Liputan6.com, Jakarta Harga minyak turun sekitar 2% ke level terendah dalam tiga minggu di mana kontrak minyak Brent dengan harga lebih tinggi telah berakhir. Penurunan harga minyak dunia imbas penguatan Dolar AS dan kekhawatiran para pedagang akan meningkatnya pasokan minyak mentah dan tekanan pada permintaan akibat suku bunga yang tinggi.
Melansir CNBC, Selasa (3/10/2023), harga minyak Brent berjangka untuk pengiriman Desember menetap USD 1,49, atau 1,6% lebih rendah ke posisi USD 90,71 per barel, atau turun sekitar 5% dari kontrak November yang berakhir pada hari Jumat pekan lalu. Itu merupakan persentase penurunan harian terbesar pada bulan depan Brent sejak awal Mei.
Baca Juga
Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun $1,97, atau 2,2%, menjadi $88,82 per barel.
Advertisement
Analis mengatakan beberapa pedagang mengambil keuntungan setelah harga minyak mentah naik hampir 30% ke level tertinggi dalam 10 bulan pada kuartal ketiga.
Menurut Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS menyebutkan, penurunan harga minyak mentah yang dimulai pada 28 September, spekulan AS meningkatkan posisi net long futures dan opsi mereka di New York Mercantile and Intercontinental Exchanges ke level tertinggi sejak Mei 2022
“Sangat mungkin bahwa aksi ambil untung oleh spekulan saat ini memainkan peran (dalam penurunan harga minyak baru-baru ini) dan akan berhenti membebani pasar seiring berjalannya waktu,” kata Analis di perusahaan konsultan energi Gelber and Associates dalam sebuah catatan.
Dolar Menguat
Pada hari Senin, dolar AS naik ke level tertinggi dalam 10 bulan terhadap sejumlah mata uang lainnya setelah pemerintah AS menghindari penutupan sebagian dan data ekonomi.
Hal ini memicu ekspektasi bahwa Federal Reserve AS akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi lebih lama, yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi.
Suku bunga yang lebih tinggi dan penguatan dolar, yang membuat harga minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya, dapat mengurangi permintaan minyak.
“Prospek global dengan cepat berubah menjadi lebih buruk dan hal ini mendorong perdagangan dolar lagi dan membebani prospek permintaan minyak mentah,” kata Edward Moya, Analis Pasar Senior di perusahaan data dan analisis OANDA, mencatat bahwa melonjaknya imbal hasil obligasi juga menekan harga minyak mentah.
Di Eropa, data manufaktur menunjukkan zona euro, Jerman dan Inggris masih terperosok dalam penurunan pada bulan September.
Di Tiongkok, negara importir minyak terbesar di dunia, Bank Dunia mempertahankan perkiraan pertumbuhan ekonomi tahun 2023 sebesar 5,1%, namun memangkas prediksinya untuk tahun 2024, dengan alasan masih lemahnya sektor properti.
Advertisement
Pasokan
Dengan memompa lebih banyak pasokan minyak mentah ke dalam sistem, menteri energi Turki mengatakan negaranya akan memulai kembali operasi pipa dari Irak pada minggu ini yang telah ditangguhkan selama sekitar enam bulan.
Selain itu, Arab Saudi dapat mulai mengurangi tambahan pengurangan pasokan sukarela sebesar 1 juta barel per hari (bph), kata analis ING dalam sebuah catatan.
OPEC+, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) ditambah Rusia dan sekutu lainnya, akan bertemu tetapi kemungkinan besar tidak akan mengubah kebijakan produksi minyaknya saat ini.
Survei Reuters menunjukkan produksi minyak OPEC naik untuk bulan kedua berturut-turut pada bulan September meskipun Arab Saudi melakukan pemotongan.