Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hari ini kembali bergerak melemah karena data tenaga kerja AS lebih tinggi dari perkiraan. Pada akhir pekan lalu rupiah sempat bangkit.
Pada Senin (9/10/2023), Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta melemah 0,20 persen atau 32 poin menjadi 15.645 per dolar AS dari sebelumnya 15.613 per dolar AS.
Baca Juga
Pengamat pasar uang Ariston Tjendra menjelaskan, rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) karena data tenaga kerja AS non farm payrolls (NFP) pada September 2023 lebih tinggi dibandingkan perkiraan.
Advertisement
"Data tenaga kerja AS NFP yang menunjukkan jumlah orang yang dipekerjakan di luar sektor pertanian dan pemerintahan untuk bulan September, naik jauh lebih tinggi dibandingkan perkiraan, 336 ribu versus 171 ribu," ujar dia ketika dihubungi di Jakarta, Senin.
Hasil ini dinilai mengindikasikan kondisi ketenagakerjaan AS masih solid dan mendukung kebijakan suku bunga tinggi AS untuk mengendalikan atau menurunkan inflasi AS ke target 2 persen.
Kepala Ekonom JPMorgan Chase AS Michael Feroli pada Jumat (6/10/2023) mengatakan laporan pekerjaan yang lebih tinggi dari perkiraan tidak akan mengubah keputusan Federal Reserve untuk menghentikan kenaikan suku bunga pada November 2023.
Namun, data peningkatan inflasi yang mengejutkan dapat menjadi faktor yang mendorong bank sentral untuk menaikkan suku bunga.
Menurut CME FedWatch Tool, pasar memperkirakan peluang sekitar 68 persen bahwa The Fed akan menghentikan kenaikan suku bunga pada November 2023. Untuk Desember 2023, perkiraan 58 persen The Fed bakal melakukan jeda kenaikan suku bunga lagi.
Penguatan dolar AS juga ditopang oleh sentimen hindari risiko karena perlawanan Hamas dari Palestina terhadap Israel. Menurut dia, pasar mungkin mengantisipasi kemungkinan perang ini meluas.
"Potensi pelemahan (rupiah) ke arah 15.650 per dolar AS, dengan potensi support di sekitar 15.580 per dolar AS," ungkap Ariston.
Rupiah Berhasil Bangkit Lawan Dolar AS
Pada perdagangan Jumat kemarin, indeks dolar Amerika Serikat (USD) lanjut menguat.
“Dolar AS diperdagangkan lebih tinggi pada hari Jumat, menuju minggu positif lainnya, menjelang rilis data nonfarm payrolls bulanan AS yang dapat memengaruhi pemikiran Federal Reserve,” kata Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam keterangan tertulis pada Jumat (6/10/2023).
Laporan ketenagakerjaan bulan September akan dirilis pada sesi ini, dan diperkirakan menunjukkan bahwa 170.000 pekerjaan diciptakan pada bulan tersebut, turun sedikit dari bulan sebelumnya.
Tingkat pengangguran di AS juga akan diumumkan pada saat yang sama, dan diperkirakan akan turun dari 3,8 persen pada Agustus 2023 menjadi 3,7 persen.
“Minggu ini merupakan minggu yang beragam untuk data pasar tenaga kerja, dimulai dengan lowongan pekerjaan yang lebih tinggi dari perkiraan pada akhir Agustus, kemudian angka gaji swasta dari ADP lebih rendah dari perkiraan,” papar Ibrahim.
Advertisement
Klaim pengangguran
Sementara itu, klaim pengangguran pada hari Kamis meningkat dari minggu sebelumnya tetapi sedikit di bawah ekspektasi.
“Meskipun demikian, data secara umum cukup tangguh, memperkuat retorika The Fed mengenai suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama, sehingga menyebabkan imbal hasil Treasury AS melonjak dan dengan demikian mendukung dolar,” imbuhnya.
Adapun euro yang terbantu oleh berita bahwa pesanan industri Jerman naik 3,9 persen, melebihi perkiraan pada bulan Agustus. Ini menandai peningkatan yang signifikan dari revisi penurunan bulan Juli sebesar 11,3 persen.