Sukses

Mentan Pede, El Nino Tak Akan Bikin Indonesia Kekurangan Padi

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan ancaman El Nino yang dapat mengakibatkan kekeringan hingga saat ini tidak berdampak pada produksi padi di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan ancaman El Nino yang dapat mengakibatkan kekeringan hingga saat ini tidak berdampak pada produksi padi di Indonesia.

"Lihat di Bogor saja, ada masalah engga dengan El Nino?. Cuaca panas, tapi produksi masih aman," kata Mentan usai melepas ekspor mangga gendong gincu dan ayam KUB ke luar negeri di Bogor, ditulis Jumat (22/9/2023).

SYL tidak menampik terjadi penyusutan produksi padi akibat dampak kekeringan. Namun jumlahnya tidak signifikan. Menurut data yang dia peroleh bahwa sepanjang musim kemarau hingga sekarang ini penyusutan produksi padi hanya berjumlah 380000 ton.

"Ada penurunan sedikit. Kalau El Nino dari rendah sampai sedang kita hanya kehilangan 380000 ton kok. Cadangan beras aman. Kita tidak boleh ketakutan. (El Nino) ini kita hadapi," ujar Mentan.

Antisipasi Dini

Ia menerangkan Kementan telah menyiapkan berbagai langkah antisipasi dini, memitigasi risiko maupun adaptasi kegiatan budi daya yang rentan terhadap fenomena El Nino serta kolaborasi dengan berbagai pihak.

"Yang sudah dan sedang dilakukan oleh Kementan, oleh seluruh pemprov dan para petani, sedang gencar melakukan gerakan nasional (gernas) penanganan dampak El Nino," kata SYL.

Adapun aksi nyata tersebut diantaranya adalah dengan koordinasi, pendataan atau pemetaan wilayah, penyediaan sumber pengairan alternatif, dan gerakan percepatan tanam.

Kemudian menanam padi dengan potensi produksi beras sebesar 1,2 juta ton. Penanaman padi di atas lahan seluas 500 ribu hektar ini untuk mengganti 380.000 padi yang mengalami gagal panen akibat kekeringan.

"Kita ganti 380.000 ton dengan 1,2 juta ton padi. Kami sedang menanam padi 500 ribu hektar. Mudah-mudahan itu berhasil," ucap Menteri Pertanian.

2 dari 3 halaman

Harga Beras Naik

Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengungkapkan, kenaikan harga beras di pasaran diakibatkan oleh fenomena super El Nino yang terjadi di tujuh provinsi Indonesia. Hal ini mengakibatkan pasokan beras dari petani menjadi berkurang.

"Problemnya karena pasokan dari petani, pasokan dari penggilingan itu kurang karena ada super El Nino di tujuh provinsi," kata Jokowi saat meninjau harga sejumlah kebutuhan pokok di Pasar Merdeka, Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur, Kamis (21/9/2023).

Menurut dia, pemerintah tengah menambah cadangan beras melalui impor. Jokowi berharap upaya ini dapat menutup kekurangan produksi sehingga harga beras dapat kembali stabil.

"Ya kita memperbesar cadangan strategis lewat impor karena untuk menutup kekurangan produksi yang ada," ujarnya.

 

3 dari 3 halaman

Masih Terkendali

Jokowi menyampaikan, harga sejumlah kebutuhan pokok di Pasar Merdeka, Kota Samarinda masih terkendali dengan baik. Dia menjelaskan bahwa sejumlah komoditas pokok bahkan mengalami penurunan harga, diantaranya adalah cabai dan juga bawang.

"Bahkan cabai harganya juga turun, kemudian bawang putih harganya juga turun, bawang merah harganya juga turun," tutur Jokowi.

Namun, harga beras yang ada di pasar tersebut masih tergolong tinggi dan belum mengalami penurunan. Kendati begitu, Jokowi menyebut saat ini beras SPHP dari Bulog sudah mulai disalurkan ke pasar tersebut.

"Kita harapkan dengan operasi pasar yang dilakukan Bulog, harga juga bisa turun—beras ya," ucap dia.

Video Terkini