7 persen dan produsen 7,58 persen," jelasnya.

 

3 dari 3 halaman

Masyarakat Miskin Makin Terdampak

Berkaca pada data tadi, Rusli menyimpulkan kalau masyarakat golongan menengah ke bawah lah yang paling terdampak atas kenaikan harga beras di pasaran. Ini mengaca pada harga jual di pasar tradisional dan pasar moderen.

"Dari sini kita lihat bahwa orang yang paling menanggung kenaikan harga itu adalah kelompok menengah kebawah yang dulunya nikmati Rp 12.600 menjadi Rp 14.000 di pasar tradisional," bebernya.

Rusli menjelaskan, masyarakat menengah ke bawah jadi perlu mengalokasikan pendapatannya lebih banyak untuk membeli beras dan mengurangi alokasi belanja ke produk lainnya. Berbeda dengan kalangan menengah ke atas yang biasa membeli di pasar moderen dengan kenaikan yang tak terlalu besar.