Liputan6.com, Jakarta Indeks dolar Amerika Serikat menguat di akhir bulan ini pada Senin, 30 Oktober 2023.
“Indeks dolar AS menguat terhadap mata uang lainnya, mempertahankan sebagian besar kenaikannya dari minggu lalu karena sebagian besar pasar masih khawatir terhadap keputusan suku bunga Fed pada hari Rabu dan Imbal hasil Treasury AS juga menguat pada hari Senin, masih berada dalam jangkauan puncak baru-baru ini,” kata Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam paparan tertulis pada Senin (30/10/2023).
Baca Juga
Selain itu, USD menguat ketika konflik Israel-Hamas mendorong lebih banyak seruan internasional agar warga sipil dilindungi, ketika warga Palestina di Gaza utara melaporkan adanya serangan udara dan artileripada Senin pagix ketika pasukan Israel menekan wilayah tersebut melalui serangan darat.
Advertisement
Di Jepang, Bank of Japan (BOJ) memulai pertemuan kebijakan moneter dua hari hari ini, memimpin minggu ini yang juga akan melihat keputusan suku bunga dari Federal Reserve AS dan Bank of England.
“Fokusnya pasar saat ini adalah pada kesimpulan pertemuan BOJ pada hari Selasa, di mana bank sentral diperkirakan akan mengumumkan perubahan lebih terhadap kebijakan pengendalian kurva imbal hasil lebih lanjut, karena bank sentral tersebut bergulat dengan inflasi yang tinggi,” papar Ibrahim.
Data terbaru menunjukkan inflasi konsumen Jepang kembali naik, yang menurut para pedagang dapat mendorong BOJ untuk mengurangi kebijakan ultra-longgarnya. Analis juga memperkirakan akan berakhirnya suku bunga negatif bank pada tahun 2024.
“Bank sentral akan mempertahankan suku bunganya, namun kemungkinan akan memberikan sinyal suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama karena bank terus bergerak melawan inflasi yang terlalu panas,” jelas Ibrahim.
Rupiah Menguat di Akhir Oktober 2023
Rupiah ditutup menguat 48 point dalam penutupan pasar sore ini, walaupun sebelumnya sempat menguat 55 point dilevel Rp. 15.890 dari penutupan sebelumnya di level Rp 15.938.
Ibrahim memprediksi, “Untuk perdagangan besok mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp. 15.870- Rp. 15.950”.
Ekonom Optimis Ekonomi RI Bertahan Tumbuh di Kisaran 5 Persen
Sejauh ini, Ibrahim melihat bahwa para ekonom optimistis ekonomi Indonesia bisa tumbuh di angka 5 persen di tengah adanya dua konflik geopolitik, meski kondisi global juga masih diterpa ketidakpastian.
Konflik Rusia-Ukraina
Seperti diketahui, konflik Rusia-Ukraina belum usai. Situasi pun diperparah dengan konflik Israel- Hamas yang memicu ketegangan di wilayah Timur Tengah.
“Pasokan komoditas kembali tersendat. Naiknya harga minyak memberi dampak ke berbagai negara. Meski begitu, di tingkat nasional, dia optimisis ekonomi Indonesia bisa tumbuh di angka 5 persen,” kata Ibrahim. “Apalagi tahun politik akan mendorong belanja masyarakat. Ekonom mendorong pemerintah untuk meningkatkan sektor komoditas dan industri manufaktur untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,” tambah dia.
Sebagai informasi, 50 persen dari pertumbuhan ekonomi Indonesia berasal dari konsumsi rumah tangga, sisanya dari investasi, kemudian ekspor dan impor.
“Untuk itu, kita harus menjaga daya beli masyarakat dan menjaga stabilitas harga komoditas,” jelas Ibrahim.
Advertisement
Gejolak Ekonomi Global
Ibrahim kembali menyoroti lonjakan inflasi di negara-negara ekonomi besar, dan ketegangan politik di kawasan memicu permasalahan lainnya.
Data International Monetary Fund (IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi global bisa melambat menjadi 2,9 persen pada 2024 dari perkiraan sebelumnya di angka 3 persen.
“Saat ini negara-negara Timur Tengah merupakan produsen minyak mentah, sehingga sudah tentu perang Hamas-Israel akan memicu ketidakstabilan mengganggu pasokan energi dan pangan yang berujung naiknya harga minyak dan komoditi,” katanya “Sektor energi dan pangan ini adalah faktor pemicu inflasi secara global. Padahal sebelum ada perang tersebut, pressure dari inflasi global sudah mulai menurun, namun ternyata semua dikagetkan oleh perang Hamas dan Israel. Ini seperti kembali pada titik sebelumnya. Ketidakpastian global juga dipicu perlambatan ekonomi Amerika dan China,” lanjut Ibrahim.
Adapun lonjakan inflasi di AS yang mendorong The Fed menahan daya beli masyarakat. Namun pada sisi lain mereka juga harus bisa menjaga jumlah uang yang beredar. Sementara China saat ini sedang mengalami kisruh Evergrande yang mengalami permasalahan keuangan.
Ibrahim menambahkan, dalam perkiraan terbaru IMF pada triwulan ketiga 2023 menunjukkan “ada semacam pesimisme dikarenakan pressure inflasi tetap ada dan pertumbuhan ekonomi cenderung stagnan atau bahkan menurun akibat ketidakpastian global”.