Sukses

USD Perkasa, Rupiah Diramal Terkapar ke 15.700 per Dolar AS Kamis Besok

Untuk perdagangan besok mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang 15.620 per dolar AS-15.700 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta Indeks dolar Amerika Serikat atau USD terus menguat hingga Rabu, 4 Oktober 2023.

USD menguat seiring Investor yang terus mengantisipasi kebijakan moneter restriktif dalam jangka waktu yang lebih lama, karena ketahanan ekonomi yang luas, sehingga semakin memperkuat posisi greenback di pasar mata uang global.

'Hal tersebut dibarengi dengan pandangan hawkish dari Federal Reserve (The Fed) dan imbal hasil Treasury tertinggi dalam 16 tahun," jelas Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam paparan tertulis pada Rabu (4/10/2023).

"Putaran baru inflasi, kekhawatiran kenaikan suku bunga Dolar melonjak pada hari Selasa karena sejumlah pembuat kebijakan di Federal Reserve pada hari Selasa mengisyaratkan kenaikan suku bunga lagi pada bulan November atau Desember untuk menjaga inflasi tetap terkendali dan mendekati target bank sentral sebesar 2% per tahun dari saat ini 3,7%," sambungnya.

Pernyataan Gubernur The Fed Michelle Bowman mengatakan dia tetap bersedia mendukung kenaikan suku bunga kebijakan bank sentral pada pertemuan mendatang, jika data yang masuk menunjukkan kemajuan inflasi terhenti atau berjalan terlalu lambat.

Senada, Michael Barr, wakil ketua pengawasan The Fed juga mengatakan bank sentral kemungkinan "perlu mempertahankan kenaikan suku bunga untuk beberapa waktu".

Meskipun inflasi AS telah menurun secara signifikan dari angka tertinggi (lebih dari 9 persen per tahun) dibandingkan Juni 2022, kenaikan harga minyak dunia dalam beberapa bulan terakhir telah menimbulkan kekhawatiran pada negara-negara non-penghasil minyak, dengan populasi terbesar di dunia.

"Perekonomian akan kembali menghadapi beban yang berat pada akhir tahun ini," tulis Ibrahim.

Rupiah Rabu, 4 Oktober 2023

Ibrahim mengungkapkan, Rupiah ditutup melemah 54 poin dalam penutupan pasar sore ini, walaupun sebelumnya sempat melemah 65 poin di level 15.634 per dolar AS dari penutupan sebelumnya di level 15.580 per dolar AS.

"Sedangkan untuk perdagangan besok mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp. 15.620- Rp. 15.700," Ibrahim memperkirakan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kecenderungan Investor Jelang Pemilu 2024

Ibrahim menyoroti tahun politik 2024 yang semakin dekat, dimana pelaku pasar tampaknya cenderung menunggu and melihat kepastian terlebih dahulu.

"Terlebih, dua dari bakal calon presiden (bacapres) dari kubu Gerindra dan Kubu PDI Perjuangan, Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo belum mengumumkan pasangan yang akan dipilih untuk maju dalam pilpres 2024, ujarnya.

"Sikap wait and see ini berkaitan erat dengan kebijakan di masa depan. Pelaku pasar perlu mengetahui kebijakan seperti apa yang kira-kira terjadi di Indonesia ke depan dengan melihat bacapres ataupun memproyeksi siapa bacapres terkuat," lanjut Ibrahim.

Diprediksi, selama gelaran Pemilu 2024 terdapat tren di mana Rupiah mengalami pelemahan dan investor asing enggan masuk ke pasar modal dalam negeri.

Salah satu contoh adalah saat gelaran Pemilu 2019, ketika Rupiah mengalami pelemahan.

Namun, pelemahan itu hanya terjadi sesaat dan pulih kembali setelah pemenang Pemilu diumumkan.

3 dari 3 halaman

PMI Manufaktur Indonesia

Selain itu, PMI Manufaktur Indonesia pada September 2023 berada di level 52,3. Angka tersebut menurun dibandingkan posisi Agustus 2023 di 53,9.

"Meskipun turun, PMI manufaktur bulan lalu diklaim masih berada di zona ekspansi karena munculnya permintaan baru dan ekspor yang meningkat," papar Ibrahim.

Secara keseluruhan sentimen bisnis masih terjaga positif di bulan September dengan masing-masing indeks yang berada di atas level 50,0.

Meskipun demikian, pemerintah akan terus memonitor dan memitigasi berbagai risiko dan ketidakpastian global yang menunjukkan peningkatan belakangan ini, termasuk potensi perlambatan lebih dalam dari perekonomian global khususnya ekonomi Tiongkok.

Sementara itu, inflasi Indonesia pada bulan September menurun menjadi 2,28 persen yoy dari Agustus yang tercatat 3,27 persen.

Penurunan ini didorong oleh perlambatan inflasi komponen harga diatur pemerintah (administered price) dan inflasi inti.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini