Liputan6.com, Jakarta - Harga beras terus melambung di Indonesia. Kenaikan harga beras terjadi karena turunnya faktor produksi sejak Agustus 2023.
Menurut data Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan per Rabu (4/10/2023), harga beras medium naik menjadi Rp 13.400 per kg dari sebelumnya di kisaran Rp 12.400 per kg. Harga beras premium juga naik menjadi Rp 15.000 per kg, dari sebelumnya masih Rp 14.000 per kg.
Baca Juga
Selain itu, saat ini pembelian beras di ritel modern juga dibatasi, di mana masyarakat hanya bisa membeli 2-3 kemasan 5 kilogram (kg) dalam sekali transaksi.
Advertisement
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas/NFA) Arief Prasetyo Adi menegaskan bahwa kebijakan beli beras dibatasi hanya berlaku bagi beras medium dari Bulog atau SPHP.
“Kenapa harus dibatasi? Ini karena beras SPHP harganya telah ditetapkan pemerintah sebesar Rp 10.900 per Kg dan setiap rumah logikanya cukup dengan 2 pack. Apalagi kualitas beras SPHP Bulog ini berkualitas premium," ujar Arief dalam keterangannya, dikutip Rabu (4/10/2023).
Menanggapi isu kenaikan harga beras , Wakil Ketua DPR RI Lodewijk F. Paulus menghimbau Masyarakat tidak perlu panik dan melakukan panic buying.
Lodewijk yakin, pemerintah sudah memikirkan cara untuk memastikan pasokan beras agar selalu tersedia di masyarakat.
”Kita sedang menghadapi El Nino, Pemerintah juga telah mengambil kebijakan untuk impor beras, tentunya jangan sempet masyarakat menjadi panic buying,” kata Lodewijk, dikutip dari laman resmi DPR, Rabu (4/10/2023).
Lodewijik mengatakan, jika panic buying terjadi dikhawatirkan akan menyusahkan masyarakat yang sedang sangat membutuhkan.
Maka dari itu, perlu adanya kerja sama dan kebijaksanaan yang baik antara pemerintah dan masyarakat agar ketersediaan panggan bisa cukup hingga El Nino benar-benar berlalu.
Ketersediaan Pangan
”Karena saya tahu masyarakat sangat membutuhkan, sekarang ada El Nino, El Nino ini tentunya berdampak kepada ketersediaan pangan walaupun pemerintah sudah mengambil (kebijakan) tapi itukan dibatasi,” katanya, saat ditemui Parlementaria usai Rapat Paripurna, di Nusantara II, DPR RI, Jakarta, Selasa (3/10/2023).
Lebih lanjut, Lodewijk menuturkan hal penting lain yang perlu dimitigasi yakni tidak menentunya cuaca yang akan mempengaruhi musim tanam di Indonesia.
”Kalau kita katakan setelah hujan mungkin ada banjir itu yang harus di mitigasi juga, dan setelah itulah musim tanam, berapa lama setelah itu panen produk yang dihasilkan, cukup enggak, itu yang tentunya harus dihitung Pemerintah,” pungkas Lodewijk, yang juga dikenal sebagai Politisi Fraksi Partai Golkar.
Beli Beras di Toko Ritel Kini Dibatasi Maksimal 3 Kemasan Sekali Belanja
Toko ritel mulai membatasi pembelian beras medium bagi masyarakat selaku konsumen. Kini dalam satu kali transaksi, masyarakat hanya bisa membeli maksimal 3 kemasan dengan hitungan sekitar 10 sampai 15 kilogram (kg) beras.
"Kita harus atur sedemikian rupa sesuai arahan Badan Pangan Nasional (Bapanas) dan Bulog khususnya yang di ritel anggota Aprindo menjual dengan batasan 2-3 kemasan sekali belanja," ujar Ketua Umum Aprindo Roy N Mandey kepada Liputan6.com, Selasa (3/10/2023).
Menurutnya, pembatasan pembelian beras ini dari hitungan cukup untuk memenuhi kebutuhan satu keluarga. Jika ditotal, artinya dalam satu kali transaksi pembeli bisa memboyong 10-15 kg beras.
Roy menegaskan, upaya pembatasan ini sebagai langkah untuk melakukan pemerataan dari beras yang jadi bagian Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP). Dimana, beras medium dari Bulog ini mendapat suntikan subsidi pemerintah.
Pasalnya, beras SPHP sendiri tak hanya digelontorkan bagi pasar ritel. Tapi lebih dulu dipentingkan untuk bantuan sosial dan operasi pasar.
"Beras SPHP medium Bulog itu masih harus diatur dengan operasi pasar dan bansos makanya kita buat pembatasan," tegasnya.
Terkait harga jual, beras SPHP dijual sekitar Rp 10.900 per kilogram atau Rp 54.500 per kemasan 5 kilogram di toko ritel moderen.
Dia mengatakan, proses pembatasan ini akan mengikuti pasokan Cadangan Beras Pemerintah (CBP). Saat ini pemerintah menguasai sekitar 1,6 juta ton beras, 400 ribu ton lainnya sedang dalam perjalanan impor.
Advertisement
Pantau Harga Beras
Suyamto mengemukakan pihaknya juga melakukan pemantauan intensif terkait harga beras saat ini. Terjadinya kenaikan harga beras dikarenakan beberapa faktor baik eksternal maupun internal dalam negeri, seperti bencana El Nino dan juga situasi dalam negeri yang memasuki musim tanam.
"Sampai dengan pagi ini kami sudah menggelontorkan beras operasi pasar di seluruh Indonesia dengan jumlah total sebanyak 800 ribu ton dan selanjutnya setiap hari kami akan gelontorkan terus sampai harga stabil. Selanjutnya juga sekarang sedang disalurkan Beras Bantuan Pangan untuk September, Oktober, dan November dengan jumlah total sebanyak 641 ribu ton kepada masyarakat kurang mampu di seluruh Indonesia," tegas Suyamto.
Fokus Bulog saat ini adalah mempertahankan stabilitas harga beras di masyarakat, Bulog akan melakukan hal tersebut secara maksimal demi kepentingan rakyat terlebih di tengah situasi seperti sekarang. Bulog juga terus berkoordinasi dengan pemerintah pusat maupun daerah guna memastikan ketersediaan dan meredam lonjakan harga beras di tingkat konsumen.