Liputan6.com, Jakarta - Analis prediksi kenaikan harga minyak dunia hanya sementara di tengah serangan Hamas terhadap Israel.
Dikutip dari CNBC, Senin (9/10/2023), harga minyak melonjak 4 persen saat konflik Israel-Hamas memasuki hari ketiga menyusul serangan mendadak terhadap Israel oleh militan Hamas.
Baca Juga
Harga minyak acuan Brent diperdagangkan 4,53 persen lebih tinggi di posisi USD 88,41 per barel. Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 4,69 persen menjadi USD 88,67 per barel.
Advertisement
Saat fajar pada Sabtu, 7 Oktober 2023, tepat hari libur besar Yahudi, kelompok militan Hamas melancarkan serangan ke Israel melalui darat, laut dan udara memakai paralayang. Serangan itu terjadi beberapa jam setelah serangan roket dari Gaza ke Israel.
Hingga berita ini dimuat, menurut NBC News, 700 Warga Israel meninggal dunia, sedangkan Kementerian Kesehatan Palestina sejauh ini mencatat ada 313 kematian.
Meski terjadi lonjakan harga minyak mentah, analis yakin hal ini hanya terjadi spontan dan bersifat sementara.
“Dampak konflik ini bertahan lama terhadap pasar minyak jika harus ada pengurangan pasokan secara berkelanjutan,” ujar Direktur Riset Bank Commonwealth, Vivek Dhar, dikutip dari CNBC.
“Jika tidak dan seperti yang telah ditunjukkan oleh sejarah, reaksi positif terhadap harga minyak cenderung bersifat sementara dan mudah dikalahkan oleh kekuatan pasar lainnya. Konflik tersebut tidak secara langsung membahayakan sumber utama pasokan minyak,” ia menambahkan.
Tidak ada pihak yang merupakan pemain minyak utama. Israel memiliki dua kilang minyak dengan kapasitas gabungan hampir 300 ribu barel per hari. Menurut US Energy Information Administration (EIA), Israel hampir tidak memiliki produksi minyak mentah dan kondensat. Hal serupa juga terjadi pada wilayah Palestina yang tidak hasilkan minyak, menurut data dari EIA.
Iran Jadi Perhatian Pasar
Namun, konflik itu terjadi di depan wilayah penghasil dan ekspor minyak utama bagi konsumen global. Iran yang kaya minyak menjadi perhatian utama pasar.
“Jika negara-negara Barat resmi hubungkan intelijen Iran dengan serangan Hamas, pasokan dan ekspor minyak Iran akan hadapi risiko penurunan,” ujar Dhar.
Ekspor minyak dari Iran telah dibatasi sejak mantan Presiden AS Donald Trump keluar dari perjanjian nuklir pada 2018 dan kembali menerapkan sanksi yang bertujuan membatasi pendapatan Teheran.
“Di bawah dorongan dari AS dan perundingan nuklir rahasia, ekspor dan produksi minyak Iran tumbuh sekitar 600 ribu barel per hari menjadi 3,2 juta produksi antara akhir 2022 dan pertengahan 2023,” tulis Citi dalam catatannya.
Ada kekhawatiran konflik akan meluas ke wilayah tersebut. “Ada juga risiko konflik meningkat secara regional. Jika Iran terlibat dalam hal ini, mungkin aka nada masalah pasokan, meskipun kita belum berada pada tahap itu,” ujar Direktur Grup Eurasia, Henning Gloystein.
Sementara itu, kelompok militan Lebanon Hizbullah mengatakan melancarkan serangan di tiga lokasi di Peternakan Shebaa, sebidang tanah yang terletak di persimpangan perbatasan Lebanon-Suriah dan Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel.
CIO Bison Interests, Josh Young menuturkan, kemungkinan ada dampak yang cukup dramatis terhadap pasar minyak jika AS menerapkan sanksi terhadap ekspor Iran.
“Saya pikir wajar jika harga minyak, katakanlah naik sekitar USD 5 untuk WTI,” ujar dia.
President Rapidan Energy, Bob McNally prediksi, dengan 40 persen ekspor melalui Selat Hormuz, konflik Israel-Hamas dapat picu harga minyak naik USD 5-USD 10. Selat ini dianggap sebagai titik transit minyak terpenting di dunia dan terletak di Oman dan Iran.
Advertisement
Selain Iran, Hal Ini Perlu Jadi Perhatian Pasar
Namun, bukan hanya Iran yang harus diwaspadai oleh investor. Kepada CNBC, McNally juga menuturkan, harga minyak mentah dapat naik jika ada keterlibatan kelompok militan Lebanon Hizbullah.
“Hal ini menjadi masalah nyata bagi pasar minyak dan berkontribusi terhadap lonjakan yang jauh lebih besar, jika pasar percaya pertempuran akan menyebar ke Hizbullah di Lebanon,” tutur dia.
Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken pada Minggu, 8 Oktober 2023 mencatat “penembakan terbatas antara Hizbullah yang berbasis di Lebanon dan Israel tetapi sampai sekarang hal itu tidak terjadi tetapi itu sesuatu yang diawasi sangat hati-hati.
Presiden AS Joe Biden Siap Dukung Israel
Sebelumnya diberitakan, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyatakan dukungan kepada Israel setelah serangan mematikan oleh kelompok Hamas. Ia menyampaikan dukungan melalui percakapan telepon dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
"Saya menjelaskan kepada Perdana Menteri Netanyahu bahwa kami siap menawarkan segala cara dukungan yang sesuai kepada Pemerintah dan Rakyat Israel. Terorisme tidak pernah bisa dibenarkan. Israel mempunyai hak untuk membela diri dan rakyatnya,” ujar Biden seperti dikutip dari CNBC, Minggu, (8/10/2023).
Pada Sabtu, 7 Oktober 2023, Joe Biden mengadakan pengarahan public untuk meningkatkan dukungan terhadap Israel dan menyatakan telah menerima telepon seputar situasi tersebbut sejak pukul 07.30 waktu setempat.
Ia menuturkan telah berhubungan dengan anggota Kongres, tim keamanan nasional Amerika Serikat, militer, diplomat, dan banyak lagi untuk memastikan Israel mendapatkan apa yang dibutuhkannya.
"Amerika Serikat mendukung Israel. Kami tidak akan pernah gagal untuk mendukung mereka,” ujar Biden.
Presiden AS Joe Biden tidak menjawab pertanyaan pada pengarahan itu. Dukungan Biden muncul setelah Netanyahu menyatakan negaranya “sedang berperang” menyusul serangan mendadak yang dilakukan militan Palestina pada pagi hari, sehingga meningkatkan konflik jangka panjang di wilayah tersebut. Magen David Adom, organisasi layanan darurat Israel menuturkan, sejauh ini sekitar 70 orang telah tewas di Israel dan ratusan lain yang terluka.
Serangan balik Israel terhadap Gaza menewaskan sekitar 200 warga Palestina, menurut Kementerian Kesehatan Palestina.
Biden menambahkan, dukungan pemerintahannya terhadap Israel sangat kuat dan tak tergoyahkan. Ia akan terus berhubungan erat dengan Netanyahu seiring perkembangan situasi.
Netanyahu menuturkan, dukungan yang kuat dan berkepanjangan yang akan dimenangkan oleh Israel, diperlukan.
Advertisement