Sukses

ASEAN Sumbang 243 Juta Ton Sampah ke Laut, Erick Thohir: Perlu Kolaborasi Buat Tangani

Negara-negara ASEAN masih menghadapi sejumlah tantangan. Utamanya untuk mengurangi kontribusi dari sampah yang dihasilkan yang mencemari laut.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Ad Interim Erick Thohir mengungkap, negara anggota ASEAN menyumbang sampah padat ke laut dengan jumlah besar. Angkanya mencapai 243 juta ton sampah ke laut.

Dia mengatakan, volume limbah padat dan sampah laut yang dihasilkan negara di Asia Tenggara terus meningkat setiap tahun.

"Menurut perkiraan, hanya dari enam negara anggota, Indonesia, Thailand, Vietnam, Filipina, Malaysia, dan Singapura yang menghasilkan total 243 juta ton sampah pada tahun 2016," ujarnya dalam ASEAN Conference in Combating Plastic Polution (ACCPP), di Hotel Shangri-La, Jakarta, Selasa (17/10/2023).

Dia mengatakan, dengan jumlah sumbangan sampah plastik ke laut ini, negara-negara ASEAN masih menghadapi sejumlah tantangan. Utamanya untuk mengurangi kontribusi dari sampah yang dihasilkan yang mencemari laut.

"Sementara itu, saat ini kapasitas negara-negara anggota Asean dalam menangani sampah masih menghadapi kendala, seperti kapasitas pembiayaan dan infrastruktur," ujarnya.

"Namun, saya yakin kita semua sedang bekerja keras untuk mencari solusi permasalahan sampah ini," sambung Erick.

Menteri BUMN ini juga mengatakan kalau komunitas ASEAN memiliki rencana aksi tingkat regional untuk penanganan sampah laut. Termasuk juga kerangka ekonomi sirkular bagi komunitas ekonomi ASEAN.

"Inisiatif ini juga harus menjadi kekuatan bagi Asean untuk bekerja secara kolaboratif dalam menangani polusi plastik sepanjang siklus hidupnya," urainya.

 

2 dari 4 halaman

Tak Mau Disetir

Diberitakan sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, ingin mengurangi angka polusi sampah plastik yang makin bertebaran di lautan. Inisiatif ini akan dibahas dalam agenda ASEAN Conference for Combating Plastic Pollutuon (ACCPP) di Shangri-La Hotel, Jakarta pada Selasa (17/10/2023) besok.

Namun, Menko Luhut dan jajarannya tak ingin Indonesia dan negara ASEAN justru disetir oleh negara maju dalam penggunaan plastik, yang masih jadi bagian dalam perputaran roda ekonomi.

Asisten Deputi Pengelolaan Sampah dan Limbah Kemenko Marinves Rofi Alhanif mengatakan, gelaran ACCPP besok akan menghadirkan banyak kepentingan, termasuk dari negara maju. Namun, ia ingin Indonesia dan ASEAN juga punya sikap tegas dalam manajemen sampah plastik.

"Kita sebagai negara ASEAN harus punya posisi juga, dan harus kuat. Kita juga jangan disetir oleh negara maju, jangan pakai plastik segala macam, atau apapun lah. Kita belum tahu nih arahnya ke mana," ujarnya dalam sesi media briefing di Kantor Kemenko Marinves, Jakarta, Senin (16/10/2023).

 

3 dari 4 halaman

Belum Bisa Dipisahkan

Pasalnya, Rofi menilai, plastik jadi suatu komoditas yang belum benar-benar bisa dipisahkan dalam perputaran roda ekonomi. Jika dibatasi, ia khawatir itu justru akan mempersulit sektor industri untuk berkembang.

"Yang jelas, masalahnya bukan di plastiknya, tapi di pengelolaan sampah plastiknya. Kalau kita bisa lebih baik mengelola sampah plastiknya, harusnya itu tidak mengganggu ekonomi kita," tegas dia.

 

4 dari 4 halaman

Kolaborasi

Adapun dalam gelaran ACCPP besok, Pemerintah RI mencoba untuk mendorong kolaborasi multipihak terkait pengelolaan sampah plastik. Menurut dia, itu bukan hanya tugas pemerintah saja, tapi juga pelaku industri, sektor informal, hingga masyarakat langsung.

"ASEAN ini kurang lebih sama lah kondisinya, sebagai negara yang berkembang. Jangan disamakan dengan negara maju yang sudah semua masyarakatnya tertib, industrinya sudah baik, dan juga recycling kapasitasnya juga tinggi," ungkapnya.

Dengan adanya event tersebut, Pemerintah RI berharap bisa tercapai pemahaman bersama atau common understanding di lingkup ASEAN untuk mengurangi angka sampah plastik di lautan.