Liputan6.com, Jakarta - Regional Head and Managing Director for Stripe in Southeast Asia, Sarita Singh, mengapresiasi geliat pelaku UMKM di Asia Tenggara, khususnya Indonesia yang tidak pantang menyerah dalam menghadapi perubahan zaman.
Menurut dia, UMKM Indonesia memiliki tingkat rasa lapar akan inovasi yang sangat kuat. Penilaian ini didapat lantaran mereka punya niat untuk membangun bisnis bukan hanya untuk pasar domestik, tapi juga ekspor.
Baca Juga
Sarita mengaku mendapatkan penilaian ini pasca dirinya berbincang-bincang dengan sejumlah pelaku usaha kecil maupun menengah.
Advertisement
"Secara umum saya menemukan di seluruh Asia Tenggara bahwa tingkat rasa lapar akan inovasi sebenarnya sangat kuat," ujar Sarita Singh dalam acara Stripe Tour di Singapura, Rabu (27/9/2023).
Tak hanya haus akan inovasi, Sarita pun mengangumi konsep pantang menyerah yang kerap diperlihatkan para pelaku usaha UMKM agar produknya bisa diterima di pasaran.
"Jadi apa yang saya temukan pada UMKM di Asia Tenggara bukan hanya ada rasa lapar saja, tapi juga ada keinginan untuk melakukan bermacam tes. Jadi saya mencoba suatu inovasi, dan jika tidak berhasil maka saya akan mencoba cara lain," ungkapnya.
Pelaku UMKM pun disebut punya mental baja agar tetap mau terus beradaptasi. Sarita mengatakan, pasar di Asia Tenggara sudah banyak berubah sejak dua dekade terakhir, khususnya respons dalam menerima perubahan teknologi.
"Apa yang saya temukan sekarang adalah, banyak inovasi yang tak diterima di Asia Tenggara, namun sekarang dipakai secara global. Itulah kenapa saya senang bekerja di belahan dunia ini untuk melihat banyak perubahan terjadi selama beberapa dekade terakhir," tuturnya.
Menteri Teten Masduki: Fintech Harus Jadi Bagian Pendukung Proses Hilirisasi UMKM
Sebelumnya, Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki menghadiri acara AFPI UMKM Digital Summit 2023 di Jakarta, Kamis (21/9). Melalui event ini, AFPI mempertemukan para pelaku UMKM dengan penyedia platform Fintech Peer to Peer (P2P) Lending untuk berinteraksi, berkolaborasi dan berbagi pengetahuan agar bisa bertumbuh di era digital.
Menteri Teten Masduki mengatakan, sebagai bagian dari transformasi digital, kehadiran fintech P2P lending bisa menjadi bagian dalam mendukung UMKM yang masuk dalam program hilirisasi yang didorong oleh Pemerintah. Salah satunya UMKM yang masuk dalam program e-katalog UMKM dimana 40 persen pengadaan barang/jasa Pemerintah harus dialokasikan kepada UMKM, kata MenKopUKM Teten Masduki.
“Hlirisasi jangan hanya berfokus pada industri besar saja. Tetapi UMKM juga menjadi bagian dari rantai pasok industri dalam hilirisasi yang diamanatkan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Fintech bisa masuk untuk membantu pembiayaan ke UMKM untuk modal kerja, karena dalam program 40 persen belanja Pemerintah, UMKM memiliki kepastian harga dan pendapatan,” kata MenKopUKM Teten Masduki dalam keterangan resminya, di Jakarta, Jumat (22/9).
Menteri Teten mengatakan, dalam hilirisasi yang menjadi program Pemerintah, UMKM bisa membuat end product dengan teknologi. Untuk nikel misalnya, UMKM bisa memuat produk hilirisasi berupa alat makan hingga produk kesehatan. Termasuk di sektor perkebunan melalui produk CPO hingga rumput laut.
“Hilirisasi akan menjadi ekonomi baru bagi UMKM. Hal ini juga yang kami harapkan, perusahaan fintech maupun lembaga keuangan juga melihat keunggulan domestik Indonesia. Kita unggul dari banyak Sumber Daya Alam (SDA) yang ada, seperti agricultureproduk sawit, maupun aquaculture,” katanya.
Advertisement
Strategi Transformasi Digital
Pada kesempatan yang sama, Menteri Komunikasi dan Informatika (MenKominfo) Budi Arie Setiadi mengatakan, dalam mendukung transformasi digital pihaknya memiliki beberapa strategi.
Pertama, UMKM Level Up, dalam bentuk pendampingan dan fasilitasi UMKM agar dapat go online melalui digital mentoring dan business incubator.
“UMKM didampingi oleh fasilitator baik secara daring maupun luring pada fasilitas basecamp, untuk mendapatkan pelatihan terkait teknologi digital termasuk PoS (Point Of Sale) system dan pemanfaatan fintech,” katanya.
Selanjutnya, strategi Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI), di mana Kemenkominfo terus mendukung dan mendorong promosi serta pendampingan produk-produk buatan Indonesia. Hingga Juni 2023, Kemenkominfo telah memfasilitasi 22 juta UMKM onboarding ke ekosistem digital.
Kemudian literasi digital, kegiatan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai cara untuk adopsi dan pemanfaatan teknologi digital bagi UMKM dan untuk mendorong ekonomi digital yang dikuti 4.746.583 peserta.
Terakhir, menggelar Digital Entrepreneurship Academy (DEA) berupa fasilitasi kegiatan peningkatan keterampilan atau keahlian kewirausahaan digital bagi para pelaku UMKM dengan 30 ribu pelaku usaha yang dilakukan pada 2023.
“Kunci transformasi digital adalah bagaimana membuat masyarakat lebih produktif, sehingga ruang digital lebih sehat dan memberikan kontribusi bagi ekonomi nasional,” ujarnya.