Liputan6.com, Jakarta Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, pemerintah buka kemungkinan untuk benar-benar membatasi penjualan BBM bersubsidi semisal Pertalite. Wacana ini sempat digaungkan, namun belum betul-betul dilaksanakan secara masif oleh Pertamina.
Pasalnya, harga minyak mentah dunia kian meroket. Sehingga turut membuat beban subsidi dan kompensasi untuk produk energi semakin berat.
Baca Juga
"Yang namanya bahan yang kena kompensasi dan subsidi, itu kan minyak tanah, LPG, Pertalite, Solar. Jadi semua bahan-bahan itu dari minyak mentah. Minyak mentahnya naik, korporasi dan BUMN enggak boleh rugi," ujar Arifin dalam sesi bincang-bincang di tengah kegiatan ICIOG 2023 di Bali Nusa Dua Convention Center, Jumat (22/9/2023).
Advertisement
Arifin lantas meminta pihak konsumen juga sadar atas masing-masing haknya. Ia tak ingin konsumen kelas Pertamax ke atas ikut-ikutan membeli Pertalite.
"Misalnya, yang sekarang kan belum diatur bener yang harus pakai Pertamax siapa sih, yang harus Pertalite siapa sih. Masa yang duitnya banyak boleh make Pertalite yang subsidi. Enggak fair dong," ucapnya.
"Itu juga perlu kita lihat lagi, jenis apa sih. Kalau misalnya jenis kendaraannya mewah mau pakai Pertalite, jangan dong," tegas dia.
Bakal Dikaji Lagi
Menyikapi hal tersebut, pemerintah melalui kolaborasi tiga menteri yakni Menteri ESDM, Menteri Keuangan dan Menteri BUMN akan kembali mengkaji pembatasan pembelian jenis BBM sesuai kriteria kendaraannya.
"Kita mau bahas lagi sama Bu Menkeu, Pak Menteri BUMN. Kita angkat lagi sama Bu Menkeu, sama pak Menteri BUMN," kata Arifin.
Namun, Menteri ESDM belum mau membocorkan lebih lanjut apakah kebijakan pembatasan pembelian BBM akan benar-benar diterapkan tahun ini. "Kita lihat saja nanti," pungkasnya singkat.
Harga Minyak Dunia Sentuh USD 93 per Barel
Harga minyak berakhir lebih rendah setelah perdagangan cukup fluktuatif pada hari Kamis. Harga minyak dunia sempat turun sekitar USD 1 per barel di awal sesi. Namun harga minyak jug sempat naik USD 1 per barel.
Sentimen yang mempengaruhi harga minyak yaitu larangan Rusia terhadap ekspor bahan bakar.
Dikutip dari CNBC, Jumat (22/9/2023), harga minyak brent berjangka untuk pengiriman November turun 23 sen menjadi USD 93,30 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate AS turun 3 sen menjadi USD 89,63. Kedua tolok ukur tersebut telah naik dan turun lebih dari USD 1 pada hari Kamis sebelumnya.
Larangan Ekspor Rusia
Rusia untuk sementara waktu melarang ekspor bensin dan solar ke semua negara di luar empat negara bekas Uni Soviet dengan dampak langsung untuk menstabilkan pasar bahan bakar dalam negeri, kata pemerintah pada Kamis.
Kekurangan tersebut, yang akan memaksa pembeli bahan bakar Rusia untuk berbelanja di tempat lain, menyebabkan harga minyak pemanas berjangka naik hampir 5% pada hari Kamis.
“Seiring dengan kemungkinan harga solar dan bahan bakar gas naik ke level tertinggi baru, keduanya akan berada dalam posisi untuk memberikan dorongan pada pasar minyak mentah,” kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates di Galena, Illinois.
Advertisement
Suku Bunga AS
The Fed pada hari Rabu mempertahankan suku bunganya, namun memperketat sikap hawkishnya, memproyeksikan kenaikan seperempat poin persentase menjadi 5,50-5,75% pada akhir tahun.
Hal ini dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan permintaan bahan bakar secara keseluruhan. Dolar AS melonjak ke level tertinggi sejak awal Maret, membuat minyak dan komoditas lainnya lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.
Klaim tunjangan pengangguran AS turun ke level terendah dalam delapan bulan pada minggu lalu, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan. John Kilduff, partner Again Capital LLC di New York, menyebut hal ini sebagai faktor lain yang akan mendorong tingginya suku bunga.
“Sikap The Fed dan pasar tenaga kerja yang kuat telah mendorong ekuitas dan komoditas lebih rendah, sehingga menekan harga minyak,” kata Kilduff.