Sukses

USD Menguat 3 Oktober 2023, Rupiah Diramal Tembus 15.600 Rabu Besok

Untuk perdagangan besok mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang 15.570-15.630 per dolar AS

Liputan6.com, Jakarta Indeks dolar Amerika Serikat atau USD melanjutkan penguatan pada Selasa, 3 Oktober 2023.

"Dolar AS mencapai level tertinggi baru dalam 11 bulan pada hari Selasa, mendorong yen semakin dekat ke zona intervensi potensial, setelah data ekonomi AS yang kuat mendukung pandangan bahwa Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama,” kata Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam paparan tertulis dikutip Selasa (3/10/2023).

USD menguat menyusul rilisan survei pada Senin (2/10) yang menunjukkan bahwa manufaktur AS mengambil langkah lebih jauh menuju pemulihan pada bulan September, karena produksi meningkat dan lapangan kerja pulih, juga menunjukkan harga input yang dibayarkan oleh pabrik turun drastis.

"Sejumlah data ekonomi AS yang kuat selama beberapa pekan terakhir telah memperkuat ekspektasi bahwa The Fed akan mempertahankan kenaikan suku bunganya untuk jangka waktu yang lebih lama, dan beberapa pembuat kebijakan memperingatkan risiko pengetatan lebih lanjut jika inflasi tidak melambat seperti yang diperkirakan," ungkap Ibrahim.

Selain itu, imbal hasil Treasury AS juga memberi dorongan pada dolar, melonjak karena rilis data yang optimis, serta kesepakatan di menit-menit terakhir yang mencegah penutupan pemerintah.

Menteri Keuangan Jepang Shunichi Suzuki mengatakan pada hari Selasa bahwa pihak berwenang mengawasi pasar mata uang dengan cermat dan siap untuk merespons, mengulangi peringatan terhadap tindakan spekulatif yang tidak mencerminkan fundamental ekonomi.

Adapun hasil survei PMI zona euro pada Senin (2/10) yang menunjukkan bahwa permintaan terus menyusut dengan kecepatan yang jarang dilampaui sejak data pertama kali dikumpulkan pada tahun 1997.

Rupiah pada Selasa, 3 Oktober 2023

Rupiah ditutup melemah 50 point dalam penutupan pasar sore ini, walaupun sebelumnya sempat melemah 85 point dilevel 15.580 dari penutupan sebelumnya di level Rp.15.530.

"Sedangkan untuk perdagangan besok mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang 15.570-15.630," Ibrahim memperkirakan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Prospek Ekonomi Indonesia dan ASEAN

Ibrahim kembali menyoroti periode pemulihan pasca pandemi di China, kenaikan suku bunga The Fed, lemahnya sektor semikonduktor, serta permintaan domestik menggambarkan prospek pesimis bagi perekonomian ASEAN, termasuk Indonesia.

"Namun, di tengah perlambatan ekonomi global, pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal terakhir Indonesia masih cukup menjanjikan," lanjutnya. Sedangkan perlambatan pada pertumbuhan akan semakin terlihat pada kuartal ketiga 2023 meskipun pertumbuhan PDB pada kuartal sebelumnya cukup baik.

Indonesia sendiri diprediksi akan tumbuh 5,1 persen tahun ini, konsisten dengan tren pertumbuhan sebelumnya.

Namun, Indonesia masih dibayangi perlambatan ringan ke angka pertumbuhan 4,7 persen di tahun depan karena adanya hambatan eksternal, salah satunya pengetatan moneter yang masih berlanjut. Ibrahim mengungkapkan, pertumbuhan yang lebih lambat di kuartal III-2023 diperkirakan terjadi karena beberapa alasan.

"Didasari pada pemulihan ekonomi Tiongkok pasca pandemi yang melambat, sehingga menyebabkan perkiraan pertumbuhan konsensus diturunkan dengan cepat," paparnya.

3 dari 3 halaman

Hambatan Utama

Menurut Ibrahim, hambatan utama terhadap pertumbuhan adalah sektor ekspor yang merosot turun pada tahun lalu dan masih dalam tren penurunan yang serius.

Sebagian besar perlambatan ini disebabkan oleh pergeseran permintaan global dari barang ke jasa.

Sementara komposisi permintaan eksternal diperkirakan akan mulai normal pada paruh kedua tahun ini, permintaan secara keseluruhan cenderung cukup baik. “Indonesia saat ini memiliki salah satu suku bunga riil tertinggi di kawasan Asia Tenggara,” kata Ibrahim.

Dia mengatakan, pengetatan moneter yang masih berlanjut diharapkan akan memberikan tekanan lebih lanjut dalam beberapa kuartal mendatang.

"Dampaknya tidak hanya akan terasa pada investasi, terutama di sektor konstruksi, tetapi juga pada pinjaman rumah tangga, yang dapat berdampak pada konsumsi swasta. Ini adalah tantangan utama yang perlu diatasi untuk menjaga pertumbuhan ekonomi yang stabil," pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini