Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia kembali turun setelah naik lebih dari 4 persen pada sesi sebelumnya karena pasar mempertimbangkan potensi gangguan pasokan menyusul perang antara Israel dan Hamas.
Melansir CNBC International, Selasa (10/10/2023) harga minyak mentah Brent turun 18 sen atau 0,2 persen menjadi USD 87,97 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate AS turun 16 sen atau 0,2 persen menjadi USD 86,22 per barel.
Baca Juga
Kedua benchmark tersebut telah menguat lebih dari USD 3,50 pada hari Senin di tengah berita konflik Israel-Hamas setelah jatuh tajam dalam perdagangan yang bergejolak minggu lalu.
Advertisement
Diwartakan sebelumnya, harga minyak dunia sempat naik 4 persen ketika konflik Israel-Hamas memasuki hari ketiga. Harga minyak berjangka Brent diperdagangkan 4,53 persen lebih tinggi sebesar USD 88,41 per barel pada hari Senin.
Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate AS naik 4,69 persen menjadi USD 88,67 per barel.
Meskipun produksi minyak mentah Israel sangat sedikit, pasar khawatir jika konflik meningkat maka hal itu akan berdampak pada pasokan di Timur Tengah dan memperburuk defisit yang diperkirakan akan terjadi hingga sisa tahun ini.
Pelabuhan Ashkelon di Israel dan terminal minyaknya telah ditutup setelah konflik tersebut, menurut laporan sebuah sumber pada Senin (9/10).
Perang Israel dan Hamas juga berisiko menggagalkan upaya Amerika menengahi pemulihan hubungan antara Arab Saudi dan Israel dan peningkatan produksi yang terkait untuk tahun depan sebagai bagian dari kesepakatan tersebut.
Jika Konflik Hamas dan Israel Menjalar ke Iran, Kenaikan Harga Minyak Dunia Tak Terbendung
Meskipun terjadi lonjakan harga minyak mentah, para analis yakin hal ini hanya terjadi secara spontan dan mungkin bersifat sementara.
"Agar konflik ini memiliki dampak yang bertahan lama terhadap pasar minyak, harus ada pengurangan pasokan atau transportasi minyak secara berkelanjutan," kata Vivek Dhar, direktur penelitian komoditas pertambangan dan energi di Commonwealth Bank.
"Jika tidak, seperti yang telah ditunjukkan oleh sejarah, reaksi positif terhadap harga minyak cenderung bersifat sementara dan mudah dikalahkan oleh kekuatan pasar lainnya,” tulis Dhar dalam catatan hariannya.
Diketahui, Israel sendiri memiliki dua kilang minyak dengan kapasitas gabungan hampir 300.000 barel per hari.
Tetapi menurut Administrasi Informasi Energi A.S., negara itu hampir tidak memiliki produksi minyak mentah dan kondensat. Hal serupa juga terjadi pada wilayah Palestina yang tidak menghasilkan minyak, menurut data dari EIA.
Advertisement
Kekhawatiran Berdampak pada Pintu Ekspor Terbesar
Namun, konflik tersebut terjadi di depan pintu wilayah penghasil dan ekspor minyak utama bagi konsumen global.
"Ada juga risiko konflik meningkat secara regional. Jika Iran terlibat dalam hal ini, mungkin akan ada masalah pasokan, meskipun kita belum berada pada tahap itu," ucap Direktur Energi, Iklim, dan Sumber Daya Eurasia Group, Henning Gloystein.
Dengan 40 persen ekspor dunia melalui Selat Hormuz, Presiden Rapidan Energy Group Bob McNally memproyeksikan konflik antara Israel dan Iran dapat dengan mudah menyebabkan kenaikan harga minyak sebesar USD 5 hingga USD 10. Selat ini dianggap sebagai titik transit minyak terpenting di dunia, dan terletak di antara Oman dan Iran.
Sekjen OPEC Ramal Permintaan Minyak Sentuh 2 Juta Barel Tahun Depan
Sekretaris Jenderal OPEC+ Haitham Al Ghais memperkirakan harga minyak dunia akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan energi.
Sebagai informasi, OPEC+ adalah kelompok yang terdiri dari 23 negara pengekspor minyak yang memutuskan berapa banyak minyak mentah yang akan dijual di pasar dunia.
"Kami melihat permintaan akan meningkat sekitar 2,4 juta barel per hari," kata Haitham Al Ghais, dikutip dari BBC, Selasa (3/10/2023).
"Untuk tahun depan, kami melihat permintaan akan terus meningkat hingga 2 juta barel per hari – tentu saja, semua ini dipengaruhi oleh ketidakpastian di pasar global. Namun demikian, kami masih merasa cukup optimis… bahwa permintaan minyak global akan meningkat. menjadi cukup tangguh tahun ini," ujarnya.
Sebelumnya, Arab Saudi mengatakan akan memangkas produksi minyak mentahnya hingga 1 juta barel per hari untuk mendongkrak harga.
Badan Energi Internasional (IEA) mengingatkan keputusan Arab Saudi dan Rusia dengan memangkas produksi dapat menyebabkan kekurangan pasokan yang signifikan akhir tahun ini.
Al Ghais kemudian menjelaskan bahwa ; "Ini adalah keputusan sukarela yang diambil oleh dua negara berdaulat, Arab Saudi dan Rusia. Keputusan ini dapat digambarkan sebagai tindakan pencegahan atau pencegahan karena ketidakpastian".
Setelah perang Rusia-Ukraina, harga minyak dunia melonjak hingga lebih dari USD 120 per barel pada Juni 2022 lalu.
Harga minyak turun kembali sedikit di atas USD 70 per barel pada bulan Mei tahun ini, namun terus meningkat sejak saat itu karena produsen membatasi produksi untuk mendukung pasar.
Harga minyak mentah Brent, yang menjadi patokan harga, menembus USD 95 per barel pada hari Selasa di tengah prediksi berkurangnya pasokan, dengan kekhawatiran harga akan menembus USD 100 per barel.
Kenaikan ini memicu peringatan kepada para pelaku pasar bahwa harga BBM bisa naik dalam 10 bulan mendatang, dan memicu kekhawatiran bahwa inflasi di sejumlah negara bisa berkepanjangan.
Advertisement