Liputan6.com, Jakarta Wakil Menteri Luar Negeri RI, Pahala Mansury menyoroti nilai perdagangan Vietnam dan Uni Eropa yang lebih besar dari Indonesia.
Pahala Mansury memaparkan, nilai perdagangan Vietnam-Eropa mencapai USD 94 miliar. Sedangkan nilai perdagangan RI-UE menembus USD 46 miliar.
Baca Juga
“Jumlah tersebut masih terbilang kecil jika dibandingkan dengan peluang yang sebenarnya ada di hadapan kami,” ujar Pahala Mansury dalam pidato pembukaan IEBF 2023 di Ritz Carlton, Jakarta pada Selasa (17/10/2023).
Advertisement
Maka dari itu, Wamenlu berharap, kerja sama ekonomi Indonesia-Uni Eropa CEPA dapat segera dirampungkan agar Indonesia dapat memperluas akses pasar, memungkinkan kenaikan nilai perdagangan kedua ekonomi.
“Salah satu alasan (nilai perdagangan) Vietnam (lebih besar) karena punya CEPA, yang sudah disetujui dan diratifikasi,” bebernya.
“Kami berharap tidak hanya melalui platform IEBF yang kami lakukan saat ini, tetapi juga dengan mengembangkan akses pasar yang lebih baik bagi kedua perekonomian,” ucap Pahala Mansury.
Hadir juga dalam kegiatan IEBF 2023, yakni Pelaksana Tugas (Plt) Harian Kadin Indonesia Yukki Nugrahawan Hanafi dan Direktur Jenderal Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri, Umar Hadi.
BI: Surplus Neraca Perdagangan Topang Ketahanan Ekonomi Indonesia
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan surplus neraca perdagangan Indonesia berlanjut pada September 2023 sebesar USD 3,42 miliar. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan surplus neraca perdagangan pada Agustus 2023 sebesar USD 3,12 miliar.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Erwin Haryono mengatakan, Bank Indonesia (BI) memandang perkembangan ini positif untuk menopang ketahanan eksternal perekonomian Indonesia lebih lanjut.
"Ke depan, Bank Indonesia terus memperkuat sinergi kebijakan dengan Pemerintah dan otoritas lain guna terus meningkatkan ketahanan eksternal dan mendukung pemulihan ekonomi nasional," jelas dia dalam keterangannya, Senin (16/10/2023).
Dia menyebutkan jika surplus neraca perdagangan September 2023 terutama bersumber dari berlanjutnya surplus neraca perdagangan nonmigas.
Surplus neraca perdagangan nonmigas mencapai USD 5,34 miliar, meningkat dibandingkan dengan capaian pada bulan sebelumnya sebesar USD 4,46 miliar.
"Kinerja positif tersebut didukung oleh tetap kuatnya ekspor nonmigas terutama besi dan baja, produk logam mulia dan perhiasan, serta komoditas nikel," tambah dia.
Berdasarkan negara tujuan, ekspor nonmigas ke Tiongkok, Amerika Serikat, dan India tetap menjadi kontributor utama ekspor Indonesia. Sementara itu, impor nonmigas tetap kuat sejalan dengan berlanjutnya perbaikan aktivitas ekonomi.
Adapun defisit neraca perdagangan migas tercatat meningkat menjadi USD 1,92 miliar pada September 2023 sejalan kenaikan impor minyak mentah dan hasil minyak yang lebih tinggi dari kenaikan ekspor minyak mentah.
Advertisement
Neraca Perdagangan Indonesia Suplus 41 Bulan Beruntun, Terbesar dengan Negara Ini
Indonesia mencatat surplus neraca perdagangan sebesar USD 3,42 miliar pada September 2023.
Neraca perdagangan Indonesia di bulan September menandai kenaikan sebesar USD 0,3 miliar secara bulanan, dan surplus selama 41 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
Dengan negara mitra dagang, Indonesia mengalami surplus perdagangan barang dengan beberapa negara dan 3 terbesar pada September 2023.
“Dengan 3 terbesar diantaranya kita mengalami surplus perdagangan dengan Amerika Serikat sebesar USD 1,2 miliar, dengan India sebesar USD 1,1 miliar, dan dengan Filipina sebesar USD 0,8 miliar,” jelas Plt. Kepala BPS Amalia Adiniggar dalam siaran rilis BPS pada Senin (16/10/2023).
Amalia menjelaskan, surplus terbesar yang dialami dengan Amerika Serikat karena dikontribusikan oleh perdagangan mesin dan perlengkapan elektrik dan bagiannya, lemak dan minyak hewan nabati, serta pakaian dan aksesorisnya.
“Sementara itu Indonesia mengalami defisit perdagangan dengan beberapa negara, dan tiga defisien terbesar adalah dengan negara Australia yaitu sebesar USD 0,4 miliar, Thailand USD 0,3 miliar dan Brazil USD 0,2 miliar,” lanjut Amalia.
Defisit terdalam yang dialami dengan Australia karena memang didorong oleh tiga komoditas utama, yaitu serealia atau HS 10 terutama gandum, kemudian bahan bakar mineral atau HS 27 dan juga biji logam terak, dan abu.