Sukses

Waspada, Pelemahan Rupiah Bisa Picu Hal Ini

Badan Pusat Statistik (BPS) mengingatkan bahwa pelemahan nilai rupiah perlu menjadi perhatian Pemerintah untuk beberapa bulan-bulan ke depan.

Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) mengingatkan bahwa pelemahan nilai Rupiah perlu menjadi perhatian Pemerintah untuk beberapa bulan-bulan ke depan.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini mengatakan bahwa pelemahan Rupiah berisiko menimbulkan imported inflation atau inflasi barang impor.

"Imported inflation perlu diwaspadai dalam bulan-bulan ke depan," kata Pudji dalam Rilis BPS yang disiarkan pada Rabu (1/11/2023).

Ibrahim Assuaibi Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka pada Selasa (31/10) mengungkapkan bahwa perdagangan Rupiah diprediksi fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp. 15.870- Rp. 15.950.

Namun Pudji juga melihat, Bank Indonesia telah melakukan langkah pre-emptive dengan menaikkan suku bunga.

"Langkah pre-emptive dari BI dengan menaikkan suku bunga, juga bisa mampu ngerem sisi permintaan pada komoditas-komoditas dengan komponen impor yang signifikan," bebernya.

Pudji lebih lanjut menjelaskan bahwa, dampak pelemahan rupiah terhadap imported inflation biasanya tercermin dari komoditas-komoditas maupun bahan baku yang diimpor.

"Jadi baik komoditas itu di impor maupun bahan bakunya, di antaranya misalkan bawang putih selama ini banyak impor, mobil, mie kering instan, roti karena produk-produknya berbahan tepung terigu. Ada tahu tempe karena berbahan baku kedelai," imbuhnya.

2 dari 3 halaman

Begini Ramalan BPS Soal Inflasi Global di Akhir 2023 dan 2024

Badan Pusat Statistik mengungkapkan bahwa gejolak inflasi global diperkirakan akan berlanjut  di sisa tahun 2023 dan 2024 mendatang.

“Begitupun dengan inflasi di emerging market dan developing economies, akan tetapi prediksi tersebut dikoreksi meningkat sejalan dengan tren kenaikan harga beberapa komunitas di pasar global,” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini dalam Rilis BPS yang disiarkan pada Rabu (1/11/2023).

“Jika kita tinjau perkembangan harga komoditas di pasar internasional, minyak mentah mengalami rebound sejak Juli 2023,” lanjut Pudji.

Selain itu, harga emas dunia juga terus melanjutkan tren kenaikan sejak akhir 2022.

Ada juga harga beras di sejumlah negara yang meningkat tajam sejak Juli 2023 akibat dari dampak fenomena kekeringan El Nino.

“Mengacu pada informasi BMKG, El Nino masih bertahan pada level moderat di Oktober 2023 ini,” beber Pudji.

Inflasi Indonesia

Indonesia tercatat memiliki angka inflasi bulanan sebesar 0,17 persen pada Oktober 2023.

Ini merupakan peningkatan indeks harga konsumen dari 115,44 pada September 2023 menjadi 115,64 pada Oktober 2023.

“Sementara secara year-on-year terjadi inflasi sebesar 2,56 persen dan secara tahun kalender atau year to date terjadi inflasi sebesar 1,80 persen,” jelas Pudji.

Inflasi Indonesia pada Oktober 2023 ini lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya, namun lebih tinggi jika dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun lalu.

3 dari 3 halaman

BPS: Inflasi Indonesia Sentuh 0,17 Persen di Oktober 2023

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka inflasi bulanan Indonesia sebesar 0,17 persen pada Oktober 2023.

Angka inflasi ini merupakan peningkatan indeks harga konsumen dari 115,44 pada September 2023 menjadi 115,64 pada Oktober 2023.

“Sementara secara year-on-year terjadi inflasi sebesar 2,56 persen dan secara tahun kalender atau year to date terjadi inflasi sebesar 1,80 persen,” ungkap Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini dalam rilis BPS yang disiarkan pada Rabu (1/11/2023)Lebih lanjut Pudji mengatakan, iinflasi bulanan pada Oktober 2023 ini lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya, namun lebih tinggi jika dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun lalu.

Kelompok pengeluaran penyumbang inflasi bulanan terbesar pada Oktober 2023 ini adalah transportasi dengan inflasi sebesar 0,55 persen dan andil inflasi 0,07 persen.