Liputan6.com, Jakarta Belakangan ini marak beredar informasi di media sosial terkait pencurian listrik oleh tetangga. Tentunya kasus pencurian listrik seperti ini dapat membahayakan keselamatan bagi pemilik rumah yang dicuri maupun rumah yang mencuri.
Menanggapi hal tersebut, PLN Unit Induk Distribusi (UID) Jakarta Raya memberikan tips kepada pelanggan tentang bagaimana cara untuk mengetahui apakah listrik di rumah aman dari pencurian listrik oleh tetangga, diantaranya:
Baca Juga
- Memastikan bahwa tidak ada kabel dari instalasi yang melintas dari pemilik rumah ke rumah tetangga
- Untuk pengujian sendiri, pelanggan bisa mematikan semua Mini Circuit Breaker (MCB) pembagi yang berada di dalam rumah dan pastikan seluruh listrik di dalam rumah sudah padam. Selanjutnya cek kWh meter listrik, apabila angka kWh meter masih bertambah maka perlu dicurigai adanya pencurian dan segera lakukan pemeriksaan
- Untuk memastikan lebih lanjut, pemilik rumah dapat menghubungi PLN dan meminta petugas PLN melakukan pengecekan.
PLN berkomitmen untuk menjaga keandalan tenaga listrik sampai ke rumah pelanggan dengan mengutamakan prinsip keselamatan ketenagalistrikan.
Advertisement
Oleh karena itu, PLN mengimbau masyarakat untuk tertib dalam memanfaatkan tenaga listrik. Upaya yang dilakukan PLN untuk menjaga keselamatan ketenagalistrikan diantaranya memasang kWh meter yang dilengkapi Mini Circuit Breaker (MCB) untuk mengukur dan membatasi daya listrik yang masuk ke rumah pelanggan.
Pemasangan kWh Meter dan MCB
General Manager PLN UID Jakarta Raya Lasiran mengungkapkan bahwa pemasangan kWh meter dan MCB digunakan untuk memastikan listrik yang masuk ke rumah pelanggan sesuai dengan daya berlangganan dan sesuai dengan kapasitas kabel yang terpasang di rumah pelanggan.
"Kalo tidak ada meteran dan MCB di rumah pelanggan, dikhawatirkan arus listrik yang masuk itu berlebih sehingga kabelnya panas dan berpotensi korsleting sampai timbul percikan api dan kebakaran. Apalagi kalau listriknya diambil dari rumah tetangga, dimana tidak ada pengukur dan pembatas dayanya," ungkap Lasiran.
PLN juga kerap melakukan inspeksi rutin terhadap jaringan listrik yang menjadi aset PLN mulai dari pembangkit sampai ke kWh meter. Dalam pemeriksaan kWh meter, PLN memiliki program Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik (P2TL) untuk memastikan kWh meter di rumah pelanggan berfungsi baik sebagai pengukur dan pembatas listrik ke rumah. Petugas P2TL juga memeriksa apakah kWh meter pada kondisi normal, tidak ada kelainan, dan mengalirkan listrik sesuai daya berlangganan
Kembangkan Biomassa, PLN Ikut Andil Gerakkan Ekonomi
Pengembangan biomassa sebagai bahan baku alternatif pengganti batu bara bahan bakar PLTU tidak hanya menurunkan emisi, tetapi juga menjadi penggerak ekonomi.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN berkomitmen untuk memimpin program-program inisiatif transisi energi demi mendukung pemerintah mencapai Net Zero Emission 2060. Salah satu upayanya, PLN memulai implementasi program pemanfaatan biomassa sebagai pengganti batu bara atau co-firing di puluhan pembangkit PLN sejak 2021.
Dalam proses co-firing tersebut, PLN melalui subholding PLN Energi Primer Indonesia (EPI) memenuhi kebutuhan biomassa melalui keterlibatan masyarakat.
"Komitmen PLN dalam transisi energi melalui program co-firing ini, tidak hanya untuk menekan emisi tetapi juga melibatkan masyarakat sebagai upaya membangun ekosistem energi berbasis ekonomi kerakyatan,” kata Darmawan, di Jakarta, Minggu (24/9/2023).
Rantai Pasok Biomassa
Direktur Biomassa PLN Energi Primer Indonesia (EPI) Antonius Aris Sudjatmiko mengungkapkan, strategi pemenuhan volume rantai pasokan biomassa saat ini mengoptimalkan sumber daya setempat dan keterlibatan masyarakat.
Hal ini untuk menggali besarnya potensi biomassa Indonesia mencapai 500 juta ton per tahun yang tersebar di berbagai wilayah. Sedangkan, pemenuhan target pasokan biomassa PLN EPI sekitar 10,2 juta ton per tahun pada 2025.
"Jadi pemberdayaan masyarakat itu suatu keharusan. Bahkan kita tidak menyebutnya pemberdayaan masyarakat tapi memang keterlibatan masyarakat. Sekarang kita menjadikan masyarakat sebagai objek, sebagai pengguna energi tapi sekarang mereka menjadi produsen energi, mereka sebagai pengelola energi. Itulah yang menjadi mitra utama kami untuk biomassa," ujar Aris.
Advertisement
Pengembangan Biomassa
Selain itu, PLN EPI dalam pengembangan biomassa ini tak hanya berfokus untuk rantai pasok energi tetapi juga bertujuan menyerap lapangan kerja selaras dengan prinsip Environmental, Social and Governance (ESG).
Aris menyebutkan pengembangan biomassa untuk co-firing PLTU terbukti mampu menyerap tenaga kerja masyarakat baik wilayah sekitar pembangkit maupun kaum marginal di berbagai daerah. Untuk satu ton biomassa mampu menyerap sekitar 10 orang tenaga kerja.
"Contoh di Aceh kami menggerakkan masyarakat lokal, kebanyakan yang direkrut adalah warga dan petani lokal setempat, lalu di Lampung dari petani-petani karet itu yang mengumpulkan biomassa, termasuk bonggol jagung untuk di Sumbawa, di Jawa Barat itu adalah sekam, di Kupang itu per bulan 100 ton mampu menyerap 530 orang mulai dari pengumpulan, pemrosesan, transportasi, loading on loading," tutur Aris.