Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar (kurs) rupiah perkasa pada Jumat pagi. Kurs rupiah menguat 0,16 persen atau 25 poin menjadi 15.495 per dolar AS dari sebelumnya 15.520 per dolar AS.
Analis Pasar Mata Uang Lukman Leong menyatakan rupiah berpotensi menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terkoreksi pasca data ekonomi AS penjualan rumah tertunda dan indeks manufaktur The Fed Kansas yang sangat lemah.
Baca Juga
Tercatat, indeks aktivitas manufaktur The Fed Kansas melemah ke posisi minus 13 pada September 2023 dibandingkan Agustus 2023 yang sebesar 12,0.
Advertisement
“Penguatan (rupiah) mungkin akan terbatas, mengingat investor masih akan mengantisipasi data penting inflasi PCE (Personal Consumption Expenditure) AS malam ini,” ujar dia dikutip dari Antara, Jumat (29/9/2023).
Prediksi index PCE AS diperkirakan naik 0,2 persen dibanding bulan sebelumnya.
Pada saat pasar menantikan data utama PCE yang akan dirilis hari ini, AS sedang menuju penutupan sebagian pemerintahan (partial government shutdown) yang dapat mempengaruhi rilis data ekonomi, sehingga memberikan sedikit visibilitas mengenai kinerja perekonomian. Senat AS terus melanjutkan rencana perjanjian pendanaan sementara yang diperkirakan akan ditentang oleh Partai Republik di DPR.
Kongres AS menghadapi tenggat waktu tengah malam pada Sabtu (30/9) untuk meloloskan anggaran baru guna menghindari goverment shutdown (penutupan pemerintahan). Ketua DPR Kevin McCarthy mengatakan masih ada waktu untuk mencapai kesepakatan yang terlambat
Meninjau prospek perekonomian global terutama China, Lukman menilai mata uang tersebut masih terus menekan mata uang Asia dan Eropa. “Saat ini, prospek suku bunga AS lebih dominan,” ucapnya.
Kompak Tinggalkan Dolar AS, Indonesia dan China Lakukan Ini
Bank Indonesia memperkuat jalinan kemitraan ekonomi Indonesia dan Tiongkok melalui kampanye Local Currency Transaction (LCT) transaksi dengan menggunakan mata uang lokal.
Hal itu disampaikan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo kegiatan promosi perdagangan yang dikemas dalam “Indonesia-Tiongkok Business Forum" di Beijing, Tiongkok, Kamis (28/9/2023).
"Mekanisme LCT ini diyakini akan mendorong kerja sama investasi dan perdagangan kedua negara. Kampanye secara langsung di negara mitra ini mendorong pemanfaatan LCS Indonesia-Tiongkok yang telah diimplementasikan sejak 6 September 2021 lalu," kata Perry.
Kegiatan tersebut diselenggarakan di sela-sela rangkaian kegiatan Bank Indonesia di Tiongkok, di antaranya Indonesia-Tiongkok Business Forum, kerja sama BI dengan Bank Sentral Tiongkok, promosi proyek investasi, Indonesia Night in Beijing, kuliah umum Gubernur BI yang disertai kerja sama BI dengan Tsinghua University, dan pertemuan Masyarakat Ekonomi Syariah (MES).
Selain itu, kata Perry, kegiatan tersebut hadir untuk penguatan kerja sama ekonomi Indonesia Tiongkok sebagai mitra dagang terbesar Indonesia dalam dekade terakhir, termasuk sebagai ajang promosi investasi-perdagangan di Indonesia.
Dalam forum bisnis tersebut, Gubernur BI, Perry Warjiyo, menyampaikan lima alasan untuk berinvestasi di Indonesia, yakni i) pondasi makroekonomi yang stabil, ii) pertumbuhan yang tinggi, iii) berlanjutnya reformasi struktural dan hilirisasi sumber daya alam, iv) digitalisasi ekonomi dan keuangan yang terakselerasi, dan v) pengembangan ekonomi inklusif dan berkelanjutan.
"Hal ini didukung pasar dan konsumsi domestik yang luas, meluasnya sektor jasa dan meningkatnya ekonomi penduduk generasi milenial," ujarnya.
Advertisement
Investasi Asing
Menurutnya, sebagai mitra dagang terbesar, kontributor investasi asing langsung kedua tertinggi, dan tiga besar sumber turis tertinggi Indonesia, Tiongkok perlu terus memperkuat hubungan bilateral dengan Indonesia.
Lebih lanjut Gubernur Perry memaparkan baiknya performa makroekonomi Indonesia yang mencatat inflasi yang rendah dan diproyeksikan akan terus menurun, nilai tukar rupiah yang stabil, defisit fiskal yang terus mengecil serta meningkatnya pembiayaan perbankan.
“Indonesia stabil secara makroekonomi, moneter, dan stabilitas keuangan. Hal ini penting karena tidak ada investasi dan prospek bisnis apabila suatu negara tidak stabil," ujar Gubernur Perry.
Selain dengan Tiongkok, kerja sama LCT juga sudah diimplementasikan antara Indonesia dengan sejumlah negara di kawasan, yaitu Malaysia, Thailand, dan Jepang.