Sukses

Awas, Rupiah Bisa Tembus Rp 16.000 per USD

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akhirnya mengalami penguatan pasca dihajar berhari-hari. Kurs rupiah menguat 0,10 persen menjadi Rp 15.618 per USD, naik 16 poin dari penutupan hari sebelumnya Rp 15.634 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akhirnya mengalami penguatan pasca dihajar berhari-hari. Kurs rupiah menguat 0,10 persen menjadi Rp 15.618 per USD, naik 16 poin dari penutupan hari sebelumnya Rp 15.634 per dolar AS.

Direktur PT Laba Forexindo berjangka Ibrahim Assuaibi melihat, penguatan rupiah ini merupakan imbas dari ekonomi dalam negeri yang bagus. Bila tidak, kurs Garuda saat ini mungkin sudah berada di level Rp 17.000 per dolar AS.

"Faktornya, perekonomian dalam negeri cukup bagus. Kalau ekonomi dalam negeri jelek, ini kemungkinan besar bisa terjadi Rp 17.000. Tapi saya tidak yakin bahwa rupiah ini akan ke Rp 17.000," ujarnya kepada Liputan6.com, Kamis (5/10/2023).

Menurut dia, kurs rupiah tidak mungkin akan terus naik hingga melampaui Rp 16.000 per dolar AS. Bertengger di level Rp 15.800 pun disebutnya itu sudah cukup tinggi.

Pasalnya, Ibrahim meyakini Bank Indonesia akan terus melakukan berbagai intervensi besar agar rupiah tidak terus melemah. Meskipun begitu, ia masih buka kemungkinan nilai tukarnya tembus hingga angka Rp 16.000.

"Kalau seandainya di Rp 16.000, itu mungkin wajar. Tapi kalau angka Rp 17.000 sangat berat sekali. Menurut saya di Rp 16.000 titik puncaknya," kata Ibrahim.

Tren Kurs Rupiah

Ibrahim memprediksi, tren nilai tukar rupiah ke depan masih akan terus melihat kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat The Fed yang diperkirakan bakal kembali menaikan suku bunga acuannya di akhir tahun.

"Kemungkinan besar setelah November, bank sentral Amerika menaikan suku bunga, di bulan Desember (nilai tukar rupiah) mungkin akan menguat. Saya perkirakan untuk akhir tahun di Rp 15.400," tuturnya.

2 dari 4 halaman

Rupiah Perkasa, Hari Ini Dipatok 15.578 per USD

Nilai tukar rupiah pada Kamis pagi perkasa. Rupiah hari ini menguat 0,36 persen atau 56 poin menjadi 15.578 per USD dari sebelumnya 15.634 per USD.

Analis pasar mata uang Lukman Leong menyatakan penguatan kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Kamis, karena data tenaga kerja Automatic Data Processing (ADP) AS lebih lemah dari perkiraan.

Lukman Leong menyampaikan bahwa data ADP menunjukkan adanya 89 ribu pekerjaan, jauh di bawah harapan yang sebesar 153 ribu pekerjaan.

“(Hal ini) meredakan ekspektasi akan prospek suku bunga The Fed,” ujar dia dikutip dari Antara, Kamis (5/10/2023).

Dia menilai setiap data ekonomi AS yang rilis bakal mempengaruhi ekspektasi prospek suku bunga AS hingga Desember 2023 nanti, ketika The Fed mengeluarkan kebijakan penting terkait suku bunga.

Pada Jumat (6/10), data Non-Farm Payroll (NFP) AS akan dirilis dengan perkiraan penambahan 170 ribu pekerjaan.

“Sentimen dolar AS masih kuat, dan penguatan rupiah akan terbatas hingga rilis data tersebut,” ucap Lukman.

Cadangan Devisa

Selain itu, data cadangan devisa (cadev) juga diumumkan besok dan diperkirakan turun ke Rp136 miliar, yang berarti rupiah tertekan data NFP AS dan cadev.

Mengingat rupiah di bawah bayang-bayang ekspektasi prospek kenaikan suku bunga, Analis Bank Woori Saudara BWS, Rully Nova menganggap rupiah dapat menguat jika The Fed bersikap dovish terhadap proyeksi suku bunga AS. Namun, hingga kini, sikap The Fed masih jauh dari dovish mengingat angka inflasi AS masih jauh dari target 2 persen

 

3 dari 4 halaman

USD Perkasa, Rupiah Diramal Terkapar ke 15.700 per Dolar AS Kamis Besok

Indeks dolar Amerika Serikat atau USD terus menguat hingga Rabu, 4 Oktober 2023.

USD menguat seiring Investor yang terus mengantisipasi kebijakan moneter restriktif dalam jangka waktu yang lebih lama, karena ketahanan ekonomi yang luas, sehingga semakin memperkuat posisi greenback di pasar mata uang global.

'Hal tersebut dibarengi dengan pandangan hawkish dari Federal Reserve (The Fed) dan imbal hasil Treasury tertinggi dalam 16 tahun," jelas Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam paparan tertulis pada Rabu (4/10/2023).

"Putaran baru inflasi, kekhawatiran kenaikan suku bunga Dolar melonjak pada hari Selasa karena sejumlah pembuat kebijakan di Federal Reserve pada hari Selasa mengisyaratkan kenaikan suku bunga lagi pada bulan November atau Desember untuk menjaga inflasi tetap terkendali dan mendekati target bank sentral sebesar 2% per tahun dari saat ini 3,7%," sambungnya.

Pernyataan Gubernur The Fed Michelle Bowman mengatakan dia tetap bersedia mendukung kenaikan suku bunga kebijakan bank sentral pada pertemuan mendatang, jika data yang masuk menunjukkan kemajuan inflasi terhenti atau berjalan terlalu lambat.

Senada, Michael Barr, wakil ketua pengawasan The Fed juga mengatakan bank sentral kemungkinan "perlu mempertahankan kenaikan suku bunga untuk beberapa waktu".

 

4 dari 4 halaman

Inflasi AS

Meskipun inflasi AS telah menurun secara signifikan dari angka tertinggi (lebih dari 9 persen per tahun) dibandingkan Juni 2022, kenaikan harga minyak dunia dalam beberapa bulan terakhir telah menimbulkan kekhawatiran pada negara-negara non-penghasil minyak, dengan populasi terbesar di dunia.

"Perekonomian akan kembali menghadapi beban yang berat pada akhir tahun ini," tulis Ibrahim.

Rupiah Rabu, 4 Oktober 2023

Ibrahim mengungkapkan, Rupiah ditutup melemah 54 poin dalam penutupan pasar sore ini, walaupun sebelumnya sempat melemah 65 poin di level 15.634 per dolar AS dari penutupan sebelumnya di level 15.580 per dolar AS.

"Sedangkan untuk perdagangan besok mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp. 15.620- Rp. 15.700," Ibrahim memperkirakan.