Sukses

iPhone 15 Ludes 30 Menit di China, Bagaimana di Indonesia?

Belum lama ini, Apple kembali menggebrak pasar dengan peluncuran iPhone 15 dalam sebuah acara spektakuler yang diberi nama Wonderlust.

Liputan6.com, Jakarta Belum lama ini, Apple kembali menggebrak pasar dengan peluncuran iPhone 15 dalam sebuah acara spektakuler yang diberi nama Wonderlust.

Tidak butuh waktu lama sejak periode preorder dibuka, iPhone 15 langsung ludes diborong oleh konsumen China. Bahkan, Apple Insider melaporkan, penyedia layanan belanja online di China, Meituan, berhasil menjual habis iPhone 15 dalam waktu hanya 30 menit saat periode prapesan berlangsung.

Antusiasme konsumen pun tidak berhenti di situ. Pada 22 September 2023, Apple secara resmi memulai penjualan iPhone 15 series di toko-toko mereka di Amerika, China, dan beberapa negara di Eropa. Fenomena panjangnya antrean konsumen untuk mendapatkan produk terbaru dari Apple menjadi pemandangan umum.

Mengutip Business Insiden, Kamis (28/9/2023), hampir semua penjual resmi Apple ditemukan peristiwa yang sama, bahkan ada yang rela berdiri berjam-jam di depan toko Apple hanya untuk menjadi yang pertama membawa pulang iPhone 15.

Lantas, bagaimana dengan kondisi di Indonesia?

Berkaca dari pengalaman China, gerai reseller resmi Apple sudah mengakalinya sejak peluncuran iPhone 14. Salah satu strateginya, menyelenggarakan aktivitas pencuri perhatian konsumen saat momen penyerahan iPhone 14.

Seperti dilakukan Blibli, e-commerce besutan grup Djarum yang mengadakan acara Midnight Lounge di Senayan Park, Jakarta. Acara ini dirancang khusus untuk para pelanggan yang telah melakukan pre-order iPhone 14 dan ingin mengambilnya langsung pada pukul 00.00.

Tak hanya itu, Blibli juga memiliki fitur midnight delivery bagi pelanggan yang ingin pesanannya langsung dikirimkan ke rumah. Cara ini diklaim bisa membuat konsumen tidak perlu mengantri, bahkan sampai harus menginap di depan toko.

Adapun pada tahun lalu, Apple menjual produk iPhone 14 di Indonesia melalui pengecer resmi seperti Blibli, Digimap, dan iBox yang telah ditunjuk. Namun, hingga saat ini belum ada tanggal pasti kapan iPhone 15 akan tersedia di pasar Indonesia.

2 dari 3 halaman

Nilai Saham Apple Merosot Imbas Tiongkok Larang Pegawai Pemerintah Pakai iPhone

Tiongkok disebut melarang pejabat dan pegawai pemerintahan memakai iPhone dan perangkat merek luar negeri lainnya. Alasannya karena masalah keamanan.

Hal ini rupanya langsung berdampak pada saham Apple. Mengutip BBC, Jumat (8/9/2023), nilai saham Apple merosot selama dua hari berturut-turut setelah adanya pelarangan atas iPhone di Tiongkok.

Valuasi pasar saham Apple dilaporkan turun lebih dari 6 persen atau hampir USD 200 miliar dalam dua hari terakhir.

Sekadar informasi, Tiongkok merupakan negara yang menjadi pasar teknologi nomor tiga di dunia. Tercatat, Tiongkok menyumbang 18 persen dari total pendapatan Apple per tahunnya.

Bukan hanya itu, sebagian besar produk Apple juga dibuat oleh supplier terbesarnya yakni Foxconn di Tiongkok.

Laporan The Wall Street Journal sebelumnya menyebut, pada Rabu lalu, pemerintah Tiongkok melarang pegawai dan pejabat mereka memakai iPhone untuk bekerja.

Lalu, hari berikutnya laporan Bloomberg News menyebut, pelarangan atas iPhone ini mungkin akan diberlakukan bagi karyawan-karyawan perusahaan milik pemerintah serta agensi milik pemerintah.

Laporan mengenai pelarangan penggunaan iPhone ini terjadi hanya beberapa hari jelang perilisan iPhone 15, produk terbaru dari Apple. Rencananya, Apple meluncurkan iPhone 15 series pada 12 September mendatang.

Saat ini belum ada pernyataan resmi dari pemerintah Tiongkok menyoal hal ini.

3 dari 3 halaman

Tiongkok Sumbang 18 Persen Buat Pendapatan Apple

Tapi, berdasarkan laporan, Apple merupakan perusahaan dengan nilai valuasi saham terbesar di dunia, dengan nilai mendekati USD 2,8 triliun. Apple pun menolak berkomentar ketika dihubungi oleh BBC.

Lebih dari itu, nilai saham sejumlah perusahaan penyuplai Apple juga merosot. Misalnya, nilai saham perusahaan Korea Selatan SK Hynix merosot sekitar 4 persen.

Sebelumnya pada tahun ini, Amerika Serikat bersama Jepang dan Belanda telah membatasi akses Tiongkok terhadap sejumlah teknologi chip.

Tiongkok pun membalas dengan membatasi ekspor dua bahan penting bagi industri semikonduktor.

Negara Tirai Bambu ini juga dilaporkan tengah mempersiapkan dana investasi baru sebesar USD 40 miliar untuk meningkatkan industri manufaktur chip-nya.