Sukses

Perang Hamas vs Israel Kejutkan Miliarder hingga CEO Perusahaan Modal Ventura

Sejumlah tokoh terkemuka di dunia bisnis termasuk miliarder Elon Musk dan Bill Ackman angkat bicara mengenai imbas perang Hamas vs Israel.

Liputan6.com, Jakarta - Serangan terhadap Israel akhir pekan lalu membawa gelombang kejutan ke seluruh dunia dan mendorong pemimpin dunia untuk mempertimbangkan konflik yang berkembang pesat ini.

Dikutip dari Yahoo Finance, Senin (9/10/2023), tokoh terkemuka dalam bisnis juga menyaksikan gejolak imbas perang Hamas dan Israel. Miliarder sekaligus hedge fund Bill Ackman mengkritik Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan pemerintahan sebelumnya karena kepemimpinan yang buruk.

Dalam unggahan di platform X sebelumnya bernama Twitter, Ackman menyesalkan AS “tidak melakukan apapun” dalam menanggapi invasi Rusia ke Krimea pada 2014, meninggalkan Afghanistan dengan penarikan yang ceroboh pada 2021. Terbaru mengeluarkan Ukraina dari anggaran untuk menjaga pemerintah tetap terbuka untuk sementara.

Ia menambahkan, mengapa Hamas menyerang Israel pada akhir pekan lalu karena AS tidak konsisten menepati komitmen kebijakan luar negerinya.

"Kita terlihat sangat lemah. Terorisme menyukai kekosongan kepemimpinan dan kita telah menciptakannya,” ujar dia.

Sementara itu, CEO Tesla Elon Musk yang hadapi tuduhan memperkuat suara antisemitic bersuara di X. “Menyesal melihat apa yang terjadi di Israel. Saya berharap akan ada perdamaian suatu hari nanti,” kata Elon Musk.

Elon Musk mengarahkan perhatian ke Iran yang mendukung Hamas, kelompok militant Palestina yang menyerang Israel. “Posisi resmi (Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali) Khamenei jelas pemberantasan Israel adalah tujuan sebenarnya, bukan hanya mendukung Palestina. Itu tidak akan terjadi,” tulis Elon Musk.

"Yang sebenarnya terjadi, dekade demi dekade adalah siklus kekerasan dan balas dendam yang tiada akhir. Menyalakan api kebencian tidak akan berhasil. Mungkin ini saatnya mempertimbangkan hal lain,” ia menambahkan.

Sementara itu, CEO Social Capital Chamath Palihapitiya mengalihkan perhatiannya ke minyak. “Bagaimana minyak tidak melonjak lagi saat ini karena dua perang panas (Israel-Hamas dan Rusia-Ukraina) dan produksi 1,5 juta barel dipangkas oleh OPEC dengan Strategic Petroleum Reserves/SPR yang berada pada tingkat yang sama seperti pertengahan tahun 1980-an,” ujar dia.

2 dari 4 halaman

Mencermati Harga Minyak

Pelaku pasar dengan cepat mengalihkan perhatian ke ekspor minyak Iran yang tengah membantu memoderasi harga bahan bakar di tengah terbatasnya pasokan oleh Rusia dan Arab Saudi.

"Saya pikir perkembangan ini akan berarti penegakan sanksi terhadap Iran yang lebih kuat sehingga minyak Iran akan berkurang di masa depan,” ujar Hedge Fund Trader Pierre Andurand, kepada Bloomberg.

Ia juga mempertanyakan mengenai bagaimana  efek domino yang akan terjadi di kawasan ini ke depan.

Di luar Timur Tengah, harga bahan bakar yang lebih tinggi dapat hambat bank sentral berjuang melawan inflasi, demikian disampaikan Chief Investment Officer Dunas Capital, Alfonso Benito.

“Jelas bahwa perluasan kebijakan ini ke negara-negara penghasil minyak, terutama Arab Saudi, dapat membuat harga minyak mentah menjadi lebih mahal dengan dampak inflasi yang negatif bagi negara-negara Barat dan akan berarti kenaikan suku bunga dalam jangka waktu yang lebih lama,” ujar dia.

 

3 dari 4 halaman

Suku Bunga Tinggi Bakal Lebih Lama

Benito menambahkan, sentimen itu juga mendorong pasar saham jatuh dan menyebabkan resesi. Resesi tentu saja menjadi hal yang ditakuti oleh banyak komunitas bisnis sepanjang tahun. Akan tetapi, seperti yang ditunjukkan oleh laporan ketenagakerjaan yang “panas” pada Jumat,  6 Oktober 2023, ekonomi AS masih terus berjalan dengan baik. Namun, hal ini dapat mendorong the Federal Reserve (the Fed) untuk mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama.

“Hal ini memungkinkan kenaikan suku bunga pada November,” ujar Ekonom Allianz, Mohamed El-Erian.

Ia menambahkan, pasar harus melakukan internalisasi tidak hanya harga tinggi dalam jangka panjang, tetapi harga lebih tinggi untuk jangka waktu lebih lama. “Dalam jangka panjang, hal ini mungkin akan menjadi berita buruk bagi perekonomian juga,” tutur dia.

Kini pemimpin dunia usaha juga harus memperhitungkan ketidakpastian geopolitik yang lebih besar.

4 dari 4 halaman

Presiden AS Joe Biden Siap Dukung Israel

Sebelumnya diberitakan, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyatakan dukungan kepada Israel setelah serangan mematikan oleh kelompok Hamas. Ia menyampaikan dukungan melalui percakapan telepon dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

"Saya menjelaskan kepada Perdana Menteri Netanyahu bahwa kami siap menawarkan segala cara dukungan yang sesuai kepada Pemerintah dan Rakyat Israel. Terorisme tidak pernah bisa dibenarkan. Israel mempunyai hak untuk membela diri dan rakyatnya,” ujar Biden seperti dikutip dari CNBC, Minggu, (8/10/2023).

Pada Sabtu, 7 Oktober 2023, Joe Biden mengadakan pengarahan public untuk  meningkatkan dukungan terhadap Israel dan menyatakan telah menerima telepon seputar situasi tersebbut sejak pukul 07.30 waktu setempat.

Ia menuturkan telah berhubungan dengan anggota Kongres, tim keamanan nasional Amerika Serikat, militer, diplomat, dan banyak lagi untuk memastikan Israel mendapatkan apa yang dibutuhkannya.

"Amerika Serikat mendukung Israel. Kami tidak akan pernah gagal untuk mendukung mereka,” ujar Biden.

Presiden AS Joe Biden tidak menjawab pertanyaan pada pengarahan itu. Dukungan Biden muncul setelah Netanyahu menyatakan negaranya “sedang berperang” menyusul serangan mendadak yang dilakukan militan Palestina pada pagi hari, sehingga meningkatkan konflik jangka panjang di wilayah tersebut. Magen David Adom, organisasi layanan darurat Israel menuturkan, sejauh ini sekitar 70 orang telah tewas di Israel dan ratusan lain yang terluka.

Serangan balik Israel terhadap Gaza menewaskan sekitar 200 warga Palestina, menurut Kementerian Kesehatan Palestina.

Biden menambahkan, dukungan pemerintahannya terhadap Israel sangat kuat dan tak tergoyahkan. Ia akan terus berhubungan erat dengan Netanyahu seiring perkembangan situasi.

Netanyahu menuturkan, dukungan yang kuat dan berkepanjangan yang akan dimenangkan oleh Israel, diperlukan.