Sukses

Target Produksi 1 Juta Barel Minyak per Hari, Blok Migas Indonesia Butuh Bantuan Asing

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif meminta Pertamina untuk mau melepas sejumlah blok migas yang tak mampu dikelola secara optimal kepada International Oil Company (IOC).

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah target menembus angka produksi 1 juta barel minyak per hari dan 12 miliar kaki kubik gas per hari (BSCFD). Target itu salah satunya bisa tercapai jika Pertamina mau melepas sebagian hak partisipasi atau participation interest (PI) pada sejumlah blok migas yang tak produktif.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, blok migas RI dilimpahi banyak cadangan minyak dan gas bumi dalam jumlah besar, khususnya untuk produksi kondensat.

"Kan kita punya target 1 juta 2030. Ini kita harapkan bisa ada lagi yang bisa produksi kondensat. Kita masih ada lagi IDD. Itu kan ada kondensat juga setara minyak," ujar Arifin saat ditemui di Nusa Dua Bali Convention Center, Jumat (22/9/2023).

"Terus kemudian (Wilayah Kerja/WK) Andaman II juga lagi ngebor dua lagi. Tahun depan Agung I, Agung II ngebor lagi. Jadi banyak nih pengebor-pengebor sudah turun tangan," papar dia.

Oleh karenanya, Arifin meminta Pertamina untuk mau melepas sejumlah blok migas yang tak mampu dikelola secara optimal kepada International Oil Company (IOC). Ia lantas mencontohkan sejumlah wilayah kerja kecil yang kapasitas produksinya mampu terdongkrak pasca dilepas atau dikerjasamakan.

"Kalau enggak salah ya, beberapa yang sudah dilakukan pelepasan kerjasama itu bisa menghasilkan kurang lebih 3-4 ribu barel per hari. Lumayan, dan ini masa produksinya cuman 4 tahunan. Tapi lumayan kan bisa menyambung nafas," ungkapnya.

Tak hanya yang kecil, ia juga menyebut potensi sumur migas Blok Rokan oleh PT Pertamina Hulu Rokan (PHR). Anak usaha Pertamina tersebut telah melakukan pengeboran untuk dua sumur migas non konvensional (MNK) di wilayah kerja tersebut, dimana potensinya bisa terdongkrak bila dikerjasamakan dengan asing.

"Kalau tahap ini yang dua sumur ini kira-kira 80 juta (barel). Nanti kalau kerjasama dengan IOC, targetnya 300 juta (barel)," kata Arifin.

Selain Rokan, Arifin juga menyebut Blok Cepu yang punya potensi migas lebih besar dari perhitungan saat ini. "Sama lah kayak di Cepu. Perkiraan kan cuman 450 juta (barel). Jadinya sekarang kan 950 juta (barel), terus masih ada lagi," pungkasnya.

 

2 dari 3 halaman

ICIOG 2023 Kantongi Investasi Migas Rp 77,4 Triliun

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) membuka The International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas (ICIOG) ke-4 di Bali Nusa Dua Convention Center, Rabu (20/9/2023).

Kepala SKK Migas Dwi Sutjipto mengatakan, dalam perhelatan ini juga akan ditandatangani sejumlah kontrak kerja sama di sektor hulu migas, dengan nilai investasi mencapai USD 5,16 miliar atau setara Rp 77,4 triliun.

"Akan ada penandatanganan kontrak di ICIOG 2023 dengan total nilai sekitar USD 5,16 miliar atau setara Rp 77,4 triliun," ujar Dwi di di Bali Nusa Dua Convention Center, Rabu (20/9/2023).

Lebih lanjut, Dwi menekankan, untuk mencapai target 2030 terkait produksi minyak bumi 1 juta barel per hari (BPH) dan 12 miliar gas standar kubik per hari (bscfd), pemerintah beserta pelaku usaha harus lebih agresif.

"Kita butuh bor lebih dari 1.000 sumur baru per tahun setelah 2025. Untuk tahun ini, rencananya akan ada pengeboran untuk 827 sumur. Peningkatan masif ssjak 2020, 334 persen lebih tinggi dibanding 2020 dengan 240 sumur," paparnya.

 

3 dari 3 halaman

Butuh Investasi Besar

Guna menggapai misi itu, Dwi meyakini juga diperlukan investasi dengan nilai besar. Menurut hitungannya, industri hulu minyak dan gas bumi butuh investasi lebih dari USD 20 miliar, atau sekitar Rp 308 triliun per tahun.

"Target investasi di 2023 sebesar USD 15,5 miliar, naik 28 persen. Itu lebih tinggi dari pertumbuhan investasi global sekitar 6,5 persen dan rencana jangka panjang," imbuh Dwi.