Sukses

Gencar Transformasi Digital, Fee-Based Income BRI Sentuh Angka Rp10,22 Triliun

Transformasi digital BRI tidak hanya memberikan dampak dari sisi efisiensi namun juga memberikan dampak signifikan terhadap pencapaian fee-based income perseroan.

Liputan6.com, Jakarta Keberhasilan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI dalam melakukan transformasi digital berdampak positif pada capaian free-based income. Secara konsolidasian, free-based income BRI mencapai double digit yakni senilai Rp10,22 triliun hingga akhir Juni 2023.

Di tengah proyeksi suku bunga yang berpotensi menurunkan margin, dunia perbankan memang tengah gencar mencari pendapatan di luar pendapatan bunga atau fee-based income, yang merupakan keuntungan dari hasil transaksi atau jasa bank lainnya. Adapun BRI secara konsisten terus mendorong pertumbuhan fee-based income melalui transformasi digital yang berkelanjutan. 

Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan BRI terus mengembangkan transformasi di area digital melalui 3 fokus yakni Digitizing CoreDigital Ecosystem serta New Digital Proposition.

"Transformasi digital yang dilakukan oleh BRI tidak hanya memberikan dampak dari sisi efisiensi namun juga memberikan dampak signifikan terhadap pencapaian fee-based income perseroan. Dimana fee-based income konsolidasian BRI tercatat tumbuh 9,14% yoy menjadi senilai Rp10,22 triliun hingga akhir Juni 2023, sehingga porsi fee-based income terhadap pendapatan BRI mencapai double digit," kata Sunarso saat kegiatan Media Gathering beberapa waktu lalu di Jakarta.

Seperti diketahui, dalam lima tahun terakhir BRI mulai mengalihkan sejumlah proses bisnisnya dari konvensional banking menjadi digital. Seiring berjalannya waktu, kualitas layanan digital BRI kepada masyarakat konsisten meningkat, dan jumlah penikmat layanan pun bertambah. Salah satu pemanfaatan layanan digital yang terbukti diminati segmen masyarakat luas, yakni Super Apps BRImo.

2 dari 3 halaman

BRI Sukses Kembangkan Retail Transaction Banking

Tercatat hingga akhir Juni 2023, aplikasi yang diluncurkan pada tahun 2019 ini sudah mencapai 27,8 juta pengguna, naik 50,8 % secara year on year (yoy), serta nilai transaksi di BRImo kini sudah bertumbuh 76,3% atau menjadi 1.896 triliun.

Sunarso menyebut hal itu merupakan bukti keberhasilan BRI mengembangkan retail transaction banking melalui super apps BRImo yang kemudian juga melayani transaksi-transaksi pembayaran lain, ditambah lagi dari transaksi trade finance.

"Jadi sumber income atau fee base income BRI pertama berasal dari fee transaksi, terutama dari mobile banking kita. Yang kedua dari yang terkait administrasi kredit,” ucap Sunarso.

3 dari 3 halaman

Platform BRI untuk Layani Segmen Mikro dan Makro

Tak hanya dari segmen retail, BRI juga mewadahi proses transaksi di segmen mikro hingga makro. Untuk wadahi segmen miko, BRI menghadirkan platform Pasar Rakyat Indonesia (PARI). Layanan yang bisa mengkoneksikan sesama nasabah mikro ini juga memberikan kontribusi besar terhadap fee-based income.

Sedangkan segmen makro seperti wholesale transaction, BRI memiliki platform Qlola yang bisa mengintegrasikan segala transaksi melibatkan korporasi yang mana membutuhkan proses pembayaran melalui garansi atau trade finance, cash management, hingga transaksi forex,

Sunarso mengatakan, melalui Qlola nasabah korporasi berpotensi menyebarkan value chain bisnisnya hingga ke level mikro. Dari sana, dampak pada fee-based income BRI pun semakin signifikan.

“Di dalam Qlola itu ada 4 sampai 5 fungsi sekaligus, mulai dari trade finance, kedua, cash management, forex, investment, dan juga dashboard untuk monitoring. Hal tersebut terus dikembangkan. Sehingga ekosistemnya mencangkup wholesale, menengah, kecil, consumer, mikro, ada di dalam satu ekosistem. Itulah bagian dari transformasi digital di BRI,” lanjutnya.

 

(*)

Video Terkini