Sukses

Jokowi Bareng Plt Mentan Panen Padi di Subang, Produksi Beras Aman?

Petani merasa senang dengan harga gabah saat ini yang semakin baik. Jokowi menegaskan, upaya stabilisasi pasokan dan harga beras di tingkat konsumen terus dilakukan pemerintah.

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan panen padi di Subang, Jawa Barat, Minggu (8/10/2023). Bersama Kepala Badan Pangan Nasional sekaligus Plt Menteri Pertanian (Mentan), Arief Prasetyo Adi, keduanya menyaksikan langsung panen padi di hamparan persawahan yang telah siap panen seluas 500 ha.

Jokowi tak membantah, fenomena El Nino pastinya berpengaruh terhadap hasil panen dan produksi beras. Mengatasi itu, Jokowi memastikan terus memantau panen padi di seluruh Indonesia. Dalam waktu dekat, ia memastikan akan kembali meninjau panen padi di Indramayu, Jawa Barat.

"Tetapi sekali lagi karena El Nino produksi itu tetap menurun, tetap berkurang. Tapi tidak ada masalah karena cadangan kita di Bulog juga masih banyak. (Ada) 1,7 juta ton," ujar Jokowi.

Presiden yang mendengarkan langsung aspirasi petani menuturkan, kalangan petani merasa senang dengan harga gabah saat ini yang semakin baik. Namun, Kepala Negara menegaskan, upaya stabilisasi pasokan dan harga beras di tingkat konsumen terus dilakukan pemerintah.

"Petaninya senang (karena) harga gabahnya (baik). Kalau petaninya senang, ini yang tidak senang pembeli berasnya. (Ini) yang harus kita atasi dengan memasok (Cadangan Beras Pemerintah) sebanyak-banyaknya ke pasar agar harga bisa turun. Sementara ini, di (Pasar Induk Beras) Cipinang harga sudah turun. Tapi kita harapkan juga di pasar eceran sudah (harga menurun), di konsumen juga kita harapkan juga bisa turun," paparnya.

Mantan Gubernur DKI Jakarta ini memastikan, pemerintah terus fokus dalam upaya menstabilkan harga beras bagi masyarakat. "Harga beras di Indonesia dikatakannya masih lebih rendah dibandingkan harga beras di negara-negara Asia Tenggara lainnya, seperti Singapura, Brunei, dan Timor Leste," imbuhnya.

 

2 dari 4 halaman

Pilot Project Budidaya Pertanian Berbasis Bibit Unggul

Di kesempatan yang sama, Plt Mentan Arief Prasetyo Adi menyatakan, panen padi hari ini diharapkan dapat mendorong penguatan produksi pangan nasional. Apabila produksi mulai terakselerasi, akan dapat memenuhi kebutuhan pasokan sehingga stabilitas harga diharapkan terjaga.

"Hari ini bersama Bapak Presiden melihat langsung panen padi. Petani kita masih bisa tanam dan panen. Total luasan panen yang ada di Subang mencapai 500 hektar. Kita juga melihat kiprah PT Sang Hyang Seri (SHS) sebagai BUMN yang fokus di benih bibit unggul. Ke depannya kita terus dorong ekosistem budidaya pertanian yang sifatnya end to end," terang Arief.

Arief juga mengungkapkan, pada lokasi yang tidak jauh dari lokasi panen bersama hari ini, Badan Pangan Nasional bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Kementerian BUMN, dan pelaku usaha sektor pangan telah memprakarsai pilot project budidaya pertanian berbasis bibit unggul sejak Juli 2023 lalu.

Ini turut melibatkan BUMN sebagai penyedia bibit dan pemilik lahan pertanian serta sebagai offtaker hasil panen.

"Di Juli lalu, kami menggagas suatu project pilot pada Demonstration Area (Dem Area) seluas 47,25 hektar. Itu berlokasi di lahan SHS. Disana telah ditanami padi bibit unggul berbagai varietas dan teknologi tanam tertentu. Secara umum, kita optimis taksiran panennya mencapai 7 ton per hektar. Selanjutnya hasil panen akan langsung diserap oleh Perum Bulog sebagai offtaker," beber Arief.

 

3 dari 4 halaman

Petani Lebih Terjamin

Nantinya, skema closed loop seperti ini akan dilakukan replikasi pembudidayaan secara luas dan masif ke berbagai daerah. Arief meyakini skema pengadaan beras sejak on farm merupakan salah satu strategi yang tepat dalam pemenuhan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang berbasis produksi dalam negeri.

"Skema ini dapat menjadi semacam closed loop untuk pemenuhan CBP yang berkesinambungan. Bibitnya dari SHS. Pendampingannya juga kita siapkan. Hasilnya diserap oleh Bulog dengan harga yang baik, sehingga Bulog akan dimudahkan untuk penyerapan pasokan dari dalam negeri. Petani pun bisa lebih terjamin," tutur Kepala Badan Pangan Nasional.

Lebih lanjut, dikatakannya Bapanas sangat memerhatikan kepentingan petani untuk dapat terus termotivasi untuk berproduksi. Pada awal tahun, pihaknya telah menaikkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani yang berfungsi sebagai jaring pengaman agar harga GKP tidak jatuh, terutama pada saat panen raya.

"Petani padi mengaku ke Bapak Presiden senang dengan harga gabah yang baik. Kalau di hulu sudah bersemangat produksi, nanti di hilir akan merasakan dampak positifnya. Semua harus seimbang agar dapat menciptakan situasi petani sejahtera, pedagang untung, dan masyarakat tersenyum," kata Arief.

 

4 dari 4 halaman

Harga Beras di Petani

Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan (NTPP) pada September 2023 mencapai 111,56 atau meningkat 13 persen dibandingkan September 2022 (year on year).

Pasca diterbitkannya Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadan) Nomor 6 Tahun 2023 tentang Harga Pembelian Pemerintah dan Rafakasi Harga Gabah dan Beras, serta Perbadan Nomor 7 Tahun 2023 tentang Harga Eceran Tertinggi Beras di Maret 2023, NTPP di Mei 2023 tercatat di 95,70 dan semakin melejit hingga 111,56 pada September 2023.

"Kondisi harga di petani saat ini baik. Indikatornya dapat dilihat pada kenaikan NTPP September 2023 yang tercatat di angka 111,56. Ini menunjukan bahwa pemerintah selalu mendorong petani supaya lebih produktif dan lebih semangat menanam. Sehingga persoalan di hulu yakni produksi dapat teratasi," ungkap Arief.

Sementara harga beras medium di pasaran mulai menunjukkan situasi yang kondusif. Berdasarkan data Panel Harga Badan Pangan Nasional, terpantau harga beras medium di tingkat pedagang eceran per 7 Oktober 2023 Rp 13.180 per kg. Mengalami penurunan 0,3 persen atau 40 poin dari 1 Oktober di mana harga beras tersebut tercatat Rp 13.220 per kg.

Sedangkan harga beras medium IR-III di Pasar Beras Induk Cipinang (PIBC) juga mengalami penurunan dari Rp 11.331 per kg pada 1 Oktober 2023, menjadi Rp 11.106 per kg per 6 Oktober 2023. Adapun pasokan beras di PIBC juga terus dijaga agar stoknya dalam kondisi normal. Per 6 Oktober 2023 stok PIBC mencapai 29 ribu ton.