Liputan6.com, Jakarta Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di Jakarta, Kamis akhir April lalu, yang memilih Febriany Eddy sebagai Presiden Direktur PT Vale Indonesia Tbk seolah mendobrak pakem yang ada. Hal tersebut termasuk pencapaian yang langka, karena di Indonesia perempuan yang menjabat level manajemen senior atau C-Suite pada industri pertambangan masih sangat terbatas.
Data S&P Global Commodity Insight 2023 menunjukkan bahwa dalam industri tambang, isu kesetaraan gender masih sulit diwujudkan. Perempuan hanya mengisi 12,1 persen posisi eksekutif di antara 2.000 tambang yang ada secara global hingga April 2023, hanya naik 1,6 persen dari Oktober 2021. Dan Febriany berhasil mengisi ceruk yang sangat kecil itu.
Baca Juga
Perempuan kelahiran Palembang, Sumatera Selatan pada 44 tahun lalu ini diketahui sudah bekerja selama 15 tahun di perusahaan tambang nikel multinasional tersebut. Febri merupakan lulusan Sarjana Ekonomi Universitas Indonesia. Ia juga merupakan pemegang titel MBA dari UCLA Anderson School of Management dan National University of Singapore.
Advertisement
Awal karier Febri dimulai saat bekerja di industri finansial. Febri pernah bekerja untuk Pricewaterhouse Coopers di Jakarta selama 5,5 tahun serta di Amsterdam, Belanda selama 1,5 tahun. Febri juga pernah menjabat sebagai Manajer Pengawasan Pembiayaan Proyek dan Evaluasi Keuangan Vale Indonesia selama 3 tahun.
Selain itu, Febri juga pernah bertugas di kantor regional Vale Base Metals Asia Pasifik dan Afrika yang berbasis di Brisbane, Australia selama 2,5 tahun. Selama bekerja di sana, Febri bertanggung jawab atas operasional Vale Base Metals di Indonesia, Jepang, China, Taiwan, dan Afrika.
Sebelum menduduki posisi CEO, Febri menjabat sebagai CFO Vale Indonesia pada periode 2018-2019 dan menjadi Deputi CEO selama 2 tahun sebelum akhirnya naik jabatan menjadi Presiden Direktur.
Dengan kiprahnya di industri finansial dan pertambangan, Febri meraih beberapa penghargaan, di antaranya masuk dalam jajaran Top 25 Most Influential Women in Treasury in Asia Pacific 2015, terpilih sebagai Asia’s Top Sustainability Superwomen pada 2019 dan berhasil masuk dalam daftar Forbes Asia's Power Businesswomen 2022 bersama 19 orang lainnya.
Selain itu, Ibu dari Kyra dan Evan ini merupakan sosok yang juga aktif menyuarakan kesetaraan, keberagaman, inklusi dan keberlanjutan melalui berbagai forum, seperti Women in Mining & Energy (WIME) dan Indonesia Business Council for Women Empowerment (IBCWE). Kecintaannya terhadap alam membuat Febri menekuni hobi menyelam dan menjadikan keberlanjutan sebagai misi pribadi.
Berikut petikan wawancara Febri dengan Sheila Octarina dalam program Bincang Liputan6.
Â
Mempraktikkan Pertambangan yang Berkelanjutan
Sebagai seorang perempuan tentu tak mudah bagi Ibu mencapai posisi yang sekarang. Bagaimana prosesnya hingga Ibu bisa memimpin PT Vale Indonesia?
Saya sebenarnya sudah bekerja di PT Vale selama 15 tahun, membina karier dari bawah sampai menjadi posisi presdir. Awalnya saya punya background finance, tapi saya percaya bahwa penting sekali dalam karier itu kita selalu mengutamakan ilmu, mencari ilmu dan selalu mencari pengalaman yang berbeda-beda.
Jadi walaupun di finance pada saat itu, saya minta diberi penugasan-penugasan lain. Itu memberi saya akses yang banyak terhadap operasi produksi perusahaan dan juga mengetahui lebih dalam mengenai operasi produksi perusahaan.
Dan kemudian saya sempat juga ditugaskan ke Australia oleh Vale, pada saat itu memegang posisi di regional, saya mengkover operasi produksi untuk Asia Pasifik dan Afrika. Jadi sering sekalilah terbang sana-sini.
Dan saya juga bersyukur bahwa Vale menyekolahkan saya yang akhirnya saya dapat MBA. Dalam waktu dua tahun setengah saya dikembalikan ke Indonesia dan diangkat sebagai Direktur Keuangan, kemudian Deputi CEO dan sekarang CEO. Jadi suatu perjalanan yang lumayan panjang namun saya bersyukur di PT Vale ini saya diberi kepercayaan.
Sejumlah penghargaan juga Ibu dapatkan saat berkarier di pertambangan, bagaimana ceritanya, Bu?
Penghargaan pertama yang saya dapat di level regional Asia Pasifik, yaitu di bidang Treasury Most Influential, Top 25 Most Influential Women in Treasury untuk Asia Pasifik. Kedua adalah di bidang sustainability. Jadi Sustainability Super Women.
Mungkin saya cerita sedikit waktu saya dapat award pertama itu di Singapura, malamnya itu ketika dinner ada kata-kata dari yang saya dapat yang menginspirasi. Jadi waktu itu salah satu audiens menyampaikan selamat, namun pertanyaan Beliau ke saya adalah, sekarang setelah dapat award, what are you going to do to help other women to be as succesful as you are if not more.
Jadi itu pertanyaan yang sebenarnya sangat inspiratif bagi saya, karena saya berpikir bahwa selama perjalanan karier saya pada saat itu, saya banyak fokus kepada diri saya sendiri. Jadi setelah mendapat pertanyaan itu, saya jadi berpikir, saya punya peran, sebenarnya semakin tinggi dan banyak pengakuan yang kita dapat, maka semakin besar dan tinggi juga tanggung jawab kita.
Jadi bagaimana saya membantu lebih banyak lagi perempuan untuk bisa tumbuh berkarier menjadi kalau bisa sama atau lebih baik daripada saya. Jadi itu sesuatu yang bagi saya tanggung jawab ketika kita mendapatkan award ya atau pengakuan.
Dan yang kedua mengenai sustainability, ini juga levelnya regional. Saya memang sangat passionate, personally, personal value saya, nilai pribadi saya itu sejalan dengan nilai perusahaan. Jadi selama 15 tahun di Vale, saya merasa bahwa lewat pekerjaan saya ini saya bisa mengaktualisasi diri saya.
Saya bisa merealisasikan nilai-nilai pribadi saya juga. Bagi saya, sustainability itu sangat-sangat penting, terutama bagi sektor pertambangan. Di dunia pertambangan, keseharian kita berinteraksi langsung dengan lingkungan hidup. Jadi walaupun kita di pertambangan, kita harus punya kepedulian tinggi terhadap lingkungan hidup.
Lantas, apa makna sustainability bagi PT Vale?
Di PT Vale saya selalu mengingatkan bahwa sustainability itu bukanlah suatu inisiatif atau program, tetapi sangatlah penting bahwa sustainability itu menjadi bagian dari jati diri kita dan apa yang kita lakukan.
Karena kalau nilai-nilai sustainability itu benar-benar sudah mengakar menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari diri kita, maka di dalam setiap tindakan, keputusan yang kita ambil, kita akan selalu mempertimbangkan aspek sustainability.
Nah, mungkin di PT Vale konkretnya saya ambil dari tiga aspek ya, lingkungan, sosial, dan tata kelola. Dari sisi lingkungan, kami mempraktikkan pertambangan berkelanjutan ini dengan pertama kali adalah memastikan perencanaan pertambangan yang terintegrasi.
Terintegrasi artinya begini, ketika kita merencanakan membuka tambang, pada saat bersamaan kita juga merencanakan penutupan tambang. Seringkali kalau kita lihat penutupan tambang itu justru dilakukan setelah selesai tambang.
Nah, kalau menurut kami yang paling baik adalah bersamaan, jadi ketika kita merencanakan membuka pada saat yang bersamaan merencanakan menutup. Dengan perencanaan terintegrasi ini, hasilnya akan jauh lebih optimum dan lebih efisien.
Kedua, kita itu kalau ada nikel laterit ini kan berbukit-bukit ya, nah satu bukit ini bukan kita tambang selesai semua baru kemudian reklamasi dilakukan. Kami melakukan progresif reclamation yang artinya apa? Bukit ini kita pecah menjadi kompartemen-kompartemen kecil. Ketika kita menambang, kami hanya membuka kompartemen yang butuh dibuka saat itu. Jadi tidak semua dibuka ya, jadi dibuka saat itu, selesai menambang kita pindah kompartemen lain, kita melakukan reklamasi langsung.
Advertisement
Praktik Pertambangan Berkelanjutan dan Danau Matano
Jadi program pembukaan serta penutupan tambang yang terintegrasi itu sudah dilakukan PT Vale?
Jadi kalau sempat ke Sorowako, sebenarnya aktivitas tambang dan reklamasi itu berjalan bersamaan. Nah, yang seringkali dalam bayangan orang adalah reklamasi dilakukan nanti, nanti, nanti dan nanti. Terus kemudian direncanakannya nanti gitu ya, ujung-ujungnya lama-lama mungkin tidak dilaksanakan dengan optimum.
Jadi sangat penting dari awal sudah direncanakan dan pelaksanaannya pun berbarengan dengan mining. Dengan demikian kita bisa meminimalisir bukaan lahan. Nah, ada beberapa isu lingkungan yang harus menjadi catatan dan perhatian di pertambangan, khususnya laterit nikel.
Pertama saya beri contoh adalah pengelolaan air limpasan tambang. Air limpasan tambang ini adalah tantangan terbesar dari pengelolaan laterit nikel dalam pertambangan. Nah, di PT Vale ini kami sebelum memulai pertambangan harus me-mapping semua topografi dari tambang kami dan membangun parit-parit, sehingga semua air yang hasil dari limpasan tambang ini kemudian dapat dialirkan ke dalam sediment pond, kolam-kolam pengendapan.
Dan di Sorowako saat ini kita punya lebih dari 120 kolam pengendapan di mana air semua ditampung, dikelola kemudian di-manage, setelah sesuai dengan baku mutu baru kemudian dikeluarkan ke badan air. Nah, di Sorowako itu kalau visitors atau pengunjung datang pasti kami bawa ke Danau Matano.
Ada apa dengan Danau Matano?
Karena Danau Matano ini menceritakan banyak sekali praktik pertambangan berkelanjutan kita. Karena semua aliran air limpasan tambang kita akan berakhir dan berujung di Danau Matano. Dan Danau Matano ini adalah salah satu danau yang paling jernih di Indonesia dan saya yakin mungkin di regional Asia Pasifik juga. Dan Air Matano ini bisa diminum dan juga merupakan sumber air minum bagi masyarakat.
Jadi kita merasa bahwa ini tanggung jawab yang sangat luar biasa karena ini mempengaruhi hajat hidup banyak orang dan kita bisa membuktikan bahwa tambang kita dan Danau Matano itu sebenarnya sangat dekat, bersebelahan. Dan 55 tahun keberadaan kami, kualitas air Danau Matano sampai saat ini masih terjaga. Itu satu bukti nyata dan ini butuh konsistensi dan komitmen yang luar biasa untuk bisa menjaga ini.
Kedua adalah kalau saya lihat isu-isu global di pertambangan itu kan deforestrasi. Tadi saya jelaskan sedikit mengenai bagaimana kita merencanakan pertambangan dan reklamasi. Di situ juga kita bisa meminimalisir bukaan lahan. Kami juga melakukan reforestasi diluar konsesi, jadi kita melihat bahwa peran kita bukan hanya di dalam tapi juga diluar konsesi.
Kalau kita lihat total penanaman pohon sampai saat ini ya baik di area reklamasi maupun diluar konsesi sudah mencapai 16 juta pohon yang kami tanam dan dari luasan area sudah mencapai 300 persen dari yang kita buka selama di lima dekade. Itu dari sisi deforestasi.
Kedua yang saya ingin highlight adalah mengenai keragaman hayati. Di Sulawesi ini, terutama di area kami beroperasi ada di garis Wallacea, yang mana menunjukkan area di Indonesia yang paling kaya akan keragaman hayati.
Di PT Vale perencanaan penambangan kami di awal itu termasuk juga mengenai aktivitas pra-konservasi di mana kita menginventarisasi semua keragaman hayati yang ada untuk dengan tujuan ketika kita mereklamasi, kita bisa mengukur tingkat pengembalian dan kemudian melakukan konservasi-konservasi terhadap endemik-endemik lokal dan juga yang dilindungi, sehingga dengan demikian bisa mendukung program keberagaman hayati kita.
Kita juga didukung oleh persemaian di Sorowako yang terakhir diresmikan oleh Bapak Presiden sendiri di akhir Maret tahun ini, di mana persemaian ini sudah kita upgrade menjadi Taman Keragaman Hayati di mana di dalamnya juga ada program-program konservasi kita.
Dan kemarin di ulang tahun kami yang 54 tahun di akhir Juli kita membuka taman ini untuk publik dan umum dengan harapan kita bisa mengedukasi juga masyarakat-masyarakat sekitar kita pentingnya konservasi keragaman hayati.
Dari sisi sosial, saya mungkin akan touch beberapa poin. Isu yang sering digaungkan adalah mengenai optimalisasi penggunaan tenaga kerja lokal. Ya alhamdulillah di PT Vale saat ini bisa dilihat dari statistik kita, 99,9% memang dijalankan oleh Indonesia, putra dan putri terbaik Indonesia. Kita juga 80% kelahiran Sulawesi dan penduduk Luwu Timur sekitar 87% yang mana adalah kabupaten di mana kami beroperasi saat ini.
Kemudian kita juga kalau dari sisi kelahiran Luwu Timur sudah mencapai 47 persen. Memang PR saya sekarang adalah bagaimana membangun talenta-talenta lokal ini supaya mereka bisa naik dalam jenjang kepemimpinan di perusahaan dan suatu hari bisa duduk di posisi saya.
Apa perubahan yang signifikan di PT Vale setelah Ibu menjadi CEO?
Kalau kita lihat tentunya 55 tahun ada perkembangan yang pesat ya, bisnis operasi kita juga dari satu lini menjadi tiga lini, PLTA yang kami bangun dan operasikan untuk menopang proses peleburan kita dari satu juga sudah berkembang menjadi tiga. Namun mungkin saya akan highlight bahwa mulai tahun lalu kami memasuki babak baru di mana kami punya tiga program investasi besar di tiga provinsi.
Jadi dari total program investasi ini mencapai Rp 130 triliun dan di tiga provinsi dan tiga proyek ini bisa membutuhkan sekitar 30 ribu tenaga kerja. Harapan kami sebagian besar dari Sulawesi tentunya dan pastinya Indonesia.
Harapan kami tentu dengan keberadaan program investasi ini bisa membawa economic growth ya di region, perbaikan taraf hidup dan juga infrastuktur dan multiplier effect yang besar.
Sebuah Apresiasi Bernama Kebun Raya Kolaka
Masih adakah tantangan besar yang saat ini dihadapi PT Vale?
Ya pasti ada ya, bahkan setelah 55 tahun pun masih ada tantangan-tantangan kita hadapi. Misalnya tantangan kita itu adalah dari masyarakat sekitar, karena pasti ekspektasi dari kelompok-kelompok masyarakat ini kan bervariasi.
Nah, tentu tantangan kita adalah bagaimana mengedepankan dialog ya, bahwa dengan begitu banyak ekspektasi, bagaimana kita bisa mencari solusi sehingga bisa dipahami kenapa kita memprioritaskan hal-hal tertentu dibanding yang lain.
Misalnya mengenai tenaga kerja lokal. Di PT Vale kan di Sorowako sudah ada track record yang cukup baik, di mana tadi sudah disampaikan 90 persen Indonesia, 80 persen kelahiran Sulawesi. Nah kami belajar dari sejarah yang sudah kami ciptakan di Sorowako ini bagaimana bisa kita bawa ke project pengembangan tadi yang tiga.
Ambil contoh kan kita sudah tahu bahwa puncaknya nanti kita akan butuh 30 ribu tenaga kerja. Nah, sekarang kita memang baru memulai ya konstruksi aktivitas itu kan tidak langsung tiba-tiba dibutuhkan 30 ribu. Jadi yang sekarang kami lakukan di area-area pengembangan baru ini adalah BLK-BLK.
Jadi kita bekerja sama dengan pemerintah daerah dan juga tokoh masyarakat kemudian melakukan pelatihan-pelatihan, menyiapkan tenaga kerja-tenaga kerja ini. Sehingga ketika jumlah yang kita butuhkan itu kita sudah memulai rekrutmen yang masif, kita bisa kemudian ada tenaga kerja-tenaga kerja lokal yang sudah siap.
Karena classic story-nya selalu adalah nggak siap gitu kan, orang ada tapi tidak siap, maka kita harus siapkan dari awal. Nah ini bukan pekerjaan mudah dan ini perlu kolaborasi yang erat dengan pemerintah daerah. Jadi kami juga bersyukur di tiga kabupaten di mana kami beroperasi dukungan dari pemerintah daerah cukup tinggi.
Bisa dikasih contoh bentuk dukungan itu?
Jadi dalam program BLK itu pemerintah daerah bahkan secara proaktif ada yang menyediakan lokasi, kemudian gedung, kita membuat alat dan kemudian membawa gurunya ya, itu contoh dan banyak contoh lain lagi. Nah, saya minggu lalu ini baru balik dari Pomalaa ya di Sulawesi Tenggara, kita juga baru meresmikan pembangunan persemaian di Sulawesi Tenggara.
Nah, walaupun kami masih konstruksi tambang, belum masuk ke operasi produksi, kita sudah membangun persemaian. Tujuan kami adalah ingin menceritakan dan menyampaikan pesan bahwa reklamasi itu sebenarnya dengan tambang harus berjalan bersamaan, bukan di akhir. Jadi ketika kita konsumsi tambang, ya kita juga sama mengkonstruksi persemaian ini.
Di sini ada contoh baik ya, karena awalnya lokasi persemaian itu kita pilih di tempat lain. Kemudian setelah diskusi dengan pemerintah daerah, pemkab kemudian menyampaikan kenapa tidak dibangun di Kebun Raya Kolaka. Ini saya cukup apresiasi ya karena pemerintah kemudian menawarkan kebun raya jadi nggak usah beli lagi lahannya. Ini suatu sinergi yang sangat baik.
Saya rasa ini satu contoh kolaborasi yang baik dan sangat penting. Kalau isu lingkungan ya kita cukup masif ya sekarang. Maka dari itu saya juga merasa bahwa dari kami PT Vale selalu mengedepankan praktik berkelanjutan. Kita juga merasa bahwa kita juga harus lebih sering mungkin berbicara di kancah yang lebih umum untuk menceritakan apa yang kami lakukan.
Bukan berarti kami merasa sempurna, tidak. Tapi kami tahu bahwa dengan kita banyak berdialog dan berdiskusi, pasti akan ada masukan, ada saling tukar pikiran dan belajar sehingga kita sama-sama membangun perindustrian dan pertambangan nikel di Tanah Air yang lebih baik.
Lantas, bagaimana respons penduduk lokal terkait persemaian yang baru dibuka itu?
Sangat positif ya, saya cukup terharu juga, jadi sangat positif. Kemarin saya sempat juga bertemu dengan tokoh adat, tentunya pemerintah daerah juga. Ya mereka apresiasi bahwa, terutama dari pemerintah menyampaikan dalam speech-nya bahwa selama ini mereka tahunya persemaian itu reklamasi di akhir tambang, ditutup tambang. Tapi Vale datang dengan warna berbeda, bahwa reklamasi harusnya dilakukan berdampingan, itu suatu pengetahuan barulah.
Kemudian kedua, apresiasi dari pemerintah daerah itu karena kapasitas persemaian kita buat satu juta bibit, padahal yang dibutuhkan mungkin hanya setengahnya. Nah setengahnya ini ya silakan penambang-penambang lain yang ada disekitar area kalau perlu bibit ambil bibitnya dari persemaian ini.
Dengan demikian kan kita juga bantu ya, kami melihat bahwa peran kami juga tidak hanya di PT Vale, tapi bagaimana kita bersinergi dengan pemerintah dan juga membangun imej yang lebih positif mengenai industri nikel ini.
Advertisement
Ancaman Iklim dan Menopang Industri Mobil Listrik
Pada Maret 2020 pandemi Covid-19 mulai menyerang Indonesia, bagaimana PT Vale ketika itu menghadapinya?
Saya rasa nobody is prepared for Covid ya. Saya juga waktu itu awal-awal pasti stres karena kita belum pernah menghadapi. Tapi satu hal yang kita bisa syukuri dan cermati, kalau di perusahaan tambang terutama di PT Vale ya karena kita kan sangat mengedepankan keselamatan.
Bagi saya sangat penting perusahaan maupun pemimpin untuk sangat peduli, peduli mengenai keselamatan dari pekerjanya dan komunitas di mana kami beroperasi. Apa poinnya kalau kita bicara mengenai karier, gaji, promosi, kalau pada akhirnya kita tidak peduli dengan keselamatan dari pekerja kita.
Jadi keselamatan itu hal yang sangat fundamental. Dan itu dibangun mengakar di PT Vale dan kita juga ada yang sisebut EMT atau Emergency Management Team untuk merespons terhadap kondisi-kondisi yang luar biasa atau mendadak. Jadi Covid ini masuk ke dalam kategori itu, kita sudah ada sistem EMT, jadi bisa activate bagaimana kita menanggapi.
Saya ingat waktu itu ya, pertama tentu harus ada business continuity plan, langsung dibuat perencanaan-perencanaannya. Kemudian kita juga meminimalisir ya pegawai yang bekerja di satu tempat, satu titik untuk meminimalisir potensi penyebaran, kalau ada gitu.
Nah di situ kita bisa lihat banyak hal positif. Menurut saya banyak hal yang juga positif perlu di-highlight. Covid ini membawa tantangan luar biasa, tapi tantangan yang tidak bisa diselesaikan oleh perusahaan sendiri. Jadi kita harus bersama-sama dengan masyarakat dan pemerintah, karena ini kan pandemik gitu ya.
Bagaimana bentuk kebersamaan PT Vale dan pemerintah daerah saat pandemi?
Saya justru merasa dalam periode Covid dua tahun itu membawa kebersamaan yang luar biasa, kami dengan tokoh masyarakat dan pemerintah bagaimana kita cari solusi. Nah ini benar-benar mempererat hubungan kita dengan pemerintah daerah. Waktu itu saya ingat betul diskusi soal Rumah Sakit Sorowako yang kita gunakan mostly untuk karyawan kita.
Memang ada sekitar 20 persen kapasitas digunakan untuk masyarakat umum. Namun kalau prinsip kita life matters most ketika ada masyarakat yang dalam kondisi terancam keselamatannya karena Covid tidak mungkin kita tolak, jadi harus diterima.
Saya ingat waktu itu dalam waktu dua minggu, barak eksplorasi kita ubah total menjadi isolation room. Dalam waktu dua minggu itu ratusan, jadi kalau diperlukan ya pemerintah bisa pindah ke situ.
Kemudian pesawat carter kita yang biasa untuk angkut karyawan juga ada simulasi kalau diperlukan untuk evakuasi seandainya tidak mampu ditangani di Sorowako, termasuk masyarakat, bisa kita evakuasi ke tempat-tempat di mana mereka bisa tangani dengan lebih baik.
Saya rasa ini contoh komitmen dari sustainability juga kan. Dan tadi saya selalu mengutamakan kolaborasi dengan pemerintah dan masyarakat, karena sustainability pembangunan berkelanjutan tidak bisa tercapai hanya satu elemen. Jadi harus pemerintah, perusahaan dan masyarakat bersama baru bisa sustainable.
Kemudian soal industri kendaraan listrik yang sangat tergantung pada pasokan nikel untuk bahan baku baterainya, apakah PT Vale ikut andil dalam proses ini?
Tentu, justru saya pikir aspirasi kedepannya adalah bagaimana kita berpartner dengan pemerintah, merealisasikan aspirasi pemerintah ini lewat peran kita di PT Vale. Tadi saya sebut ada tiga proyek investasi kita kan Rp 130 triliun. Sebagian besar dari project ini adalah menghasilkan produk untuk bahan baku baterai nanti untuk mendukung menopang industri mobil listrik.
Kalau dilihat di Pomalaa misalnya, partner kita kan Ford ya, Ford Motor itu kan perusahan mobil. Sekarang Ford Motor di downstream dia sudah masuk ke upstream juga. Kita juga dari upstream turun ke downstream, jadi hilirisasi bersamaan berpartner berkolaborasi untuk menciptakan ekosistem ini.
Memang perjalanannya panjang, banyak sekali elemen dan pekerjaan berat yang harus kita lalui. Mobil listrik ini kan industri yang ada untuk menyelesaikan masalah climate, iklim, emisi karbon yang tinggi, panas bumi, maka dari itu kita harus mendekarbonisasi sektor transpotasi.
Apalagi sekarang suhu yang terus meningkat sudah sangat terasa?
Nah apalagi sekarang ya sudah sudah merasakan langsung dampak-dampaknya, saya rasa sudah klirlah itu isu-isu iklim, masalah iklim dunia ini sudah tidak perlu didebatkan lagi. Dan saya merasa bahwa kita semua punya peran ya untuk membantu menyelesaikan masalah iklim.
Kami lihat bahwa nikel ini adalah solusi terhadap masalah iklim dunia, karena nantinya produk ini untuk mendekarbonisasi planet kita lewat sektor transportasi, sehingga proses pertambangan dan pemrosesan dari nikel ini tentu harus rendah karbon.
Makanya di PT Vale selalu rendah karbon, rendah karbon, rendah karbon. Karena kalau tidak, kita hanya memindahkan masalah karbon dari downstream ke upstream. Poinnya apa? Kalau nanti kita menghasilkan produk yang mana dipakai untuk me-reduce karbon, sedangkan proses produksinya, penambangannya itu malah tinggi karbon.
Mendorong Partisipasi Perempuan di Industri Tambang
Data S&P Global Commodity Insight 2023 menunjukkan di industri tambang isu kesetaraan gender masih ada dan mayoritas diisi laki-laki, bagaimana menurut Ibu?
Betul ya. Sampai sekarang kalau saya lihat statistik industri tambang dan di PT Vale sendiri juga kita masih jauhlah dalam hal kesetaraan gender. Namun saya pikir ada proses yang harus kita lalui. Ini bukan sesuatu yang bisa dicapai dalam waktu yang singkat ya, karena kan saya mungkin cerita secara overall pendekatan di PT Vale.
Kami sudah menggaungkan keberagaman inklusi sejak 2019. Tapi memang di target awal kita adalah bagaimana meningkatkan proporsi perempuan. Jadi keberagaman inklusi itu bukan hanya bicara partisipasi perempuan, tapi juga ada misalnya people with disabilities, local talent dan banyak aspek diversity.
Namun, target pertama kami memang meningkatkan partisipasi gender ya, perempuan. Nah, alhamdulillah setelah beberapa tahun proses kami berlangsung dulu itu selalu dikisaran 7-8 persen. Tahun ini harapan saya kayanya forecast-nya tercapai, kita dua digit bisa mencapai 10 persen. Nah ini perjalanan yang cukup panjang dan target kami adalah 2026 nanti bisa mencapai 16 persen total fokus kita.
Jadi awalnya 8-7 persen, dobel yah 16 persen di tahun 2026 dan juga di proporsi kepemimpinan juga penting, pimpinan kami berharap 2026 itu bisa 20 persennya perempuan. Nah, untuk mencapai ini effort-nya memang banyak dan itu nggak bisa program lepasan, jadi itu mesti perencanaan terintegrasi lagi.
Apa yang harus dilakukan untuk mewujudkan itu?
Jadi pertama adalah kita harus memastikan lingkungan kerja ini memang welcome terhadap keberagaman inklusi dan juga menghargai perbedaan. Jadi banyak sekali campaign, sudah ribuan karyawan kita training, termasuk sekarang mau masuk ke kontraktor-kontraktor kita bahwa kita nggak mentolerir yang namanya harassment atau diskriminasi.
Itu penting sekali, kalau lingkungan kerjanya tidak sehat, tidak mendukung, percuma bergabung ke perusahaan tapi nanti pasti keluar lagi. Jadi pertama adalah no tolerance to harassment and discrimination.
Kedua adalah kita juga mapping survey apa sih kendala-kendala yang dihadapi oleh pekerja perempuan. Misalnya hal-hal basic, dua tahun pertama itu banyak di hal basic, fasilitas misalnya toilet perempuan. Kita kalau di kantor gampang ya pasti ada toilet perempuan, tapi bayangkan kalau di area eksplorasi, area tambang itu kan menyebar di area yang remote, apakah benar ada fasilitas yang baik untuk perempuan? Kemudian menyusui, kan ada challenge-challenge yang dihadapi.
Jadi memang harus ada survei, dialog dan diskusi apa kira-kira solusi yang bisa menyelesaikan masalah mereka. Kemudian kita masuk beyond infrastructure, kita lihat juga sistem promosi kita dan penilaian banyak sekali bias. Jadi training kita sekarang juga banyak menargetkan pada unconscious bias. Edukasi bahwa di kehidupan kita ini banyak sekali unconscious bias.
Jadi kita harus mawas akan unconscious bias itu dan kemudian memastikan sistem kita mengurangilah bias-bias itu sehingga kesempatan yang sama diberikan kepada perempuan maupun laki-laki. Nah itu di dalam internal perusahaan. Di dalam internal perusahaan saya rasa paling-paling penting adalah tone from the top, komitmen dari atas. Kalau komitmen dari atas tidak ada percuma apa pun effort-nya.
Di kita Dewan Komisaris dan Dewan Direksi sudah komit dengan charter kita dan kemudian juga ada beberapa behavior yang kita anggap harus menjadi role model. Jadi expect dari semua leaders itu memberi contoh.
Nah, di luar perusahaan ini aktivitas yang berat karena saya beri contoh dua tahun yang lalu ya, kalau kita ada vacancy gitu jumlah yang apply ya perempuan itu hanya 11 persen. Jadi mau dimasukkan semua pun itu kan nggak bisa, harus tetap ada proses filter karena competency based kan bukan berarti bahwa kalau perempuan pasti sudah masuk, tidak. Ada testing dan segala macam selection process yang sama dengan laki-laki.
Nah, ketika kita melihat data itu, kita menyadari bahwa industri kita ini masih belum atraktif bagi perempuan, ya kan? Jadi yang PT Vale lakukan adalah kami roadshow ya ke universitas-universitas untuk menceritakan, menunjukkan bahwa tambang ini sebenarnya sudah berubah, tidak seperti dulu ya, kalau dulu main fisik saja ya, harus kuat.
Teknologi sudah berkembang sangat pesat dan sekarang kalau dilihat planning-planning itu semua sangat bisa. Ruang-ruang kita ciptakan untuk perempuan bergabung. Jadi kita menceritakan bahwa industri tambang sudah berevolusi tidak seperti dulu lagi. Dan juga kita menceritakan apa effort-effort dan yang kita lakukan di PT Vale untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih positif bagi perempuan.
Dan kemudian, kendala perempuan untuk berkarier juga kadang-kadang adalah keluarga ya, nanti kalau dia sudah menikah, punya anak bagaimana? Nah, dari sisi perusahan sangat penting juga memberikan fleksibilitas karena kita perlu fleksibilitas. Kalau tidak ada fasilitas itu ya ujung-ujungnya akan berhenti bekerja atau tidak dapat dukungan dari keluarga lagi.
Sebelum di Indonesia, Ibu pernah bekerja di Belanda dan di Australia, apakah tantangan kesetaraan gender terjadi juga di sana?
Sama saja sih. Bahkan waktu saya dulu di Belanda, di seluruh tim saya satu lantai itu saya perempuan ketiga, hanya tiga perempuan, jadi hanya ada tiga perempuan, bayangkan begitu minoritasnya. Menurut saya sih sama saja, tapi memang yang cukup membantu di Belanda dan di Australia adalah kesadaran mengenai gender, kesetaraan gender, diversity inclusion itu sudah lebih masif.
Jadi dukungan dari society juga sudah lebih tinggi karena sudah ada kesadaran dulu, awareness, kemudian comes with understanding, pemahaman. Setelah ada pemahaman datanglah komitmen, dari komitmen datanglah action. Nah, paling tidak dari sisi awareness itu di sana sudah lumayan tinggi.
Kedua juga mungkin ini hal klasik yang dihadapi oleh banyak perempuan ya, social expectation. Kalau perempuan sudah menikah biasanya kalau curhatan dari ibu-ibu itu adalah suami berharap kita tinggal di rumah, jaga anak, kemudian kadang-kadang ya banyak sekali ya, mertua begitu-begitu ya. Kalau saya rasa di kultur budaya Asia masih sangat kental, tapi kalau di Belanda dan Australia itu mereka sudah lebih reseptif ya.
Seperti saya ambil contoh, kebetulan mertua saya orang Australia, sangat-sangat suportif, sangat suportif, bahkan selalu menyampaikan bahwa kamu nggak boleh menyerah, harus terus maju. Saya sampai bingung juga, kadang-kadang kita capek, kita sudah mau napas sedikit, nggak, nggak boleh, harus terus maju.
Jadi saya melihat perbedaan yang yang cukup signifikan. Walaupun menurut saya pemahaman dan konteks sosial di Indonesia sudah mulai berubah ya, mengarah jauh lebih majulah dibanding dulu, namun tetap relatif terhadap di negara yang saya pernah tinggal itu ya memang masih gapnya lumayan.
Tapi saya lihat ada banyak sekali kesempatan dan harapan. Saya rasa Bapak Presiden, pemerintah juga sangat giat sekarang ya meningkatkan partisipasi gender ini dan saya rasa ada gayung bersambutnya. Kalau dari pemerintah, perusahaan pasti akan majunya lebih cepat ya.
Â
Advertisement
Dukungan Luar Biasa Sang Suami
Sebagai Presdir PT Vale Indonesia, bisa dibayangkan tingginya aktivitas Ibu. Bagaimana frekuensi Ibu mengunjungi lokasi pertambangan PT Vale, misalnya dalam rentang waktu sebulan?
Nggak tentu. Kadang-kadang tergantung kebutuhan, minggu lalu saya tiga kali dan tiga provinsi, Sulteng, Sultra, Sulsel didatangin. Tapi kadang-kadang ya cuma sekali satu visit satu bulan. Jadi memang schedule-nya tidak menentu. Makanya bagi saya fleksibelitas penting sekali dan alhamdulillah di Vale diberi ruang untuk itu.
Lantas, bagaimana caranya membagi waktu untuk keluarga, pekerjaan dan hobi?
Ya, saya rasa yang paling penting di pengalaman saya adalah dukungan keluarga. Dukungan suami saya luar biasa, luar biasa. Bahkan ketika saya merasa tidak confident, tidak percaya diri, suami saya yang selalu mengingatkan, now you actually can do it, kamu bisa, kamu bisa, dan kamu bisa.
Kemudian ya, dulu suami saya juga bekerja dan Beliau akhirnya memutuskan berhenti ketika saya sudah jadi CEO. Beliau paham bahwa schedule saya akan makin tidak menentu dan memutuskan untuk berhenti bekerja, supaya saya bisa tenang bekerja suami saya stay home untuk menjaga anak, membesarkan anak.
Ya tentu ada ekspektasi, ada komitmen tertentu yang kita sudah sepakati, yang saya harus pegang teguh, kalau tidak kan trust-nya hilang.
Kerja sama suami dan istri itu penting ya?
Iya. Dan saya bersyukur ya, saya sendiri juga belajar banyak dari suami saya yang mengajarkan. Waktu itu kan anak pertama lahir, saya juga bingung ya seperti perempuan kan kita baru punya anak, kita nggak tahu banyak hal. Tapi suami saya selalu mengingatkan bahwa keluarga itu kan satu unit, saya dan dia suami dan istri satu unit gitu. Sedangkan anak kan tanggung jawab bersama.
Kemudian dia melihat karier saya lebih maju, jadi dia mempersilakan dan mendukung karier saya, daripada mengorbankan karier saya kita sama-sama susah nanti kan. Jadi bagaimana dia mendukung saya lebih maju di pekerjaan dan dia juga berperan lebih aktif di keluarga.
Namun kalau saya misalnya bablas ya, misalnya ya Beliau selalu mengingatkan, ini sudah saatnya nih, momen ini nggak boleh, harus untuk keluarga. Ya adalah hal-hal di situ. Jadi saya rasa sangat, sangat penting dukungan dari keluarga, ya support dari keluarga itu sangat kunci untuk bisa maju.
Boleh berbagi tips untuk kaum perempuan agar bisa menghadapi tantangan dunia kerja seperti yang Ibu lakukan selama ini?
Saya juga ingin gunakan kesempatan ini untuk mengajak lebih banyak perempuan untuk mau bergabung ke industri tambang. Industri tambang sudah berubah saat ini, lebih welcome dan apalagi di PT Vale saya bisa jamin komitmen kita untuk menarik lebih banyak talenta perempuan. Nah, tantangan yang dihadapi selama saya berkarier dan mungkin beberapa hal yang bisa saya sharing adalah sangat penting kita untuk selalu mencari ilmu.
Jadi di awal karier itu saya selalu ingin belajar terus mencoba sesuatu yang baru. Nah, ketika kita mencoba sesuatu yang baru, kita pasti keluar dari zona nyaman, pasti ada rasa khawatir dan segala macam, harus terbiasa dengan rasa tidak nyaman itu. Karena ada satu pepatah mengatakan if you feel uncomfortable you are growing, jadi kita berkembang. Kalau kita selalu nyaman terus di lingkup itu, kita tidak akan berkembang.
Nah, untuk bisa keluar dari zona nyaman perlu keberanian yang namanya courage. Jadi saya ingin meng-encourage semua untuk berani untuk mencoba tantangan baru. Adakah kemungkinan gagal? Pasti. Dan saya juga sering gagal dalam kehidupan. Tapi yang penting adalah dalam setiap kegagalan itu kita bisa belajar dan menjadi lebih kuat lagi.
Kedua adalah sangat penting punya positive thinking dan bersyukur. Kita sekarang bisa di posisi kita apa pun ya itu masih banyak yang di bawah kita. Jadi kalau kita lihat ke atas banyak yang kita komplain, kalau kita lihat yang ke bawah banyak yang kita syukuri. Dan saya merasa penting sekali untuk selalu mempraktikkan rasa bersyukur karena itu memberikan energi positif.
Misalnya, ada banyak perempuan mengeluhkan banyak laki-laki yang tidak mendukung perempuan, coba lihat di other side ada banyak sekali laki-laki yang juga ingin melihat wanita maju. Dalam perjalanan karier saya, semua mentor saya laki-laki. Jadi i can be who i'm today karena didukung oleh laki-laki.
Jadi saya rasa lihat positive side dari semua ya. Tadi kan Covid, kita lihat Covid sebagai tantangan, tapi kesempatan luar biasa untuk merajut, menjalin hubungan dengan pemerintah dan masyarakat. Jadi selalu positive thinking dan melihat ke ke arah yang lebih positif.
Dan terakhir mungkin adalah saya selalu percaya bahwa nasib ada di tangan sendiri. Jadi kalau ada sesuatu tidak sesuai harapan, saya tidak akan menyalahkan situasi atau orang lain. Tapi saya selalu berkaca apa yang saya bisa lakukan untuk memperbaiki atau meningkatkan kesempatan berhasil saya.
Karena dengan demikian kita selalu memperbaiki diri, mengkoreksi diri, maka kita akan lebih proaktif ya, punya ownership terhadap kehidupan kita dan karier kita. Tentu ada Tuhan di atas kita, namun dari sisi kehidupan kita saya rasa penting untuk selalu melihat apa yang saya bisa lakukan.
Karena kalau saya lihat di diskusi banyak curhat lah ya, selalu yang disalahkan perusahaan nggak begini, oh kolega saya begini, bos saya begini. Saya selalu tanya balik, menurut Anda apa yang Anda bisa lakukan berbeda sehingga hasilnya bisa berbeda? Sehingga next time kalau ada lagi kendala seperti itu kita proaktif melakukan perubahan, bukan menunggu orang lain untuk melakukan perubahan.
Â
Â