Sukses

Utang Inggris Cetak Rekor Tertinggi dalam 20 Tahun

Total utang pemerintah Inggris saat ini berjumlah sekitar 2,59 triliun poundsterling.

Liputan6.com, Jakarta Bunga yang dibayarkan pemerintah Inggris atas utang negara itu mencapai angka tertinggi dalam 20 tahun karena tingkat suku bunga obligasi telah mencapai 5,05 persen.

Mengutip BBC, Rabu (4/10/2023) jumlah total utang pemerintah Inggris atau yang dikenal sebagai utang nasional saat ini berjumlah sekitar 2,59 triliun poundsterling.

Pemerintah Inggris meminjam uang dengan menjual produk keuangan yang disebut obligasi.

Obligasi merupakan janji untuk membayar uang di masa depan, yang sebagian besar mengharuskan peminjam untuk melakukan pembayaran bunga secara teratur selama masa obligasi.

Obligasi pemerintah Inggris – yang dikenal sebagai “gilts” – biasanya dianggap sangat aman, dengan sedikit risiko utang tersebut tidak akan dilunasi.

Gilts sebagian besar dibeli oleh lembaga keuangan di Inggris dan luar negeri, seperti dana pensiun, dana investasi, bank dan perusahaan asuransi.

Bank of England juga telah membeli obligasi pemerintah senilai ratusan miliar pound di masa lalu untuk mendukung perekonomian, melalui proses yang disebut “pelonggaran kuantitatif”.

Tingkat Bunga Utang

Tingkat bunga utang pemerintah yang lebih tinggi berarti kanselir harus menyisihkan lebih banyak uang tunai, sebesar 23 miliar poundsterling untuk memenuhi pembayaran bunga kepada pemilik obligasi.

Hal ini berarti pemerintah Inggris akan memiliki lebih sedikit uang untuk dibelanjakan pada layanan publik seperti layanan kesehatan, sekolah, di tambah para pekerja di industri-industri utama menuntut kenaikan gaji agar sesuai dengan biaya hidup.

Tingkat utang nasional Inggris saat ini lebih dari dua kali lipat dibandingkan pada tahun 1980-an hingga krisis keuangan tahun 2008.

Kombinasi dari krisis keuangan pada tahun 2007/2008 dan pandemi Covid-19 telah mendorong utang Inggris naik dari titik terendah dalam sejarah ke posisi saat ini. Namun dalam kaitannya dengan ukuran perekonomian, utang saat ini masih rendah dibandingkan abad lalu.

2 dari 4 halaman

Bank Dunia Soroti Lonjakan Utang di Asia

Bank Dunia mencatat kenaikan signikan utang pemerintah  di Asia Timur dan Pasifik serta lonjakan pesat tingkat utang korporasi terutama di China, Thailand dan Vietnam.

Dikutip dari CNBC, Selasa (3/10/2023), laporan Bank Dunia memperingatkan tingkat utang pemerintah yang tinggi dapat membatasi investasi publik dan swasta. Meningkatnya utang dapat menyebabkan kenaikan suku bunga yang akan meningkatkan biaya pinjaman bagi perusahaan swasta.

Menurut perhitungan Bank Dunia, peningkatan utang pemerintah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 10 persen di tengah penurunan pertumbuhan investasi 1,2 persen. Demikian pula peningkatan utang swasta terhadap PDB 10 persen dikaitkan dengan penurunan  pertumbuhan investasi 1,1 persen.

Bank juga mencatat tingkat utang rumah tangga yang relatif tinggi di China, Malaysia, dan Thailand dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya. Utang rumah tangga yang tinggi dapat berdampak negatif pada konsumsi, karena lebih banyak pendapatan akan digunakan untuk melunasi utang, sehingga dapat menyebabkan pengurangan pengeluaran.

Bank Dunia juga menyebutkan peningkatan utang rumah tangga 10 persen akan menurunkan pertumbuhan konsumsi 0,4 persen. Saat ini, Bank Dunia mengatakan belanja rumah tangga masih berada di bawah tren sebelum pandemi COVID-19 di kawasan berkembang di Asia Timur dan Pasifik.

Di China, tren penjualan ritel saat ini mendatar dibandingkan sebelum pandemi COVID019 karena harga rumah turun, melemahnya pertumbuhan pendapatan rumah tangga, meningkatnya tabungan untuk pencegahan dan utang rumah tangga serta faktor struktural lainnya seperti populasi yang menua.

Di sisi lain, Bank Dunia memangkas perkiraan pertumbuhannya untuk negara-negara berkembang di Asia Timur dan Pasifik. Pertumbuhan ekonomi di Asia Timur dan Pasifik tersebut dipangkas lataran lesunya permintaan China dan global di tengah masih tingginya suku bunga dan lemahnya perdagangan.

3 dari 4 halaman

Bank Dunia Pangkas Pertumbuhan Ekonomi

Bank Dunia prediksi ekonomi negara-negara berkembang Asia Timur dan Pasifik akan tumbuh 5 persen pada 2023, demikian dikutip dari laporan Oktober yang diterbitkan pada Senin, 2 Oktober 2023. Prediksi pertumbuhan ekonomi itu lebih renda dari perkiraan pada April sebesar 5,1 persen.

Pada 2024, Bank Dunia prediksi pertumbuhan kawasan 4,5 persen, turun dari perkiraan pada April 2023 sebesar 4,8 persen.

Bank Dunia mempertahankan perkiraan pertumbuhan ekonomi China pada 2023 tidak berubah pada 5,1 persen. Namun, Bank Dunia menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi pada 2024 menjadi 4,4 persen dari sebelumnya 4,8 persen.

Bank Dunia mengutip faktor struktural jangka panjang, peningkatan tingkat utang di China dan lemahnya sektor properti sebagai alasan penurunan peringkatnya.

"Meskipun faktor-faktor dalam negeri cenderung menjadi pengaruh yang dominan terhadap pertumbuhan di China, faktor-faktor eksternal akan mempunyai pengaruh lebih kuat terhadap pertumbuhan di sebagian besar negara-negara lain di kawasan ini," kata Bank Dunia.

Sebagian besar ekonomi Asia Timur meski telah pulih dari serangkaian guncangan sejak 2020 termasuk pandemi COVID-19 dan akan terus tumbuh, Bank Dunia menuturkan, laju pertumbuhan kemungkinan akan melambat.

4 dari 4 halaman

Utang Indonesia Justru Terendah di antara Negara ASEAN dan China

Sebelumnya, laporan terbaru Bank Dunia menyoroti jumlah utang negara di kawasan Asia Timur dan Pasifik yang mengalami kenaikan cukup tinggi dalam 13 tahun terakhir atau periode 2010-2023. Khusus utang Indonesia ternyata jadi yang terendah di Antara Negara ASEAN dan China.

"Utang yang lebih tinggi ini tidak hanya terjadi pada suatu negara atau pemerintah saja, namun juga terjadi pada sektor korporasi dan rumah tangga," ungkap Kepala Ekonom Bank Dunia Kawasan Asia Timur dan Pasifik, Aaditya Mattoo dalam konferensi pers, Senin (2/10/2023).

Dalam laporan East Asia and The Bank Dunia mencatat, utang Pemerintah China telah naik menjadi 51 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di 2023, naik dari 25 persen yang tercatat pada tahun 2010.

Indonesia tercatat mengalami kenaikan utang Pemerintah hingga 39 persen terhadap PDB di 2023 dari 24 persen pada tahun 2010 silam.

Namun, kenaikan utang Pemerintah Indonesia terhadap PDB-nya tergolong rendah dibandingkan negara tetangganya di Asia Tenggara dan China.

Laporan Bank Dunia mencatat, utang Pemerintah Malaysia terhadap PDBnya telah mencapai 49 persen pada tahun 2010 dan naik lebih dari 20 persen menjadi 60 persen terhadap PDB di 2023.

Adapun utang Pemerintah Filipina terhadap PDBnya yang naik dari 48 persen menjadi 57 persen di 2023 dan utang Thailand yang mencapai 54 persen terhadap PDBnya tahun ini.

Di tingkat rumah tangga, utang Indonesia juga mencatat kenaikan yang kecil pada periode 2010-2023.

Bank Dunia mengungkapkan, utang rumah tangga Indonesia terhadap PDB-nya mencatat kenaikan hanya 2 persen dari 14 persen pada 2010 menjadi 16 persen tahun ini.

Live dan Produksi VOD