Sukses

Pengusaha Indonesia dan Amerika Latin Bertemu di INA-LAC 2023, Bahas 3 Sektor Penting

Selain itu, INA-LAC Business Forum tahun ini berfokus pada tiga sektor utama yaitu furnitur atau home decor, suku cadang otomotif, dan produk kesehatan.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Luar Negeri, bersama Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia resmi membuka Indonesia-Latin America and The Carribean Business Forum atau INA-LAC 2023.

Dalam pembukaan INA-LAC ke-5, Wakil Menteri Luar Negeri RI Pahala Mansuri menyampaikan bahwa forum tersebut terdiri dari tiga pilar yaitu Ekonomi, Sosial-Budaya, dan Isu Strategis.

Ketiga pilar ini berfokus pada berbagai aspek penting dalam hubungan kedua kawasan seperti keamanan pangan, mineral kritis, perubahan iklim, dan diskriminasi perdagangan.

Selain itu, INA-LAC Business Forum tahun ini berfokus pada tiga sektor utama yaitu furnitur atau home decor, suku cadang otomotif, dan produk kesehatan.

“Tahun lalu, forum kita membuahkan banyak hasil positif, dihadiri oleh sekitar 500 peserta, transaksi bernilai sekitar USD 16 juta dalam hal transaksi perdagangan, dan potensi transaksi lebih dari USD 160 miliar,” ungkap Pahala Mansury dalam pidato pembukaan INA-LAC di Ritz Carlon, Jakarta pada Senin (16/10/2023).

“Kita juga mendengar bahwa tahun ini, potensi transaksi ini akan meningkat dua kali lipat dari jumlah tersebut, dan tahun ini, forum ini juga menjadi lebih relevan karena persaingan geopolitik mulai terjadi,” tuturnya.

 

2 dari 3 halaman

Penandatanganan Kerja Sama

Selain Wamenlu RI, pembukaan INA-LAC 2023 juga dihadiri baik secara langsung maupun luring oleh Menteri Pertanian Meksiko Victor Villalobos, dan Koordinator Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Kemaritiman, Investasi, dan Luar Negeri dari KADIN Indonesia, Shinta W. Kamdani.

Pada INA-LAC 2023 juga dilaksanakan penandatanganan MoU kerja sama antara Kadin Indonesia dan Kamar Dagang Meksiko (COMCE), serta penyerahan MoU kerja sama BPOM dengan Komisi Federal untuk Perlindungan Dari Risiko Sanitasi Meksiko (COFEPRIS) yang telah ditandatangani secara sirkular oleh BPOM.

Kementerian Luar Negeri mencatat, terdapat 47 pelaku bisnis dari 11 negara di Amerika Latin dan Karibia yang berpartisipasi pada INA-LAC Business Forum 2023 secara langsung.

Selain itu, kegiatan juga dihadiri pengusaha Indonesia, perwakilan pemerintah, akademisi, dan asosiasi bisnis.

Sebagi informasi, INA-LAC Business Forum diinisiasi sejak tahun 2019 dalam upaya menjajaki penguatan konektivitas bisnis antara Indonesia dengan kawasan Amerika Latin dan Karibia melalui fasilitasi pertemuan bisnis yang hasilkan transaksi konkret dan investasi.

3 dari 3 halaman

Forum Bisnis INA-LAC Tahun Depan Digelar di Lima Peru

Sebelumnya, Wakil Menteri Luar Negeri Pahala Mansury mengungkapkan bahwa jadwal forum INA-LAC ke-6 bersamaan dengan forum Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik yang dijadwalkan di Peru pada November.

Adapun Direktur Jenderal Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri, Umar Hadi mengatakan bahwa INA-LAC 2024 di Peru diharapkan semakin memperluas kesempatan bagi pengusaha Indonesia untuk memperkenalkan produk dan jasa mereka ke negara-negara Amerika Latin.

"Supaya pengusaha-pengusaha kita terlihat langsung di (negara Amerika Latin) karena potensinya besar sekali. Mudah-mudahan akan semakin banyak perusahaan-perusahaan Indonesia yang lebih mengenal dunia usaha di Amerika Latin dan Karibia," kata Umar kepada media di Ritz Carlton, Jakarta pada Senin (16/10/2023).

Wamenlu Pahala Mansury menyampaikan bahwa, meskipun Indonesia dan kawasan Amerika Latin berjarak cukup jauh secara geografis, keduanya terhubung dalam banyak hal.

“Tahun lalu, forum kita membuahkan banyak hasil positif, dihadiri oleh sekitar 500 peserta, transaksi bernilai sekitar USD 16 juta dalam hal transaksi perdagangan, dan potensi transaksi lebih dari 160 USD miliar,” ungkap Pahala Mansury dalam pidato pembukaan INA-LAC 2023.

“Kita juga mendengar bahwa tahun ini, potensi transaksi ini akan meningkat dua kali lipat dari jumlah tersebut, dan tahun ini, forum ini juga menjadi lebih relevan karena persaingan geopolitik mulai terjadi,” ujarnya.

Dia menjelaskan bahwa, dalam hal ekonomi, negara-negara berlomba untuk meningkatkan perekonomiannya dan menjalin kemitraan yang lebih kuat dengan negara-negara yang dianggap sebagai sekutunya.