Liputan6.com, Jakarta Perusahaan Pengelola Aset se-Asia menggelar pertemuan tahunan di Bali pada 20-22 September 2023 lalu. Salah satunya membahas soal pemanfaatan aset ditengah tantangan pertumbuhan ekonomi yang sedang melemah.
Asian Development Bank (ADB) mencatat kredit macet atau non-performing loan (NPL) perbankan mengalami kenaikan dari USD 674 miliar di 2021 menjadi USD 707 miliar di 2022. Tren ini diperkirakan akan meningkat dalam jangka menengah karena pelambatan ekonomi dan stimulus pemerintah yang berakhir.
Baca Juga
ADB memandang negara di Asia cenderung bergantung ke pendanaan perbankan ketimbang pasar modal. Maka, dibutuhkan peran dari perusahaan pengelola aset untuk stabilitas finansial di kawasan Asia.
Advertisement
“Semoga diskusi konstruktif yang dilakukan dapat menghasilkan gagasan, inisiatif, dan solusi aplikatif dalam upaya membantu menjaga stabilitas industri keuangan di Indonesia dan di kawasan regional. Kami sangat terbuka untuk berkolaborasi mengoptimalkan peluang untuk mewujudkan cita-cita bersama dalam menjaga stabilitas perekonomian,” ujar Plt. Direktur Utama PPA Avianto Istihardjo dalam keterangannya, Minggu (24/9/2023).
Guna mencari solusi tadi, PPA menyelenggarakan perhelatan International Public Asset Management Company (IPAF) Annual Summit & International Conference di Bali pada tanggal 20-22 September 2023 di Nusa Dua, Bali. Menurut Avianto, kepemimpinan PPA sebagai IPAF Chairman yang mewakili Indonesia merupakan bukti kepercayaan dunia internasional atas komitmen dan peranan PPA dalam mendukung stabilitas perbankan melalui solusi pengelolaan NPL.
"Kami berharap pertemuan puncak ini akan dapat menghasilkan gagasan, inisatif, dan solusi aplikatif untuk menjaga stabilitas ekonomi di Indonesia dan di kawasan regional," kata dia.
Pada konteks NPL, Avianto mengungkap perusahaannya telah menyelesaikan pengelolaan NPL secara signifikan. Dalam melaksanakan pengelolaan NPL tersebut, PPA menggunakan pendekatan inovatif melalui skema asset swap yang terbukti mampu menyelesaikan tantangan yang dihadapi perbankan dalam mengelola aset berkualitas rendah secara efektif dengan manajemen risiko yang terukur.
“Sebagai National Asset Management Company (NAMCO) di Indonesia, PPA dalam dua tahun terakhir telah menyelesaikan pengelolaan NPL dua bank terkemuka dengan senilai lebih dari Rp 11 triliun," ungkapnya.
Resktrukturisasi Hingga Pendanaan
Sementara itu, Direktur Utama PT Danareksa (Persero) Yadi Jaya Ruchandi mengatakan, sebagai Government Investment Holding yang menaungi PPA, Danareksa mendukung penuh PPA untuk menjalankan perannya sebagai satu-satunya NAMCO di Indonesia melalui tiga pilar bisnis.
Utamanya pada bagian peran untuk restrukturisasi dan revitalisasi BUMN, pengelolaan NPL, dan Special Situation Fund.
"Danareksa memberikan dukungan penuh atas keterlibatan PPA sebagai anggota aktif IPAF untuk turut andil dalam menciptakan terobosan inovatif melalui kolaborasi dan transfer pengalaman dalam lingkup penyelesaian NPL," terangnya.
Advertisement