Liputan6.com, Jakarta Sejalan dengan pertumbuhan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dan Ultra Mikro di tanah air, BRI Life terus berkomitmen dalam memajukan pelaku Ultra Mikro dan UMKM Indonesia, salah satunya dengan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Asosiasi Wanita Pengusaha Makanan Ringan (Aswapemari) Banjarnegara, yang bertujuan untuk meningkatkan perekonomian, kesejahteraan, melalui literasi kepada anggota Aswapemari binaan BRI Life tersebut.
Corporate Secretary BRI Life Ade Nasution menjelaskan bahwa, BRI Life bekerjasama dengan BRI Research Institute, bersinergi dalam program BRI Life Berbagi untuk melakukan kegiatan pemberdayaan bagi Aswapemari Banjarnegara, melalui berbagai kegiatan lanjutan yang telah dimulai sejak bulan Oktober 2022.
Baca Juga
“Ada beberapa program kegiatan yang kami lakukan bersama Aswapemari Banjarnegara yakni, pendampingan pelatihan Digitalisasi Usaha serta pelatihan pengelolaan keuangan bisnis/pribadi dan literasi asuransi yang dilengkapi dengan bantuan tools berupa alat kemasan sehingga awalnya kami beri nama Program Rumah Kemasan," kata Ade dikutip Kamis (26/10/2023).
Advertisement
“Sebagai program lanjutan di BRI Life, saat ini, disamping coaching terkait optimalisasi usaha yang mencakup pula bagaimana memasuki pasar moderen, penjualan on line dan pengelolaan keuangan bisnis, perusahaan juga memberikan bantuan berupa alat standar Good Manufacturing Practise (GMP) serta memberikan asuransi gratis bagi peserta seusai pelaksanaan literasi keuangan & asuransi tingkat lanjutan. Literasi keuangan dan asuransi ini juga merupakan program khusus di bulan inklusi keuangan yang ditetapkan OJK," imbuhnya.
Pengusaha Makanan Ringan
Aswapemari merupakan kelompok wanita pengusaha makanan ringan di Kabupaten Banjarnegara dan sekitarnya yang sudah berdiri selama 11 tahun, selama ini mengembangkan usaha makanan ringan, bertujuan untuk membantu perekonomian keluarga dan telah memiliki 50 anggota aktif.
Beberapa hasil positif yang didapat dari program pemberdayaan sampai dengan tahap kedua ini antara lain; sebelum ada pemberdayaan Rumah Kemasan, omset rata-rata perbulan tiap anggota sebesar Rp 2-3 Juta, setelah adanya Rumah Kemasan menjadi sebesar Rp 4-6 Juta perbulan, serta adanya pengembangan produk baru berupa abon ikan dengan omset perbulan Rp 2-3 Juta.
Terkait produk, saat ini sudah memasuki pasar modern seperti Alfamart, Indomaret dan toko modern di daerah setempat dan mulai melakukan penjualan ke luar kota yaitu Yogyakarta. Beberapa anggota Aswapemari juga telah terbantukan dalam memperoleh sertifikasi halal dari Lembaga terkait.
Bulan Inklusi Keuangan
Industri Asuransi menjadikan Bulan Oktober sebagai Bulan Inklusi Keuangan, dimana setiap tanggal 18 Oktober industri memperingati Hari Asuransi. Secara bersama-sama, industri memberikan literasi mengenai akses terhadap produk dan layanan jasa keuangan yang bermanfaat dan terjangkau, dalam memenuhi kebutuhan masyarakat maupun usahanya dalam hal transaksi, pembayaran, tabungan, kredit dan asuransi yang digunakan secara berkelanjutan.
Dalam memperingati bulan Inklusi Keuangan tahun ini, BRI Life bersama Dewan Asuransi Indonesia (DAI) dan AAJI (Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia) memberikan edukasi dan literasi kepada UMKM Ultra Mikro di Surabaya. Acara ini berlangsung pada tanggal 18 Oktober 2023, dengan menghadirkan narasumber Renita Dwita Angelina selaku Bancassurance Distribution Manager BRI Life Wilayah Surabaya.
Terkait Literasi yang dilaksanakan BRI Life di Surabaya ini, Ade mengatakan; “Partisipasi BRI Life pada kegiatan literasi serta inklusi keuangan dan asuransi ini merupakan bentuk dukungan BRI Life terhadap Program OJK dan industri asuransi dalam meningkatkan Literasi Keuangan kepada masyarakat. Harapan kami melalui literasi yang diberikan, selanjutnya akan meningkatkan pemahaman mengenai asuransi dan meningkatkan inklusi keuangan di tengah masyarakat”.
Advertisement
Apa Itu Friend-Shoring, Fenomena Baru di Perdagangan Pangan Global Saat Ini
Kementerian Perdagangan kembali menyoroti tantangan global yang menghambat perdagangan komoditas pangan.
Kepala Badan Kebijakan Perdagangan Kemendag, Dr. Kasan mengungkapkan bahwa tantangan itu salah satunya adalah fenomena friend-shoring, dimana suatu negara memilih lebih berfokus melakukan perdagangan komoditas dengan negara mitra terdekatnya secara politik dibandingkan negara lain.
“Yang sekarang saya lihat sikap dari negara-negara yang bahasa populernya itu friendly-shoring, bahasa gaulnya ginilah kira-kira; ‘Eh Anda kan temen saya ya jangan dagang sama orang lain ya sama saya aja deh,’ kira-kira seperti itulah,” ujar Kasan dalam kegiatan seminar Tantangan Perdagangan Pangan Global yang disiarkan pada Rabu (25/10/2023).
“Hal ini yang membuat perdagangan pangan jadi tidak terkonsentrasi sampai sekarang,” lanjutnya.
Fenomena Friend-shoring
Kasan memaparkan, fenomena Friend-shoring telah meningkat sejak akhir tahun 2022.
Peningkatan ini ditandai dengan reorientasi arus perdagangan bilateral untuk memprioritaskan negara-negara yang memiliki nilai politik serupa.
“Perang Ukraina, terputusnya saling ketergantungan perdagangan AS-Tiongkok, dan konsekuensi Brexit telah memainkan peran penting dalam membentuk tren utama perdagangan bilateral,” demikian paparan Kasan.
Dia menyebutkan, kecenderungan menurunnya diversifikasi mitra dagang menyiratkan perdagangan global menjadi lebih terkonsentrasi di antara hubungan dagang utama. “Konotasinya sebagai ‘slow-balisasi’, kontras dengan periode hiper-globalisasi di awal tahun 2000an,” imbuhnya.