Sukses

Transaksi Tiket KRL Jabodetabek Pakai Kartu Multi Trip Capai 216 Juta

KAI Commuter mendorong penggunaan Kartu Multi Trip (KMT) sebagai alat pembayaran terintegrasi, khususnya dalam menggunakan transportasi publik semisal KRL

Liputan6.com, Jakarta KAI Commuter mendorong penggunaan Kartu Multi Trip (KMT) sebagai alat pembayaran terintegrasi, khususnya dalam menggunakan transportasi publik semisal KRL Commuter Line Jabodetabek.

VP Corporate Secretary KAI Commuter Anne Purba menyatakan, KMT merupakan uang elektronik dengan sistem saldo milik KAI Commuter, yang saat ini sudah dapat digunakan dalam transaksi pembayaran tiket transportasi publik lain.

Dengan KMT, ia mengatakan, masyarakat dapat melakukan pembayaran tiket transportasi publik di wilayah Jabodetabek seperti Commuter Line, LRT Jabodebek, LRT Jakarta, MRT dan TransJakarta.

Selain itu juga KMT bisa digunakan untuk pembayaran moda transportasi publik di luar Jabodetabek seperti tiket Bus TransYogya, TransJateng, dan TransJatim.

"Hingga September 2023 kemarin tercatat sebayak 57,59 persen dari seluruh transaksi pembayaran tiket KRL Commuter Line Jabodetabek, atau sebanyak 216 juta lebih transaksi menggunakan KMT," terang Anne, Kamis (5/10/2023).

"Ini membuktikan bahwa penggunaan KMT sebagai alat pembayaran transaksi tiket transportasi menjadi pilihan utama dalam bertransportasi," klaim dia.

Kerja Sama dengan Gojek

Tak hanya dengan kartu multi trip, kata Anne, KAI Commuter bersama Gojek juga melakukan pengembangan sistem pembelian tiket melalui aplikasi Go Transit. Lalu juga integrasi sistem pembayaran dengan sistem perbankan melalui kartu elektronik.

"Tercatat sebesar 5,53 persen transaksi pengguna KRL Jabodetabek menggunakan aplikasi tersebut untuk melakukan pembelian tiket hanya dengan satu kali transaksi," imbuh dia.

"Sementara itu untuk penggunaan Uang Elektronik Bank (Flash BCA, E-Money Mandiri, Tap Cash BNI, Brizzi BRI dan Jakcard Bank DKI) transaksi pembelian tiketnya sebesar 36,70 persen," jelasnya.

2 dari 3 halaman

Mau Impor 3 Trainset KRL dari Jepang, KAI Butuh Dana Rp 676,8 Miliar

PT Kereta Api Indonesia (Persero) akan melakukan impor 3 rangkaian kereta (trainset) KRL baru dari Jepang pada 2024, tahun depan. Untuk itu, KAI butuh dana Rp 676,8 miliar.

Informasi, ini sebagai tindak lanjut dari rencana untuk mengatasi peningkatan kebutuhan dari PT Kereta Commuter Indonesia atau KAI Commuter. Utamanya, terhadap peningkatan penumpang KRL Jabodetabek.

"Untuk pembelian kereta Jepang tiga trainset itu Rp 676,8 miliar,” ujar Direktur Perencanaan Startegis dan Pengembangan Usaha PT KAI (Persero) John Robertho dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR RI, Selasa (19/9/2023).

John sebagai Pejabat yang Melaksanakan Tugas (PYMT) Dirut KAI ini mengatakan, langkah impor diambil untuk menggantikan sejumlah unit kereta yang beroperasi. Mengingat, 98 persen KRL yang dimiliki KAI Commuter berusia lebih dari 30 tahun.

"Beberapa jenis KRL kita itu suku cadang juga sudah absolut, sudah tidak diproduksi lagi. Sehingga dari posisi pemenuhan, perawatan dan safety ini kita sangat membutuhkan untuk pengadaan yang baru," urainya.

 

3 dari 3 halaman

Penggantian Sarana KRL

Sebagai informasi, penggantian sarana KRL sendiri dilakukan dengan beberapa cara. Yakni, impor KRL baru dari Jepang dengan dana yang bersumber dari PMN tadi.

Lalu, melakukan retrofit sarana KRL lama. Ada sekitar 19 trainset yang akan diretrofit dengan kebutuhan dana sekitar Rp 2,23 triliun. Kemudian, KAI Commuter juga akan membeli 24 trainset KRL baru dari PT INKA yang membutuhkan biaya sekitar Rp 5,7 triliun.

Di sisi lain, John melihat adanya proyeksi peningkatan okupansi penumpang di jam sibuk. Pada 2024, KAI memprediksi jumlah penumpang akan mencapai 345 juta orang dalam setahun.